2. Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang makna hasil penelitian dan membandingkannya dengan penelitian sebelumnya atau dengan literatur yang
ada. Pembahasan hasil penelitian menjelaskan tentang karakteristik demografi dan spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa Pagar
Manik Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai. 2.1 Spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum didapatkan bahwa spiritualitas lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup di Desa pagar Manik
Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 27 orang lansia 65.9 berada pada tingkat spiritualitas tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Ebersole Hess 1997 dalam Young Koopsen 2007 yang menyatakan bahwa spiritualitas merupakan faktor terpenting bagi lansia untuk
beradaptasi karena kehilangan orang tercinta, dan menurut Kozier, Erb, Blaiss Wilkinson 1995 dimana perkembangan spiritualitas lansia yang matang akan
membantu lansia dalam menghadapi kenyataan hidupnya. Peneliti juga berasumsi bahwa para lansia pada umumnya tinggal dan dirawat dengan baik oleh anak dan
keluarga yang lain setelah kehilangan pasangan hidupnya, sehingga para lansia ini masih merasa berharga dan tidak akan merasa kesepian. Hal ini juga yang
memberikan dampak positif terhadap spiritualitas para lansia Suku Batak yang telah kehilangan pasangan hidup, dengan sistem kekerabatan dan nilai agama
yang dianut dengan baik oleh masyarakat Suku Batak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian didapatkan juga bahwa mayoritas lansia tergolong kedalam kelompok usia setengah baya elderly yaitu usia 60-74 tahun, dengan
jumlah 34 orang responden 82.9, hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Taylor, et, all 1997 bahwa perkembangan spiritualitas pada tahap ini sudah lebih
matang, berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan keagamaan, sehingga membuat individu lebih mampu untuk mengatasi masalah. Pertumbuhan spiritualitas pada
lansia menunjukkan perkembangan perasaan identitas, penciptaan, dan pemeliharaan relasi yang bermakna dengan orang lain, dengan Tuhan, mampu
menghargai alam, dan mengembangkan suatu kesadaran transendental Young dan Koopsen, 2007.
Berdasarkan penelitian juga didapatkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang 87.8, hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Fatimah 2010 bahwa umur harapan hidup pada wanita 79.3 tahun dan umur harapan hidup pada laki-laki 72.7 tahun, dilanjutkan dengan
pernyataan Suardiman 2011 bahwa angka harapan hidup pada wanita 4-7 tahun lebih panjang daripada laki-laki sehingga menyebabkan jumlah janda lebih
banyak daripada jumlah duda, dan menyatakan bahwa para wanita lebih mampu mengatasi kondisi menjadi janda, karena memiliki hubungan persahabatan yang
erat dan mendalam dengan orang lain, dan umumnya sudah terbiasa memiliki hubungan sosial yang luas dibanding dengan para duda.
Berdasarkan lamanya hidup menjandaduda , lansia yang sudah menjandaduda selama 6-10 tahun sebanyak 17 orang 41.4. Lamanya proses
berduka yang dialami seseorang sangat individual dan dapat sampai beberapa
Universitas Sumatera Utara
tahun lamanya. Reaksi kesedihan yang terus menerus biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut 3-5 tahun setelah
pengalaman kehilangan orang terdekat Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 2004. Kemungkinan para lanjut usia merasa dapat menerima untuk mengenali kesedihan
karena kehilangan pasangan hidup. Lansia sering mengalami banyak kepuasaan hidup yaitu kegunaan dan kenikmatan hidup berakhir pada usia tua, semakin lama
seseorang hidup maka akan semakin banyak membentuk ikatan cinta Rando, 1986, Kastenbaum, 1991 dalam Potter Perry, 2005. Peneliti berasumsi bahwa
lamanya waktu hidup sebagai seorang jandaduda bagi seorang lansia menyebabkan lansia tersebut sudah dapat menyesuaikan dirinya kembali.
Kebutuhan spiritualitas pada lansia umumnya dilakukan dengan mengisi waktu untuk beribadah, karena dengan beribadah para lansia mendapatkan
ketenangan jiwa dan kedamaian Setiti, 2007. Sedangkan berdasarkan latar belakang budaya, seluruh responden bersuku Batak. Suku Batak memiliki
tuntunan agama dan nilai luhur yang menempatkan lanjut usia sebagai seorang yang harus dihormati, dihargai, dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga
Situmeang, 2007. Para lansia yang sudah jandaduda akan dirawat dengan baik oleh keluarganya dan senantiasa terlibat dalam setiap aktivitas hubungan antar
manusia, hal ini akan membuat para lansia tersebut tidak merasa kesepian, dan hal ini juga didukung dengan sistem kepercayaan masyarakat Batak yang meyakini
adanya Tuhan yang Maha Tinggi yang disebut dengan Mula Jadi Nabolon dan senantiasa berserah kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan Harahap, 1940.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sebanyak 14 orang lansia 34.1 memiliki tingkat spiritualitas yang rendah akibat kehilangan pasangan
hidupnya. Hal ini bisa terjadi karena dampak kehilangan pada lansia khususnya kehilangan karena kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang sangat
berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan Hidayat, 2009, khususnya bagi seorang duda yang kurang terlibat dalam kegiatan
keagamaan yang merupakan suatu sumber dukungan sosial dan kekuatan dari Tuhan Berk, 2007; 619 dalam Young dan Koopsen, 2007. Peneliti juga
berasumsi bahwa spiritualitas seorang juga dipengaruhi oleh pengalaman hidup, dimana pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu kehilangan pasangan hidup
dianggap sebagai suatu cobaan dan mempengaruhi spiritualitas lansia. Krisis dan perubahan juga sangat mempengaruhi spiritualitas seorang lansia, proses penuaan
dan kehilangan yang dialami oleh lansia dapat menghilangkan spiritualitas seseorang dan bersifat sangat emosional Craven Hirnle, 1996. Hal ini juga
sesuai dengan pernyataan Hidayat 2004 bahwa kondisi kehilangan pasangan hidup karena kematian akan mengakibatkan gangguan emosional dimana lansia
akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa lansia yang tidak matur dalam spiritualitas akan
menunjukkan kelemahan fisik, merasa putus asa, dan berkurangnya minat dalam pekerjaan ataupun komunitas sosial Kozier, et all, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup
Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan rendah yaitu sebanyak 24 orang responden
58.5. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pernyataan Hamid 2000 bahwa seiring bertambahnya usia seseorang keikutsertaan dalam upacara
keagamaan akan meningkat karena kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha lebih
mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Meskipun demikian hasil ini didukung dengan nilai Budaya Batak yang menjadikan prioritas nilai
budaya yang pertama adalah kekerabatan dan yang kedua adalah religi, kedua nilai prioritas ini menjadi ciri dan identitas bersama orang Batak Harahap, 1940.
Nilai religi mencakup kehidupan keagamaan yang kemudian mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta yang posisinya berada lebih rendah
dibandingkan dengan nilai kekerabatan atau keakraban pada masyarakat batak Situmeang, 2007.
Tingkat spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan rendah disebabkan oleh sebagian besar lansia jarang membaca kitab sucibuku-buku rohani yaitu 27
orang 65.9, dan juga jarang bernyanyi lagu-lagu rohani setelah kematian suamiistrinya yaitu 22 orang 53.7, dan masih banyak juga para lansia yang
jarang mengikuti kegiatan kelompok-kelompok keagamaan di lingkungannya yaitu 24 orang 58.5. Peneliti berasumsi bahwa para lansia pada penelitian ini
umumnya memiliki keterbatasan kemampuan dalam membaca dan menulis karena
Universitas Sumatera Utara
memang sebagian besar lansia memiliki pendidikan yang rendah yaitu SD sebanyak 28 orang 68.3, ditambah lagi dengan penurunan penglihatan yang
dialami lansia yang mempersulit lansia dalam melakukan ritual ibadah seperti membaca kitab suci yang dapat mendekatkan diri kepada Tuhan. Penuruan
kesehatan fisik para lansia seperti penurunan penglihatan pada umumnya, sehingga menyebabkan para lansia ini tidak mampu melihat ataupun membaca
dengan baik, dan kurang aktif dalam kegiatan sosial. Hal ini didukung oleh pernyataan Hardywinoto dan Setiabudhi 2012, dimana kondisi fisik lansia akan
mengalami perubahan yang tidak dapat dihindari, perubahan akan terlihat pada jaringan dan organ tubuh, seperti kulit berkeriput, penglihatan semakin menurun,
pendengaran juga berkurang, tulang keropos dan mudah patah, otot jantung bekerja tidak efisien, dan otak menyusut sehingga reaksi menjadi lambat.
Perubahan-perubahan tersebut mengarah pada kemunduran psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial lansia.
Hasil diatas juga didukung dengan pernyataan Setijani dan Tri 1998 dalam Agus Novia, 2008 menyatakan bahwa masalah umum yang dihadapi para
lansia dalam beribadah biasanya dikarenakan keadaan kesehatan yang mulai menurun, sehingga pada umumnya kesempatan untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan ibadat di masyarakat pengajian, misa gereja, dll serta kegiatan ibadah secara pribadi Sholat untuk yang beragam islam, bernyanyi, membaca Kitab
Suci mulai berkurang juga. Lansia yang pengetahuan dan pendalaman tentang agama yang diyakininya kurang mendalam, maka mereka tidak akan dapat
melakukan kegiatan ibadah dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa 17 orang responden 41.5 memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan Tuhan tinggi.
Kebutuhan spiritualitas yang berhubungan dengan Tuhan dapat diwujudkan dengan doa dan ritual agama. Doa dan ritual agama merupakan hal yang penting
bagi setiap individu dan dapat memberikan ketenangan pada individu yang melakukannya Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995.
2.1.2 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri pada lansia Suku Batak akibat kehilangan pasangan hidup
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa 27 orang responden 65.9 memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri yang tinggi. Hal ini
menujukkan bahwa para lansia Suku Batak yang telah kehilangan pasangan hidupnya tetap mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, juga masih memiliki
harapan karena didukung juga oleh para keluarga lansia tersebut. Hasil ini juga didukung oleh pernyataan Potter Perry 2005, bahwa orang tua atau lansia
sering mengarah pada hubungan yang penting dan menyediakan diri mereka bagi orang lain sebagai tugas spiritual, sejalan dengan makin dewasanya seseorang
mereka sering introspeksi untuk memperkaya nilai yang telah lama dianutnya. Kesehatan spiritualitas yang sehat pada lansia adalah sesuatu yang memberikan
kedamaian dan penerimaan tentang diri sendiri. Hasil penelitian ini juga didukung dengan tuntunan nilai Budaya Batak bahwa lansia Suku Batak menyadari bahwa
waktunya hidup didunia sudah tidak lama lagi sehingga para lansia ini akan mengusahakan hidupnya sendiri dengan berbuat baik dan benar kepada keluarga
maupun semua orang yang dikenalnya Situmeang, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian juga ditemukan sebanyak 14 orang 34.1 lansia yang memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan diri sendiri yang
rendah. Ketika seorang individu tidak mempunyai hubungan yang baik dengan dirinya sendiri seperti kepercayaan, makna kehidupan, khusunya harapan maka
individu tersebut akan merasa hampa, letihlesu, tidak bersemangat, dan terasa mati Kozier, et all 1995. Hubungan yang rendah dengan diri sendiri juga bisa
terjadi ketika para lansia ini tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri yang sebelumnya dilakukan oleh pasangan hidupnya, seperti yang didukung oleh
pernyataan Young dan Koopsen 2007 bahwa seorang jandaduda akan mengalami pergantian peran yang sebelumnya dikuasai oleh pasangannya, juga di
dukung oleh Suardiman 2011 yang menyatakan bahwa laki-laki yang sudah duda akan mengalami kesulitan dalam hal hubungan sosial, tugas rumah tangga,
dan merasa kurang bebas mengekspresikan emosinya. 2.1.3 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain pada lansia Suku Batak
akibat kehilangan pasangan hidup Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak
31 orang 75.6 memiliki dimensi spiritualitas: hubungan dengan orang lain yang tinggi. Persahabatan adalah hubungan yang dimiliki seseorang dengan orang
lain, termasuk keluarga, teman akrab, rekan ditempat kerja, amggota komunitas masyarakat, dan lingkungan tetangga. Persahabatan mencakup komunitas yang
mempunyai kepercayaan yang sama dan menciptakan ikatan yang kuat dengan orang lain sehingga menjadi sumber harapan bagi individu tersebut Farran, et al,
1989 dalam Potter Perry 2005. Hubungan yang harmonis dengan orang lain
Universitas Sumatera Utara
seperti cinta kasih, dukungan sosial, perhatian pada anak-anakorang sakit, menunjungi orang yang meninggal, dapat memberikan hubungan yang positif dan
memberikan bantuan dan dukungan terhadap masalah yang dihadapi seseorang Kozier, et all, 1995.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan orientasi nilai Budaya Batak yang memiliki hubungan dengan intensitas yang tinggi terhadap sesamanya. Kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat membuat kadar partisipasi yang kuat untuk senantiasa terlibat dalam setiap aktivitas hubungan antar manusia,
dan apabila ada salah seorang anggota masyarakat yang berduka maka para masyarakat akan melakukan hak dan kewajibannya pada orang tersebut,
khususnya bagi para lansia yang sudah janda ataupun duda akan dirawat dengan baik oleh keluarganya Harahap, 1940. Hal ini juga sesuai dengan nilai Budaya
Batak yaitu masyarakat Suku Batak akan melakukan penghiburan kepada orang yang sedang berduka termasuk para lansia yang kehilangan pasangan hidupnya
untuk melakukan penghiburan dan memberikan kata-kata nasihat kepada yang berduka agar lebih berserah kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan Sinaga,
2010. 2.1.4 Dimensi spiritualitas: hubungan dengan lingkunganalam pada lansia Suku
Batak akibat kehilangan pasangan hidup Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa sebanyak 32 responden 78
memiliki hubungan yang tinggi dengan lingkunganalam. Hubungan dengan alamlingkungan meliputi mengetahui tentang tanaman, rekreasi menonton TV,
mendengar musik, berolah raga,dll, dan kedamaian akan membuat seseorang
Universitas Sumatera Utara
dapat menyelaraskan hubungan antara jasmani dan rohani sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan dalam kebutuhan spiritualnya Puchalski,
2004, hal ini terlihat dari hasil penelitian mayoritas lansia 21 orang 51.2 sangat sering bercocok tanam walaupun telah kematian pasangan hidup. Sebagian
lansia sering berjalan-jalan saat tidak memiliki kegiatan yaitu 23 orang 56.1, dan terdapat 19 orang 46.3 sering menonton TV ataupun mendengarkan musik
di rumah jika merasa sendiri. Hasil penelitian ini juga didukung dengan orientasi nilai Budaya Batak yang
mengatur hakekat hubungan manusia dengan alam yang pada awalnya membangun suatu perkampungan atau desa yang disebut dengan huta sehingga
memiliki hubungan yang akrab dengan alam, karena alam dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Harahap, 1940, hal ini didukung dengan hasil
penelitian bahwa mayoritas pekerjaan responden sebanyak 35 orang 85.4 adalah sebagai seorang petani.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan