Efikasi Diri Peraturan Moral Penundaan Kepuasan

20

a. Efikasi Diri

Self Efficacy Hjelle dan Ziegler dalam Tri dan Anita, 2007: 53 mengungkapkan bahwa self efficacy memiliki hubungan dengan keyakinan seseorang akan kemampuan mereka melakukan suatu perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan suatu tugas.

b. Peraturan Moral

Moral Conduct Moral conduct adalah prinsip-prinsip standar dari apa yang baik ataupun yang buruk melalui proses internalisasi. Terdapat sejumlah mekanisme kognitif yag dapat membuat seseorang bertindak bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang dimiliki tanpa menimbulkan perasaan bersalah. Oleh karena itu diperlukan regulasi diri untuk mengarahkan hal tersebut.

c. Penundaan Kepuasan

Delay of Gratification Proses ini merupakan proses penundaan kepuasan. Kemampuan penundaan kepuasan sesaat berkaitan dengan beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain keyakinan seseorang bahwa tujuan di masa mendatang akan lebih baik, pengalaman masa lampau seseorang dalam menunda kepuasan sesaat, nilai dari tujuan di masa datang, dan keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat meningkatkan efikasi diri. Seseorang yang memiliki regulasi diri yang baik tentunya memiliki keyakinan bahwa mereka mampu melakukan suatu perilaku atau tindakan yang berhubungan dengan suatu tugas. 21 Seseorang yang memiliki regulasi diri baik juga memiliki peraturan moral atau prinsip-prinsip standar dari apa yang baik ataupun yang buruk guna mengatur dirinya. Selain itu, ia juga mampu menunda kepuasan untuk tujuan yang lebih baik di masa mendatang. Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis cenderung memilih aspek-aspek yang diungkapkan oleh Bandura, Schunk dan Zimmerman dalam Ormrod, 2011: 132-133. Aspek-aspek yang diungkap Bandura, Schunk dan Zimmerman memiliki kemiripan dengan aspek regulasi diri yang diungkap oleh Dimatteo dan Hergenhann. Aspek yang diungkap Bandura, Schunk dan Zimmerman pada dasarnya telah lengkap dan mencakup aspek yang diungkap oleh ahli lain tersebut. Pada aspek yang diungkap Dimatteo, self reinforcement memiliki kemiripan dengan reaksi diri self reaction yang berarti memberikan penguatan reinforcement atas keberhasilan diri mencapai sebuah tujuan dan memberikan koreksi ataupun hukuman atas kekeliruan yang dilakukan. Sementara untuk aspek yang diungkap Hergenhann mengungkapkan efikasi diri yang berarti keyakinan akan potensi diri menyelesaikan tugas, dan aspek moral conduct yang berarti membuat prinsip-prinsip standar dari apa yang baik ataupun yang buruk melalui proses internalisasi. Dua aspek ini memiliki kemiripan dengan aspek mengatur standar dan tujuan setting standards and goals . Sementara untuk aspek penundaan 22 kepuasan memiliki kemiripan dengan aspek refleksi dalam hal belajar dari pengalaman masa lalu untuk kemudian melakukan penyesuaian tujuan, perilaku, dan keyakinan untuk masa yang akan datang. Karena kemiripan aspek-aspek tersebut, maka aspek yang diyakini mampu mewakili regulasi diri adalah aspek yang diungkap Bandura, Schunk dan Zimmerman yaitu mengatur standar dan tujuan setting standards and goals , observasi diri self-observation , evaluasi diri self-evaluation , reaksi diri self-reaction , dan refleksi diri self-reflection .

3. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri