koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu: a berusaha dengan efisien dan produktif, b efisien dan efektif bagi para
anggota, c memberikan saldo bagi setiap anggota dalam jangka panjang, d menghindari terjadi situasi, dimana
kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum”.
Pendapat lainnya dikemukakan oleh Hanson dalam Sri Widodo, 2008: 7 mengenai indikator dari keberhasilan usaha antara
lain: 1 Tingkat manfaat pelayanan yang diberikan koperasi
2 Tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan koperasi 3 Tingkat pengambilan keputusan
4 Tingkat inovasi 5 Tingkat penerimaan masyarakat
Sementara menurut Hanel dalam Yuliani, 2007: 17, bahwa
untuk mengukur koperasi ada tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan,yaitu sebagai berikut:
1 Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauh mana koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan
sebagai suatu badan mandiri. 2 Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-
dampak secara langsung atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi terhadap
pencapaian tujuan pembangunan.
3 Efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan
pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota dan tujuan bersama para
anggotanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan koperasi diukur berdasarkan tingkat efisiensi baik dalam
pengelolaan usaha, pembangunan dan berorientasi pada kepentingan anggotanya.
c. Faktor-faktor Keberhasilan Koperasi
Menurut Limbong 2010: 17 terdapat tiga faktor utama penentu keberhasilan koperasi, faktor pertama adalah partisipasi
anggota. Partisipasi anggota merupakan pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi dipengaruhi
oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian
kebutuhan dan keinginan dengan output yang diterima anggota. Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah
profesionalisme manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen
disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen
koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis,
penetrasi pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi.
Faktor keberhasilan koperasi yang ketiga adalah faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah
peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal
ini bukan hanya undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan
perundang-undangan non koperasi seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu
partisipasi anggota, profesionalisme manajemen, dan faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah peraturan
perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi.
4. Koperasi
a. Pengertian Koperasi
Menurut Swasono 2005: 14, kata “Koperasi” berasal dari kata Cooperation” Latin atau “Cooperation” Inggris, atau Co-operate
Belanda, atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama. Koperasi didirikan sebagai persatuan kaum yang lemah untuk membela
keperluan hidupnya. Mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada koperasi didahulukan
keperluan bersama, bukan keuntungan Hatta dalam Revrisond Baswir, 2000: 2. Sementara ILO dalam Revrisond Baswir, 2000: 2
mendefinisikan koperasi adalah: Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis,
masing-masing memberikansumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung risiko serta
menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.