Penelitian yang Relevan KAJIAN PUSTAKA

Analisis kontrastif dalam kajian linguistik adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu dapat terlihat Lado dalam Pranowo 1996: 42. Analisis kontrastif berkaitan dengan dua aspek penting, yakni aspek linguistik dan aspek psikolinguistik. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu 1 apa yang akan diperbandingkan, dan 2 bagaimana cara memperbandingkannya. Dalam penelitian ini, hal yang akan diperbandingkan adalah proses morfologis khususnya pada afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan 2009: 20 membandingkan dua bahasa secara menyeluruh tidak mungkin, dan pakar linguistik Inggris menganjurkan bahwa yang diperbandingkan hanyalah sistem fonologi dan morfologi. Aspek psikolinguistik, analisis kontrastif menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara menyampaikan bahan pengajaran Tarigan 2009: 19 Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon atau pembandingan dua struktur bahasa yaitu bahasa pertama B1 dan bahasa kedua B2serta dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan- kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2 dari perbincangan di atas dapat kita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI simpulkan bahwa analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal Tarigan 2009: 5. Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguisik struktural pada pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini. 1 Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh inteferensi dari bahasa pertama 2 Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diprakirakan oleh analisis kontrastif. 3 Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. Richard [et al] 1987: 63 dalamTarigan 2009: 5. 2.2.2 Afiksasi Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata Richards, 1992. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Richard dalam Putrayasa; 2008:5 mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks imbuhan pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks sedangkan afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Menurut Ramlan 2009:55 Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru, sedangkan menurut Mulyono 2013- 75 afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara membubuhkan afiks terhadap bentuk dasar baik yang berupa pokok kata, kata asal, maupun bentuk- bentuk kata lainnya. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapatkan afiks, yang dalam bahasa Indonesia cukup banyak jumlahnya, sedangkan afiks imbuhan adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5. Afiks memiliki 4 jenis imbuhan yaitu: Prefiks Awalan, Infiks Sisipan, Sufika Akhiran, Konfiks Imbuhan Terbelah, dan Simulfiks imbuhan Gabung. 1. Prefiks Awalan Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Prefiks awalan adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar mungkin kata dasar, mungkin