B. Identifikasi Masalah
1. Terdapat masalah ketidakpuasan karyawan CV. Abankirenk Yogyakarta .
2. Tekanan kerja yang tinggi dirasakan oleh karyawan CV. Abankirenk.
3. Gaji yang kurang sesuai juga menjadi indikasi adanya masalah kepuasan kerja.
4. Budaya organisasi di CV. Abankirenk Yogyakarta belum terlihat baik, hal ini ditunjukkan dari adanya komunikasi yang kurang baik
anatara karyawan dan manajemen. 5. Adanya masalah motivasi kerja yang ditandai dengan tingginya
tingkat ketidakhadiran karyawan. 6. Adanya masalah motivasi kerja yang ditandai dengan tidak
bersemangatnya karyawan ketika tekanan kerja sedang tinggi.
C. Pembatasan Masalah
Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yag telah diuraikan, maka masalah penelitian ini dibatasi pada Pengaruh Budaya
Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada CV. Abankirenk Yogyakarta.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan CV. Abankirenk Yogyakarta? 2. Bagaimanakah pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan CV. Abankirenk Yogyakarta? 3. Bagaimana pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan CV. Abankirenk Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengaruh :
1. Budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan CV. Abnkirenk
Yogyakarta.
2. Motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pada karyawan CV.
Abankirenk Yogyakarta. 3. Budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja pada
karyawan CV. Abankirenk Yogyakarta.
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai sumber daya manusia secara riil khususnya menyangkut budaya organisasi, motivasi kerja dan kepuasan kerja.
Penelitian ini juga memiliki manfaat untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bagi Universitas Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi
perpustakaan serta dijadikan sebagai bahan perbandingan penelitian bagi peneliti yang memiliki objek penelitian yang sama.
3. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
bahan masukan tambahan bagi perusahaan dalam menyikapi masalaah karyawan yang menyangkut budaya organisasi, motivasi kerja, dan
kepuasan kerja.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut Robbins 2008: 200 adalah sikap umum seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Menurut Keith
1985: 120 kepuasan kerja adalah suasana psikologis tentang perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap
pekerjaan mereka. Menurut Luthans 2006: 34 kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun
menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian suatu pekerjaan atau pengalaman kerja. Handoko 2002: 99 mendefinisikan kepuasan
kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan
mereka sendiri. Sedangkan Testa 1999: 154 mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu kegembiraan atau pernyataan emosi
yang positif dari hasil penilaian salah satu pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan.
Dari batasan-batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan positif
seseorang terhadap pekerjaannya yang merupakan hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Pada dasarnya kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda
– beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin
banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan
yang dirasakan, dan sebaliknya. Lima model kepuasan kerja yang dikemukakan oleh
Kinicki 2002: 24. Pertama: pemenuhan kebutuhan, model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari
sebuah pekerjaan yang memungkinkan seseorang dapat memenuhi kebutuhannya. Kedua: adanya rasa ketidakcocokan, model ini
menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Ketiga: pencapaian nilai, model ini menjelaskan bahwa
kepuasan berasal
dari persepsi
bahwa suatu
pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting
dari individu.
Keempat: adanya
persamaan, model
ini menerangkan kepuasan adalah suatu fungsi dari bagaimana
seorang individu diperlakukan di tempat kerja. Kelima: watakgenetik seorang karyawan, model ini berusaha menjelaskan
beberapa orang merasa puas dengan situasi dan kondisi kerja tertentu, namun sebagian lagi merasa tidak puas dengan kondisi
tersebut.