BAB III PERGESERAN KONFLIK DARI ANTAR PARTAI MENJADI KONFLIK
INTERNAL PARTAI DI DAPIL I KABUPATEN TAPANULI UTARA
3.1 Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Tapanuli Utara
Pemilihan Umum merupakan manifestasi pelaksanaan kedaulatan rakyat. Rakyat sesuai dengan nuraninya memilih calon-calon pemimpin bangsa yang akan
mewujudkan cita-cita nasional, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, pemilu harus dijalankan dengan demokratis dan
berwibawa.Selain itu, sesuai dengan amanat reformasi, penyelenggaraan pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih menjamin derajat kompetisi
yang sehat, partisipatif, mempunyai derajat keterwakilan yang lebih tinggi, dan memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.
Dengan kata lain pemilu adalah pasar politik tempat individu atau masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial. Antara peserta pemilihan
umum partai politik dan pemilih rakyat yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye,
propaganda, iklan politik melalui media massa. Melihat bagaimana realita dan perjalanan setiap partai dalam pemilu tidak
jarang terjadi pergolakan-pergolakan yang mengakibatkan adanya gesekan- gesekan antar partai yang sering menimbulkan konflik.Konflik-konflik tersebut
terjadi karena di dalam menjalankan peran dan fungsi dari masing-masing partai
Universitas Sumatera Utara
terjadi benturan-benturan baik dari segi ideologi, pemanfaatan isu nasional yang dapat mempengaruhi partai lain bahkan partai dapat saling menjatuhkan. Setiap
partai akan berusaha untuk menjadi pemenang dan penguasa, tentunya partai akan berusaha untuk menarik simpati masyarakat dalam meraup suara rakyat sebanyak-
banyaknya. Dalam hal ini terjadi konflik horizontal antar partai dalam upaya untuk memenangkan setiap pemilu.
Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia, karena pelaksaan pesta demokrasi yaitu pemilu legislatif pada 9 April lalu dan juga
pemilu presiden pada 9 Juli mendatang.Seluruh daerah di Indonesia telah melaksanakan pemilu legislatif untuk memilih wakil disetiap daerah dalam
memenuhi setiap aspirasi rakyat di daerah itu sendiri.Semua partai politik bekerja untuk menggapai kemenangan memperoleh kursi sebanyak banyaknya di DPR,
DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota. Para calon anggota legislatif caleg juga bekerja dan berkompetisi untuk memperoleh kursi, bahkan tim sukses dan
para relawan pendukung caleg juga turut bekerja demi kemenangan calegnya. Pemilu legislatif 2014 seperti yang telah di prediksi banyak kalangan akan
rentan timbulnya konflik yang terjadi dalam pelaksaan proses pesta demokrasi tersebut, mulai dari pertikaian dalam mekanisme pemilihan sampai pertikaian
yang terjadi antar calon-calon yang bersaing untuk memperebutkan kursi melalui pemilu. Untuk memperoleh kursi di DPRD, para caleg semangat bersaing meski
harus kompetisi dengan sesama anggota satu partai dan dipastikan ada yang akanberguguran karena jatah kursi yang diperebutkan dalam satu daerah
Universitas Sumatera Utara
pemilihan untuk DPRD tidaklah banyak, sementara yang berebut kursi jumlahnya ratusan.
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang dapat dikatakan rawan konflik dalam hal setiap pelaksanaan pemilu, hal ini bisa dilihat dari setiap
pelaksanaan pemilu mulai dari Pemilukada hingga pemilu legislatif 2014.Seperti halnya pemilukada Taput tahun 2009, pertarungan antar calon bupati sangat panas
dan rentan konflik begitu juga dengan partai pengusung masing-masing calon hingga pemilukada tersebut diulang karena adanya indikasi kecurangan dan
banyak gugatan-gugatan yang dilakukan para calon.Begitu juga dengan pelaksanaan pemilu legislatif 2014, mulai dari tahapan pemilu hingga pada saat
penghitungan suara sangat rentan timbulnya konflik. Di dapil Taput I Kabupaten Tapanuli Utara, persaingan antara calon-calon
legislatif untuk memperebutkan kursi berlangsung cukup sengit, bahkan sebelum dilaksanakannya pemilu, sehingga sangat rentan terjadinya gesekan-gesekan yang
menimbulkan konflik, mulai dari proses kampanye hingga pada saat pelaksaan pemilu legislatif. Dalam hal ini, persaingan bukan hanya terjadi antara partai
politik atau pada calon dari antar partai politik, bahkan telah merambat ke dalam persaingan antar calon legislatif di internal partai itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal rentannya konflik yang timbul dalam setiap proses pelaksanaan pemilu, Bapak Anwar M. Lumbangaol selaku Kasubbag Teknis di KPU
Kabupaten Tapanuli Utara member tanggapan:
“Konflik dalam setiap pelaksanaan pemilu tidak dapat terhindarkan, hampir dari tahun ke tahun pasti ada persoalan-
persoalan yang menimbulkan konflik mulai dari proses dan mekanisme pelaksanaan pemilu hingga penetapan hasil pemilu.
Terkait pemilu legislatif 2014, posisi konflik paling mungkin berada di internal partai itu sendiri, bukan hanya calon dari beda
partai bersaing, tetapi dalam satu partai pun pasti akan berebut kursi, karena dari suara terbanyak setiap calon akan saling
berusaha untuk menang.”
36
Melihat realita yang terjadi di dapil I, fenomena konflik yang terjadi dalam pelaksanaan pemilu legislatif cukup kontras, hingga pada konflik internal partai
seperti yang di temui di beberapa partai di dapil I tersebut. Seperti yang di temui di Partai Hanura, peta persaingan diantara calon sangat kompetitif terjadi antara 4
kompetitor yaitu nomor urut 1 yang merupakan Incumbendyang berkeinginan untuk duduk kembali di kursi DPRD, nomor urut 2 yang merupakan anak dari
yang punya partai yang berupaya untuk mengeksistensikan dirinya untuk dapat membawa nama partai untuk menang, nomor urut 3 menjabat sebagai sekretaris
partai dan nomor urut 4 adalah wajah baru yaitu calon yang hanya membawa partai sebagai kendaraan politiknya. Disini jelas terlihat bahwa kepentingan
masing-masing calon untuk dapat menang dalam pemilu legislatif sangat besar.
36
wawancara peneliti dengan informan anggota KPU Tapanuli Utara pada hari jumat tanggal 02April 2014, Pukul 10.30 Wib
Universitas Sumatera Utara
Pertarungan antar calon dalam partai ini sangat kental antara yang merupakan kader dengan yang bukan kader dari partai itu sendiri. Dalam proses
persaingan antar calon tersebut rentan gesekan-gesekan yang menimbulkan konflik, seperti halnya dalam proses kampanye antar calon dalam upaya untuk
meraup suara sebanyak-banyaknya dan juga tim sukses dari masing-masing calon tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di Desa Hapoltahan Kecamatan Tarutung, Tim sukses dari calon Frengky Pardamean Simanjuntak
nomor urut 2 dan Hasudungan Sidabutar nomor urut 4 partai Hanura bersaing cukup ketat dalam meraup suara konstituen di 3 TPS di desa tersebut bahkan
saling tindih menindih uang untuk dapat menarik simpati masyarakat agar memilih dirinya. Hal ini menandakan persaingan untuk menang dalam pemilu
legislatif para calon akan menghalalkan segala cara agar dapat merebut suara sebanyak-banyaknya dalam hal ini indikasi politik uang sangat kental dilakukan.
Politik uang yang terjadi saat ini tidak lagi pada perebutan nomor urut yaitu calon yang dekat dengan pimpinan partai, tetapi politik uang saat ini marak
antara calon dengan masyarakat itu sendiri.Melihat kondisi diatas kepentingan dari kedua calon tersebut sangat besar, para calon rela merogoh uang yang cukup
banyak dalam pertarungan di pemilu legislatif sehingga rentan terjadinya konflik antar calon tersebut.
Universitas Sumatera Utara
KPU telah menetapkan calon terpilih setiap partai di Dapil I Kabupaten Tapanuli Utara, dari partai Hanura sendiri, calon nomor urut 2 yaitu Frengky P.
Simanjuntak keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara terbanyak. Melihat dari usaha-usaha yang dilakukan para calon dari partai tersebut, terjadi sentiment
antara calon dalam partai tersebut, namun masalah tersebut tergantung dari partai itu sendiri bagaimana mengatasi konflik di internal partainya sehingga perpecahan
dalam partai dapat di redam. Konflik yang paling rawan terjadi pada saat penghitungan suara, karena
setiap calon mewaspadai adanya pergeseran suara atau penggelembungan suara yang terjadi saat penghitungan suara yang melibatkan anggota KPPS atau
penyelenggara pemilu lainnya yang menguntungkan salah satu calon.Seperti yang terjadi di Dapil 1 Kabupaten Tapanuli Utara adalah konflik antara Jonggi
Lumbantobing nomor urut 4 yang merupakan incumbent dengan Teguh Susanto Sihombing nomor urut 2 di Partai Gerindra.
Ketegangan di antara kedua calon tersebut terjadi mulai dari masa kampanye dalam meraup suara pemilih hingga semakin memanas pada saat
pelaksanaan pemilu legislatif dan penentuan calon terpilih.Konflik terjadi dikarenakan adanya indikasi kecurangan yang dilakukan oleh salah satu calon dan
petugas KPPS di TPS I Desa Jambur Nauli Kecamatan Tarutung. Menurut informasi yang di dapat penulis dari saksi dan simpatisan dari
calon nomor urut 2 mengatakan bahwa suara calon nomor urut 4 di TPS tersebut
Universitas Sumatera Utara
kosong atau tidak ada, namun ketua PPS dan Ketua KPPS mengatakan bahwa suara nomor urut 4 ada, sehingga kotak suara di TPS I tersebut tidak di hitung di
PPK Tarutung, PPK menyampaikan kotak suara langsung ke KPU saat rapat penghitungan di kabupaten untuk dibuka. Calon nomor urut 2 beranggapan bahwa
dia menang unggul selisih 16 suara dengan calon nomor urut 4, namun saat penghitungan suara di lakukan perolehan suara calon nomor urut 4 menjadi
unggul 4 suara dari calon nomor urut 2 dan KPU Kabupaten telah melakukan rekapitulasi perolehan suara dan calon terpilih. Calon nomor urut 2 mengindikasi
adanya kecurangan yang dilakukan oleh calon nomor urut 4 yaitu penggelembungan suara di TPS tersebut.
Dalam kasus ini, telah terjadi adanya perbedaan jumlah suara yang terangkum dalam Model C-1.KPU.KWK yang dipegang oleh saksi dengan isi
yang tertulis dalam formulir Plano serta jumlah total surat suara yang ada didalam kotak suara. Terdapat 20 suara bodong di TPS itu, ternyata menjadi penentu siapa
sebenarnya Caleg Gerindra dari Dapil Taput 1 yang lolos menjadi anggota DPRD Taput. Di dalam plano dan surat suara yang ada di kotak suara, suara Caleg nomor
urut 4, tercantum sebanyak 20 suara. Namun dalam formulir C-1 yang menjadi daftar isian perolehan suara di setiap TPS yang dipegang setiap saksi pada hari-H,
tak terkecuali saksi dari Partai Gerindra serta yang menjadi bahan pegangan penyelenggara Pemilu, jumlah perolehan suara yang didapatkan caleg tersebut
ternyata kosong sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dalam berita acara Komite Penyelenggara Pemungutan Suara KPPS di TPS dimaksud, jumlah suara sah dan tidak sah di TPS diakumulasi
sebanyak 192 suara. Ditambah surat suara sisa sebanyak 65 suara, kesemuanya telah dimasukkan dalam kotak suara Pemilu. Tetapi pada saat pembukaan kotak
suara dalam agenda rekapitulasi di tingkat Kabupaten. Akumulasi surat suara sah dan tidak sah, hanya tinggal 184 surat suara saja. Berikut sisa surat suara sejumlah
65 lembar, itupun sudah tidak ada dalam kotak. Alhasil, sebanyak 73 Surat suara sebagai dokumen negara dapat disimpulkan dalam keadaan telah hilang.
37
Konflik antara kedua calon tersebut memanas setelah calon nomor urut 2 menyampaikan tuntutannya ke Panwaslu Kabupaten, Pengadilan, Polres hingga
KPU Provinsi. Hingga saat ini belum ada kepastian terkait masalah tersebut dan masih dalam proses penyelidikan.
Berdasarkan fenomena konflik tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa posisi konflik tidak lagi pada konflik antar partai namun saat ini konflik telah
bergeser pada internal partai itu sendiri. Para calon mengganggap bahwa saingan dalam merebut satu kursi tidak hanya pada calon dari partai lain namun lawan
paling besar adalah calon dari partai itu sendiri, karena kepentingan dari masing- masing calon untuk menang dalam pemilu sehingga menimbulkan peta persaingan
yang dapat menimbulkan sentiment dan konflik antara calon dari partai itu sendiri.
37
Sumber Harian ORBIT-Online . Diakses pada hari Rabu ,tanggal 07 Mei 2014 pukul 15.01
Universitas Sumatera Utara
3.2 Pergeseran Konflik