8
masyarakat, serta perkembangan wilayah Bagan Sinembah, yakni dengan semakin banyaknya bangunan permanen di daerah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan argumentasi di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini memfokuskan kepada :
1. Bagaimana keadaan Kecamatan Bagan Sinembah sebelum dibukanya pertanian
kelapa sawit? 2.
Bagaimana perkembangan pertanian kelapa sawit rakyat di Kecamatan Bagan Sinembah tahun 1981-2000 ?
3. Bagaimana pengaruh pertanian kelapa sawit rakyat terhadap perkembangan
masyarakat di Kecamatan Bagan Sinembah Tahun 1981-2000?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diungkap dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan keadaaan Kecamatan Bagan Sinembah sebelum dibukanya pertanian
kelapa sawit. 2.
Menjelaskan perkembangan pertanian kelapa sawit rakyat di Kecamatan Bagan Sinembah tahun 1981-2000.
3. Menjelaskan pengaruh pertanian kelapa sawit rakyat terhadap perkembangan
masyarakat di Kecamatan Bagan Sinembah tahun 1981-2000.
Universitas Sumatera Utara
9
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini nantinya adalah :
1.
Bagi displin Ilmu Sejarah, dapat menambah referensi sejarah pertanian kelapa sawit di daerah Bagan Sinembah khususnya sejarah pertanian kelapa sawit rakyat.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang pengaruh perkebunan kelapa sawit khususnya kelapa sawit rakyat terhadap perkembangan
masyarakat di daerah Bagan Sinembah tahun 1981-2000.
3.
Aspek praktis diharapkan dari hasil penelitian ini adalah menjadi masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk menangani masalah perekonomian
khususnya pada sektor perkebunan kelapa sawit rakyat di daerah Bagan Sinembah dan di Indonesia pada umumnya.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam kajian ini, selain akan melakukan penelitian ke lapangan, peneliti juga menggunakan beberapa literatur kepustakaan berupa buku-buku dan laporan sebagai bentuk
studi kepustakaan yang akan dilakukan selama penelitian. Jika berbicara mengenai perkebunan, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
mengkaji karya Karl J. Pelzer dalam Toean Keboen dan Petani 1985. Di dalam karyanya ini, Karl J. Pelzer menjelaskan mengenai sejarah perkebunan Deli yang juga merupakan cikal
bakal perkembangan perkebunan di Sumatera Timur hingga sampai ke Riau dan Bagan Sinembah khususnya. Sejarah perkebunan Deli dimulai ketika Jacobus Nienhuys dan para
pionir pengusaha perkebunan yang pertama kali menggarap atau membuka wilayah perkebunan di Sumatera Utara. Sejak dimulainya perkebunan ini menunjukkan kemajuan dan
Universitas Sumatera Utara
10
perkembangan yang sangat pesat. Perkebunan tersebut yang pada saat itu menghasilkan tanaman tembakau di tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys. Terbukti pada saat itu
tembakau yang dihasilkan merupakan produk yang sangat menguntungkan di pasar perdagangan di Eropa yang kemudian menjadikan Deli penghasil daun pembungkus cerutu
termasyhur di dunia. Sejak itu wilayah Medan menjadi ramai hingga sekarang ini. Dengan berkembangnya
perkebunan di Sumatera Timur, maka semakin berkembanglah perekonomian di daerah tersebut. Berdatanganlah penduduk dari daerah lain yakni dari Tapanuli, Jawa kuli kontrak,
Minangkabau dan lain sebagainya. Hal serupa juga terjadi di daerah Bagan Sinembah. Setelah pertanian kelapa sawit berkembang dan menunjukkan hasilnya dalam bentuk
peningkatan perekonomian maka mulai berdatanganlah para penduduk dari daerah lain seperti dari Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan lain sebagainya.
Dalam Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit 2003 yang disunting oleh Soepadiyo Mangoensoekarjo dan Haryono Semangun dijelaskan bahwa di Indonesia dikenal tiga bentuk
utama usaha perkebunan yaitu Perkebunan Rakyat PR, Perkebunan Besar Swasta PBS dan Perkebunan Besar Negara PBN. Bentuk lain yang relatif baru, yaitu bentuk Perusahaan
Inti Rakyat PIR, yang pada dasarnya merupakan bentuk gabungan antara Perkebunan rakyat dengan Perkebunan Besar Negara atau dengan Perkebunan Besar Swasta, dengan tata
hubungan yang bersifat khusus. Juga disebutkan pola PIR dirancang tahun 19741975 dengan tujuan membantu membangun pertanian rakyat di sekitarnya, atau rakyat yang dipindahkan
transmigrasi, untuk dijadikan plasma. Perkebunan inti dan plasmanya merupakan sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Dengan demikian pertanian
Universitas Sumatera Utara
11
rakyat diharapkan lebih mampu memperoleh pendapatan yang lebih layak. Dari penjelasan buku ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pola PIR yang diterapkan oleh pemerintah sangat
membantu perkebunan rakyat dalam mengembangkan pertanian kelapa sawitnya sehingga sangat membantu dalam bidang perekonomian.
Fachri Yasin dalam Agribisnis Riau: Pembangunan Perkebunan Berbasis Kerakyatan 2003, mengkaji tentang perkebunan kelapa sawit yang semakin penting peranannya dalam
ekonomi Indonesia karena membawa kontribusi besar terhadap perolehan devisa Negara. Pada periode pertama pembangunan jangka panjang tahap pertama PJP-I, subsektor
perkebunan kelapa sawit telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Riau
10
10
A.Z. Fachri Yasin,
Agribisnis Riau: Pembangunan Perkebunan Berbasis Kerakyatan, Pekanbaru: UNRI Press, 2003. Hlm. 100.
dan subsektor perkebunan dalam pembangunan nasional juga berperan sebagai penyedia lapangan kerja. Di dalam bukunya ini, Fachri Yasin
juga menambahkan bahwa pola pengusahaan perkebunan kelapa sawit telah mengalami pergeseran, di mana Perkebunan Besar Negara dan Swasta PBN dan PBS tidak lagi
mendominasi perkebunan kelapa sawit dan telah melibatkan peran serta masyarakat petani yang semakin bertambah dalam pengusahaan perkebunan kelapa sawit yang terbentuk dalam
pola perkebunan swasta besar dan menengah serta perkebunan rakyat. Sehingga buku ini sangat perlu untuk dikaji serta sangat membantu di dalam penelitian saya di dalam menulis
pengaruh perkebunan kelapa sawit bagi masyarakat di Kecamatan Bagan Sinembah yakni dalam bidang ekonomi yang berkaitan dengan penyedia lapangan kerja serta pergeseran pola
pengusahaan perkebunan yang lebih ditekankan pada perkebunan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
12
Sementara itu, Mulyadi S dalam Ekonomi Sumber Daya Manusia: Dalam Perspektif Pembangunan 2006, mengkaji tentang pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk
diakibatkan oleh empat komponen yaitu kelahiran fertilitas, kematian mortalitas, migrasi masuk dan migrasi keluar. Selisih antara kelahiran dan kematian disebut pertumbuhan
alamiah natural-increase, sedangkan selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto net-migration. Mulyadi juga menambahkan mengenai gambaran laju
pertumbuhan penduduk, berdasarkan hasil pendataan, dikemukakan bahwa laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Provinsi Riau yaitu sebesar 3,85. Buku ini sangat membantu
penulis untuk menjelaskan pertambahan penduduk yang terjadi di daerah Bagan Sinembah melalui migrasi yang sangat berkaitan dengan perkembangan perkebunan kelapa sawit di
daerah ini. Buku yang ditulis oleh Mulyadi ini juga menjelaskan bahwa migrasi merupakan perpindahan sumber daya manusia yang umumnya disebabkan oleh alasan ekonomi seperti
menyangkut pekerjaan.
1.5 Metode Penelitian