Analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

(1)

Bahasa Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas tentang analisis kontrastif afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan mendeskripsikan persamaan bentuk, fungsi, dan makna bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah penutur asli Dayak Linoh, yakni mereka yang tinggal di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian, yang sedang menempuh studi di Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, dan Elian Dotala).

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran analisis kontrastif afiksasi yang diperoleh dari terjemahan karangan, lagu dan rekaman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada informan) serta penelitian sendiri dengan bekal teori analisis kontrastif. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode cakap dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan proses afiksasi bahasa Dayak Linoh serta mendeskriksikan persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan afiks terutama penggunaan afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

Simpulan dari penelitian ini adalah Peneliti menemukan 83 afiks dalam bahasa Dayak Linoh. Delapan puluh tiga afiks tersebut terdiri dari prefik, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat persamaan dan perbedaan bentuk afiks dengan bahasa Indonesia seperti prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh memiliki persamaan bentuk dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia, perbedaan bentuk sufiks –am/-om/-em dalam bahasa Dayak Linoh tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Penelitian analisis kontrastif afiksasi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain, bagi guru dan bagi masyarakat Dayak Linoh.


(2)

Language and Indonesian Language. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP. USD This research discusses the contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language. The research aims to describe the morphological process of word-forming of Dayak Linoh language and to describe the form, function, dan meaning similarity of these language. The subject of this research is Dayak Linoh’s native speakers, who live in Kalimantan Barat especially Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian who are studying in Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, and Elian Dotala).

The contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language applies the descriptive-qualitative research, because the research contains the contrastive analysis of affixation that is gained from prints translation, songs and records. The instrument that is used is interview (informants confirmation) and individual research with contrastive analysis basic theory. The data collects method is, first interview method with writing and record technique and second, interview method that is lined-up with fishing-rod technique. In this research, the researcher tries to describe the affixation process of Dayak Linoh language and to describe the similarity and diversity of affixation form of these language, it goal is to be an comprehension about affix using espesially in Dayak Linoh language and Indonesian language.

The research conclusion is the researcher finds 83 affix in Dayak Linoh language. The-83-affix including preffix, suffix, konffix, and simulffix. In Dayak Linoh language is also found the similarity and diversity of affix form with Indonesian language as preffix be- un Dayak Linoh language has the siilar form with preffix ber- in Indonesian language, the diversity of suffix –am/-om/-em in Dayak Linoh language is not found in Indonesian language. The analysist of affixation contrastive research is also expected to give inputs to another researchers, teachers and the people of Dayak Linoh.


(3)

BAHA

PROG

ANA

ASA DAYA

Diaj M Program RAM STUD JURUS FAKULTA UN

ALISIS KO

AK LINO

ajukan untuk Memperoleh m Studi Pen

Lusian DI PENDID SAN PENDI AS KEGUR NIVERSITA YO

ONTRAS

H DENGA

SKRIPSI k Memenuhi h Gelar Sarja ndidikan Bah

Oleh: nus Rinata P

111224080 DIKAN BAH IDIKAN BA RUAN DAN AS SANAT OGYAKAR 2016

TIF AFIK

AN BAHA

I

Salah Satu S ana Pendidik hasa Sastra I

Pratama 0 HASA SAST AHASA DA ILMU PEN TA DHARM RTA

KSASI

ASA INDO

Syarat kan Indonesia TRA INDO AN SENI NDIDIKAN MA

ONESIA

ONESIA


(4)

i

ANALISIS KONTRASTIF AFIKSASI

BAHASA DAYAK LINOH DENGAN BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Lusianus Rinata Pratama 111224080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

}?rd uluurx

YIStrNO(INI YSYHYS NYCNflO HONIT XYAY(I VSYIIYfl

ISYS'XI.{Y

.ilIS\TUINOX

SISITYNV

ISdIDTS


(6)

?urJstlo Bisu€s sellsJo^rufl uelrprpued ru.ull ucp uerun8e11 sulln{ed

9I0Z 1unl91 'uge1u.(Eoa

'pd'IAI'ortouul6'ro Jord 'tunH'I tr 6lprer{3u uuefun;

'u'rcl

'pd'W 'o1ue,{"ruqpt1\. 'g

'r(l

'urnH'IAi 'ip;eqeA uuu[un11 'U 'rCI 'pd'IAI'qts8urue,(qaS ewrln1'rC

1 fn8ue 4 uI]FIu d IIEunsnS

1e-re,{s qnuelueul qole} uB>lB}€,(urp uup 9I0Z iunf 91 1u83u4 epu4

Ilniuod ullltred uedep Ip uu{uerlupodlp WIoJ

080nzzl I I :urlN €ru€]?Jd Bl?ulu snu€ ISn'I :qelo srlntlp uep ueldurs-redrq

VISflNO(NI VSYHYS NYSNTO HONI-I XYAY(I YSYHYfl ISYSXI.{V

CIISI1IL\iOX

SI SITYNV

u1o38uy eioBEuy e1o33uy su€iar{es €nie>I

ISdTTDIS


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing dan memberikan rahmat serta karunianya disetiap langkah hidup saya, karya ini akan saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu membimbing, serta mendoakan dalam setiap langkah saya.

Masyarakat desa Baya Mulya yang selalu memberikan dukungan dan motivasinya.


(8)

v MOTTO

Realisasikan ucapan lewat perbuatan

Perjuangan dan pengorbanan

kunci kesuksesan

(Lusianus Rinata Pratama)


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

Pratama, Lusianus Rinata. 2016. Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas tentang analisis kontrastif afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan mendeskripsikan persamaan bentuk, fungsi, dan makna bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah penutur asli Dayak Linoh, yakni mereka yang tinggal di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian, yang sedang menempuh studi di Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, dan Elian Dotala).

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran analisis kontrastif afiksasi yang diperoleh dari terjemahan karangan, lagu dan rekaman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada informan) serta penelitian sendiri dengan bekal teori analisis kontrastif. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode cakap dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan proses afiksasi bahasa Dayak Linoh serta mendeskriksikan persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan afiks terutama penggunaan afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

Simpulan dari penelitian ini adalah Peneliti menemukan 83 afiks dalam bahasa Dayak Linoh. Delapan puluh tiga afiks tersebut terdiri dari prefik, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat persamaan dan perbedaan bentuk afiks dengan bahasa Indonesia seperti prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh memiliki persamaan bentuk dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia, perbedaan bentuk sufiks –am/-om/-em dalam bahasa Dayak Linoh tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Penelitian analisis kontrastif afiksasi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain, bagi guru dan bagi masyarakat Dayak Linoh.


(12)

ix ABSTRACT

Pratama, Lusianus Rinata. 2016. The Contrastive Analysis of Affixation between Dayak Linoh Language and Indonesian Language. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP. USD

This research discusses the contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language. The research aims to describe the morphological process of word-forming of Dayak Linoh language and to describe the form, function, dan meaning similarity of these language. The subject of this research is Dayak Linoh’s native speakers, who live in Kalimantan Barat especially Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian who are studying in Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, and Elian Dotala).

The contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language applies the descriptive-qualitative research, because the research contains the contrastive analysis of affixation that is gained from prints translation, songs and records. The instrument that is used is interview (informants confirmation) and individual research with contrastive analysis basic theory. The data collects method is, first interview method with writing and record technique and second, interview method that is lined-up with fishing-rod technique. In this research, the researcher tries to describe the affixation process of Dayak Linoh language and to describe the similarity and diversity of affixation form of these language, it goal is to be an comprehension about affix using espesially in Dayak Linoh language and Indonesian language.

The research conclusion is the researcher finds 83 affix in Dayak Linoh language. The-83-affix including preffix, suffix, konffix, and simulffix. In Dayak Linoh language is also found the similarity and diversity of affix form with Indonesian language as preffix be- un Dayak Linoh language has the siilar form with preffix ber- in Indonesian language, the diversity of suffix –am/-om/-em in Dayak Linoh language is not found in Indonesian language. The analysist of affixation contrastive research is also expected to give inputs to another researchers, teachers and the people of Dayak Linoh.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia” bertujuan untuk memenuhi persyaratan gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan member masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik, mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

5. R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

6. Bapakku Gabriel Rian S.Ag, Ibuku Anastasia Nuraini, Adikku Antonius Melly Dwisa Putra, dan pamanku Utoi serta seluruh kerabat dekat yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis.


(14)

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR PUSTAKA ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian yang Relevan ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12


(16)

xiii

2.2.2 Afiksasi ... 14

2.2.3 Suku Dayak ... 20

2.2.4 Bahasa Dayak Linoh ... 21

2.2.5 Bahasa Indonesia ... 24

2.3 Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Subjek Penelitian ... 26

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4 Instrumen Penelitian... 29

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Triangulasi Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ... 32

4.1 Deskripsi Data ... 32

4.1.1 Prefiks ... 33

4.1.2 Sufiks ... 36

4.1.3 Konfiks ... 38

4.1.4 Simulfiks ... 42

4.2 Analisis Data ... 43

4.2.1 Prefiks ... 43

4.2.2 Sufiks ... 45

4.2.3 Konfiks ... 47

4.2.4 Simulfiks ... 49

4.3 Pembahasan ... 51


(17)

xiv

4.3.1.1 Prefiks ... 52

4.3.1.1.1 Prefiks Be ... 52

4.3.1.1.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Be- ... 54

4.3.1.1.2 Prefiks N- dan Ng- ... 55

4.3.1.1.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks N- dan Ng- ... 58

4.3.1.1.3 Prefiks Te- ... 59

4.3.1.1.3.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Te- ... 61

4.3.1.1.4 Prefiks Ke- ... 62

4.3.1.1.4.1Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Ke- ... 62

4.3.1.1.5 Prefiks Pe- ... 63

4.3.1.1.5.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Pe- ... 64

4.3.1.2 Sufiks ... 64

4.3.1.2.1 Sufiks –e ... 65

4.3.1.2.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Sufiks –e ... 67

4.3.1.2.2 Sufiks –am,-om ... 67

4.3.1.2.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Sufiks –am, -om ... 69

4.3.1.3 Konfiks ... 70

4.3.1.3.1 Konfiks Pe-....-e ... 70

4.3.1.3.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Pe-....-e ... 71

4.3.1.3.2 Konfiks Ng-...-e ... 72

4.3.1.3.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Ng-...-e ... 72

4.3.1.3.3 Konfiks Ng-...-kan ... 73

4.3.1.3.3.1Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Ng-...-kan ... 74

4.3.1.3.4 Konfiks Se-...-e ... 75

4.3.1.3.4.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Se-...-e ... 76

4.3.1.3.5 Konfiks Pe-....-an ... 76


(18)

xv

4.3.1.3.6 Konfiks Peny-...-e ... 78

4.3.1.3.6.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Peny-...-e ... 79

4.3.1.4 Similfiks ... 79

4.3.1.4.1 Simulfiks Dipe-...-kan ... 80

4.3.1.4.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Simulfiks Dipe-...-kan ... 80

4.3.2 Persamaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 81

4.3.2.1 Bentuk Prefiks atau Awalan Ber- ... 82

4.3.2.2 Bentuk Prefiks atau Awalan Ter- ... 82

4.3.2.3 Bentuk Prefiks atau Awalan Per- ... 83

4.3.2.4 Bentuk Konfiks atau Imbuhan Gabung Ke-...-an ... 83

4.3.2.5 Bentuk Konfiks atau Imbuhan Gabung Per-...-an ... 84

4.3.2.6 Persamaan Fungsi Afiks Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 84

4.3.2.7 Persamaan Makna Afiks Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 85

4.3.3 Perbedaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 86

4.3.3.1 Afiks Bahasa Dayak Linoh Yang Mirip dengan Bahasa Indonesia ... 86

4.3.3.2 Afiks Bahasa Dayak Linoh Yang Berbeda dengan Afiks Bahasa Indonesia ... 88

4.3.3.3 Perbedaan Afiks dalam Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 90

BAB V PENUTUP ... 91


(19)

xvi

5.1.1 Proses Pembentukan Kata dengan Afiks dalam Bahasa Dayak Linoh.. .... 91

5.1.2 Persamaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 92

5.1.3 Perbedaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 93

5.2 Saran ... 94

5.2.1 Bagi Peneliti Lain ... 94

5.2.2 Bagi Guru ... 94

5.2.3 Bagi Masyarakat Dayak Linoh ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 98

Lampiran 1. Tabulasi Karangan ... 98

Lampiran 2. Tabulasi Lagu Dayak Linoh ... 116

Lampiran 3. Tabulasi Data Rekaman ... 125

Lampiran 4. Karangan Guide Kedua Setelah TUHAN ... 131

Lampiran 5. Karangan Negeri Cantik Budaya Menarik ... 133

Lampiran 6. Karangan Mengambil Mimpi di Tanah Rantau ... 136

Lampiran 7. Kumpulan Lagu Dayak Linoh ... 138


(20)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Bagan 2 Peta Penggunakan Bahasa Dayak Linoh Bagan 3 Subjek Penelitian


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi antarindividu, kelompok, dan masyarakat luas. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda suku, ras, agama, dan budaya untuk berkomunikasi. Setiap daerah memiliki bahasa pemersatu daerah mereka sendiri, khususnya dalam bahasa Dayak Linoh. Keberadaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1), bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai bahasa kedua (B2) sedikit banyak membawa kendala, masalah, dan kesulitan tersendiri dalam pembelajaran bahasa karena keberadaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama ternyata membawa pengaruh terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai bahasa kedua (B2) saling berkaitan.

Salah satu macam dari bahasa adalah kata. Berbicara mengenai kata tentunya tidak terlepas dari proses pembentukan kata yang salah satunya melalui pengimbuhan afiks. Untuk memperjelas fenomena tersebut, berikut ini diberikan contoh (1) sampai (3) yang menguraikan perbedaan afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.


(22)

1. (a) Harta paling beroga iyak’am keluarga (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Harta paling berharga adalah keluarga (Bahasa Indonesia) 2. (a) Umak ngogak engkayok kerimak (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Ibu mencari sayur kehutan (Bahasa Indonesia)

3. (a) Jari adin tekonak isau (Bahasa Dayak Linoh) (b) Tangan adik terkena pisau (Bahasa Indonesia)

Afiks be- pada kalimat 1(a) khususnya pada kata beroga ternyata mempunyai kemiripan fungsi dengan afiks ber- pada bahasa Indoneisa. Begitu juga pada Afiks N- pada kalimat 2(a) khususnya pada kata ngogak ternyata mempunyai kemiripan fungsi dengan afiks me- pada bahasa Indoneisa. Afiks te- pada kalimat 3(a) khususnya pada kata tekena ternyata mempunyai kemiripan fungsi dengan afiks Ter- pada bahasa Indoneisa. Ketiga contoh di atas memperlihatkan kemiripan fungsi afiks dalam bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Kemiripan tersebut antara lain: be-, ng-, dante-dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi pada afiks ber-, men-, dan ter-dalam bahasa Indonesia. Selain Bahasa Dayak Linoh, pada penelitian sebelumnya juga terdapat kajian mengenai perbandingan pada Bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia. Berikut data contoh 4 merupakan perbandingan afiksasi pada bahasa Jawa dengan Bahasa Indonesia.


(23)

4 (a) Omahe Ardi neng ndeso Jogokaryan (Bahasa Jawa)

(b) Rumahnya Ardi di desa Jogokaryan (Bahasa Indonesia)

Sufiks–e dalam bahasa Jawa mempunyai kemiripan arti dengan sufiks –nya pada Bahasa Indonesia. Sufiks–e dalam bahasa Jawa sama dengan sufiks -e dalam bahasa Dayak Linoh. Perhatikan contoh berikut:

5 (a) Omahe Ardi neng ndeso Jogokaryan (Bahasa Jawa)

(b) Langkau’e Ardi di desa Jogokaryan (Bahasa Dayak Linoh)

Dalam bahasa Indonesia terdapat 4 proses afiksasi, yaitu prefiks (afiks yang berupa awalan), infiks (afiks yang berupa sisipan), sufiks (afiks yang berupa akhiran) dan konfiks (afiks yang berupa awalan dan akhiran). Sebenarnya tidak hanya bahasa Indonesia yang mengalami proses afiksasi dalam pembentukan katanya, tetapi bahasa daerah seperti bahasa Dayak Linoh juga mengalami proses afiksasi. Misalnya dalam bahasa Dayak Linoh: Kata ‘lamat e’ (lamanya) mempunyai sufiks - e, jika di tuliskan dalam bahasa Indonesia sufiks - e sama dengan sufiks – nya. Begitu juga dalam bahasa Jawa yang juga memiliki sufiks -nya, misalnya kata ‘sue ne’ (lamanya), sufiks -ne sama dengan sufiks -nya.

Banyaknya variasi bahasa daerah di Indonesia membuat peneliti tertarik untuk mengkaji struktur kebahasaannya. Misalnya bahasa Dayak Linoh yang selama ini belum ada kajian tentang bahasa tersebut.Bahkan kamus bahasa Dayak Linoh pun belum ada. Hal itu begitu kontras dengan bahasa-bahasa daerah lain yang memang sudah ada kamusnya. Contohnya, kamus bahasa Jawa yang lebih


(24)

dulu sudah dibukukan dan diterbitkan di tanah air ini. Padahal bahasa merupakan kearifan lokal yang harus dijaga oleh generasi berikutnya. Oleh karenanya peneliti ingin mengkaji bahasa Dayak Linoh dari sudut proses afiksasi. Peneliti tidak serta merta hanya mengkaji proses afiksasi dalam bahasa Dayak Linoh, tetapi peneliti juga akan membandingkan dengan proses afiksasi yang ada di bahasa Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui afiksasi apa saja yang terdapat dalam bahasa Dayak Linoh diperlukan analisis kontrastif dengan bahasa Indonesia. Analisis kontrastif merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam suatu unsur kebahasaan. Analisis kontrastif dalam konteks penelitian ini digunakan untuk membandingkan perbedaan afiksasi yang terdapat dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Dayak Linoh. Hal itu bertujuan untuk mengetahui afiksasi apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Dayak Linoh dan apa perbedaannya dengan afiksasi yang ada di dalam bahasa Indonesia. Maka dari itu untuk membuktikan bahwa di dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat proses afiksasi seperti halnya bahasa Indonesia dibutuhkan langkah identifikasi, klasifikasi dan deskripsi. Ada beberapa teori yang digunakan salah satunya adalah teori analisis kontrastif.

Bahasa Dayak Linoh yang menjadi kajian peneliti merupakan bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara individu maupun kelompok di desa Baya Mulya Kabupaten Sintang Kalimantan Barat sehingga bahasa ini memiliki persamaan dengan unsur-unsur yang terdapat di dalam bahasa Indonesia. Di samping persamaan juga ada perbedaannya. Penutur bahasa Dayak Linoh pada umumnya dwibahasawan. Mereka dalam pergaulannya menggunakan bahasa


(25)

Dayak Linoh dengan orang sesukunya, berbahasa Indonesia dengan orang bukan sesukunya. Dalam keadaan dan kebiasaan seperti ini terutama oleh meningkatnya pemakaian bahasa Indonesia sudah dapat diduga bahwa bahasa ini kelak akan menghilang dari pergaulan sehari-hari.

Peneliti mengambil topik analisis kontrastif afiksasi di Desa Baya Mulya Kabupaten Sintang Kalimantan Barat karena bahasa daerah yang mirip tentu memudahkan proses belajar bahasa tersebut. Selain itu, Sebagai lambang identitas kebudayaan daerah, bahasa Dayak Linoh perlu dibina dan dikembangkan karena bahasa Dayak Linoh merupakan salah satu bahasa Indonesia yang masih hidup dan berkembang di Indonesia. Perkembangan bahasa daerah Dayak Linoh juga seirama dengan perkembangan bahasa daerah lainnya di Indonesia khususnya bahasa daerah di Kalimantan Barat.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembentukan kata dengan afiks dalam bahasa Dayak Linoh ?

2. Apakah persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia?

3. Apakah perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia?


(26)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses afiksasi pada kata bahasa Dayak Linoh.

2. Mendeskripsikan persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

3. Mendeskripsikan perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan kajian teori kebahasaan morfologi khususnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif afiksasi. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki kegunaan teoritis karena dengan memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam berkomunikasi antara penutur dan lawan tutur.


(27)

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Penelitian Bidang Bahasa

Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk mengembangkan teori kebahasaan dan secara khusus menambah pengetahuan mengenai analisis kontrastif. Penelitian ini juga dapat memberi masukan (sumbangan) untuk studi bahasa terutama menyangkut pendidikan bahasa Indonesia pada masyarakat dan kebahasaan dalam bahasa Dayak Linoh.

2) Bagi Penelitian Lain

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca khususnya para peneliti bidang bahasa tentang analisis kontrastif afiksasi dalam bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia.

I.5 Batasan Istilah

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori analisis kontrastif afiksasi, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut.

1. Bahasa Dayak Linoh adalah bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat yang muncul karena masyarakat Dayak Linoh mabok kulat (jamur) saat ada pegawai atau pesta (Lorensius Logang dkk dalam rekaman). Bahasa Dayak Linoh juga digunakan sebagai sarana komunikasi antara individu maupun kelompok dalam lingkup formal dan non formal. Selain itu, bahasa Dayak Linoh juga dapat dikatakan sebagai bahasa pemersatu orang-orang suku


(28)

Linoh. Surjani Alloy dkk (2008) dari sisi kebahasaannya, penutur bahasa Dayak Linoh kebanyakan [r]-nya bergetar (berkarat).

2. Analisis kontrastif

Kridalaksana (2001:13) menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek.

3. Afiksasi

Afiks (imbuhan) adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Afiks memiliki 5 jenis imbuhan yaitu: Prefiks (Awalan), Infiks (Sisipan), Sufiks(Akhiran), Konfiks ( Imbuhan Terbelah), dan Simulfiks (imbuhan Gabung). Namun Pada penelitian ini, peniliti membatasi jenis afiks Bahasa Indonesia menjadi 4 jenis yaitu Prefiks(awalan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), simulfiks (imbuhan gabung). 3. Peneliti hanya membandingkan kata yang berafiks dalam bahasa Dayak

Linoh dengan kata yang berafiks dalam bahasa Indonesia.

1.6Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab.

1. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, yang ada di lapangan, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan


(29)

2. Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai penelusuran literatur yang relevan. Dimana penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan dengan mencari teori-teori sebagai dasar untuk membedah permasalahan.

3. Bab III berisi metodologi penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, pada bab ini dibahas mengenai (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, dan (6) triangulasi hasil analisis data.

4. Bab IV berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan mengenai hasil penelitian, yang diperoleh peneliti di lapangan baik dari hasil wawancara, rekam, catat, dan terjemahan untuk menjawab rumusan masalahan.

5. Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran bagi penelitian lain, guru, dan masyarakat Dayak Linoh yang berkaitan dengan penelitian analisis kontrastif afiksasi.


(30)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas analisis kontrastif, afiksasi (prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, konfiks atau imbuhan terbelah, simulfiks atau imbuhan gabung), bahasa Dayak Linoh, dan bahasa indonesia Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini ada dua, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Miftahur Rohim (2013) dan Krishan Dini (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Miftahur Rohim (2013) berjudul “Analisis Kontrastif Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab Berdasarkan Kala, Jumlah, dan Persona”. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsi perbedaan bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan kala, (2) mendeskripsi perbedaan bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan jumlah, (3) mendeskripsi perbedaan bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan persona. Hasil dari penelitian Miftahur Rohim adalah bentuk kosakata BI dan BA berdasarkan kala, jumlah, dan persona ditinjau dari masing-masing ciri atau struktur mempunyai perbedaan pada proses morfologis masing-masing bahasa


(31)

tersebut. Pada tataran kala, dalam BI dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kala lampau, (2) kala sedang, dan (3) kala akan datang. Pada tataran jumlah, dalam BI dan BA digolongkan atas dua macam, yaitu (1) singularis, (2) pluralis. Pada tataran persona, dalam BI dan BA digolongkan atas tiga, yaitu (1) orang pertama, (2) orang kedua, dan (3) orang ketiga.

Peneliti Krishan Dini (2011) berjudul “Analisis Kontrastif Afiksasi Verba

Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan (1)

mendeskripsikan bentuk kontrastif sistem afiks verba bahasa Jawa dan bahasa Indonesia (2) mengetahui persamaan dan perbedaan bentuk-bentuk afiks verba bahasa Jawa dan bahasa Indonesia (3) bagaimanakah makna afiks yang dimiliki oleh verba bahasa Jawa dan afiks verba bahasa Indonesia. Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Krishan Dini menghasilkan beberapa kesimpulan afiks bahasa Jawa mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan jika dibandingkan dengan afiks Bahasa Indonesia. Persamaan dan perbedaan itu meliputi dua aspek, yaitu adanya kesejajaran bentuk afiks verba dan bentuk dasar yang dilekati oleh afiks tersebut.

Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan kajian yang akan diteliti oleh peneliti. Persamaannya adalah analisis yang dilakukan untuk kedua bahasa adalah analisis kontrastif, bahkan pada peneliti yang dilakukan oleh Krishan dini terdapat rumusan masalah yang hampir sama, yaitu mengkaji tentang persamaan dan perbedaan bentuk-bentuk afiksasi tetapi pada subjek penelitian terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kajian ini akan meneliti analisis kontrastif afiksasi pada bahasa Dayak Linoh


(32)

dengan bahasa Indonesia sehingga judul penelitian ini “Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh Dengan Bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, kedua penelitian kata serapan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengkaji fenomena analisis kontrastif afiksasi khususnya dalam ranah masyarakat yang selama ini belum pernah ada peneliti yang menelitinya.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Analisis Kontrastif

Berdasarkan kedudukannya sebagi sebuah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran bahasa (mempunyai teori dan aplikasi bersifat ilmiah), maka analisis kontrastif akhirnya mendapat tempat sebagai suatu Linguistik Terapan. Kehadiran analisis kontrastif ini dalam bidang pendidikan bahasa seperti di Indonesia perlu mendapat tempat yang layak dan perhatian yang serius mengingat kedwibahasaan yang sudah sulit dibendung.

Kridalaksana (2001:13) menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek untuk mencari prinsip yang dapat diterapkan untuk masalah yang praktis, seperti pengajaran bahasa dan penerjemahan. Sementara itu, Tarigan (2009:5) mengatakan bahwa analisis kontrastif, berupa prosedur kerja adalah aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan di antara kedua bahasa.


(33)

Analisis kontrastif dalam kajian linguistik adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu dapat terlihat (Lado dalam Pranowo 1996: 42). Analisis kontrastif berkaitan dengan dua aspek penting, yakni aspek linguistik dan aspek psikolinguistik. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu (1) apa yang akan diperbandingkan, dan (2) bagaimana cara memperbandingkannya. Dalam penelitian ini, hal yang akan diperbandingkan adalah proses morfologis khususnya pada afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009: 20) membandingkan dua bahasa secara menyeluruh tidak mungkin, dan pakar linguistik Inggris menganjurkan bahwa yang diperbandingkan hanyalah sistem fonologi dan morfologi. Aspek psikolinguistik, analisis kontrastif menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara menyampaikan bahan pengajaran (Tarigan 2009: 19)

Analisis kontrastif, berupa prosedur kerja, yaitu aktivitas atau kegiatan yang mencoba membandingkan struktur B1 dengan struktur B2 untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa. Perbedaan-perbedaan antara dua bahasa yang diperoleh dan dihasilkan melalui anakon atau pembandingan dua struktur bahasa yaitu bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2)serta dapat digunakan sebagai landasan dalam meramalkan atau memprediksi kesulitan-kesulitan atau kendala-kendala belajar berbahasa yang akan dihadapi para siswa di sekolah, terlebih-lebih dalam belajar B2 dari perbincangan di atas dapat kita


(34)

simpulkan bahwa analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal (Tarigan 2009: 5). Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguisik struktural pada pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini.

1) Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh inteferensi dari bahasa pertama

2) Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diprakirakan oleh analisis kontrastif.

3) Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. (Richard [et al] 1987: 63 dalamTarigan 2009: 5).

2.2.2 Afiksasi

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992).


(35)

Richard (dalam Putrayasa; 2008:5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks sedangkan afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Menurut Ramlan (2009:55) Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru, sedangkan menurut (Mulyono 2013-75) afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara membubuhkan afiks terhadap bentuk dasar baik yang berupa pokok kata, kata asal, maupun bentuk-bentuk kata lainnya. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapatkan afiks, yang dalam bahasa Indonesia cukup banyak jumlahnya, sedangkan afiks (imbuhan) adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Afiks memiliki 4 jenis imbuhan yaitu: Prefiks (Awalan), Infiks (Sisipan), Sufika (Akhiran), Konfiks ( Imbuhan Terbelah), dan Simulfiks (imbuhan Gabung).

1. Prefiks (Awalan)

Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin


(36)

pula kata jadian). Bentuk prefiks (awalan) yaitu: ber-, per-, meng-, di-, ter-, ke-, dan se-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Contoh:

1 (a) Betumuk  Penumuk

Numuk  Ditumuk Tekelolak Nglolak

(b) Bertinju  Petinju Meninju  Ditinju

Terlihat  Melihat

2 (a) upacara ituk puba penghormatan teakhir seopan jonat dikubur dalam tanah.(Bahasa Dayak Linoh)

(b) upacara ini sebagai penghormatan terakhir sebelum jenasah dimakamkan keliang lahat.(Bahasa Indonesia)

3 (a) Sepanyang jalan depan pasar Demangan pas jam-jam sebituk tekelolak pemandangan yang nak asing agik, iyak am kemacetan. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Sepanjang jalan depan pasar Demangan pada jam-jam tertentu terlihat pemandangan yang tidak asing lagi, yaitu kemacetan. (Bahasa Indonesia)


(37)

4 (a) Antik aku nak nglolu jalan iyak, alah agik obok-obok sak nak telamat sampai ditempat tujuan. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Saat saya hendak melintas jalan tersebut, terutama pada pagi hari, saya harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di tempat tujuan.

2. Infiks (Sisipan)

Proses pembentukan kata dengan menambah afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Afiks yang ditambahkan tersebut disebut infiks atau sisipan. Bentuk infiks (sisipan) yaitu: -el-, -em-, -er-, dan – in-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Berikut ini contoh infiks bahasa Indonesia. (1) Getar  Geletar

(2) Gigi  Gerigi (3) Kerja  Kinerja 3. Sufiks (Akhiran)

Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Bentuk sufiks (akhiran) yaitu: -i, -kan, -an, -man, -wan, -wati, -wi (-wiah), dan –nya.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Buku ini menggambarkan pemakaian afiks pada bahasa Indonesia. Berikut ini contoh sufiks bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan sufiks bahasa Dayak Linoh.


(38)

1. (a) Amik Amikkan, Amik’em Turun  Turune

(b) Ambil  Ambilkan, Ambillah Turun  turunnya

2. (a) Turune roga sembako matang ngrugikan petani. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Turunnya harga sembako sangat merugikan petani. (Bahasa Indonesia)

Akhiran atau sufiks–e,- kan, dan - em pada kata turune, amikan, dan amikem dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan sufiks-nya, -kan, dan -lah pada kata turunnya, ambilkan, dan ambillah dalam bahasa Indonesia.

4. Konfiks (Imbuhan Terbelah)

Konfiks (Imbuhan Terbelah) adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar. Konfiks harus diletakan sekaligus pada dasar (harus mengapit dasar) karena konfiks merupakan imbuhan tunggal, yang tentu saja memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna. (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan komposit


(39)

bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua morfem (Sumadi, 2008). Bentuk konfiks (imbuhan terbelah) yaitu: ke-....-an, ber-....-an, peng-...-an, per-....-an, dan se-...-nya. Berikut ini contoh konfiks bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan konfiks bahasa Dayak Linoh.

1. (a) Konfiks se-...-e pada kata sepanai-panaie, sebagak-bagake Konfiks pe-...-an pada kata pejuangan

(b) Konfiks se-....-nya pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya Konfiks per-...-an pada kata perjuangan

2. (a) Sepanai-panai’e tupai namong pasti panai jatok gam. (b) Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga

Konfiksse–…-e dan pe-...-an pada kata sepanai-panaie, sebagak-bagake dan pejuangan dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan konfiks se-….-nya dan per-...-an pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya dan perjuangan dalam bahasa Indonesia.

5. Simulfiks (Imbuhan Gabung)

Simulfiks (Imbuhan Gabung) adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap. Bentuk simulfiks (imbuhan gabung) yaitu: memper-kan, diper-kan, memper-i, dan diper-i.

1. Cinta Doni dipeguraukan Sari (Bahasa Dayak Linoh) 2. Cinta Doni dipermainkan Sari (Bahasa Indonesia)


(40)

Simulfiks dipe-….-kan pada kalimat (1) khususnya pada kata dipeguraukan mempunyai kemiripan fungsi dengan simulfiks diper-….-kan pada kata dipermainkan dalam bahasa Indonesia. Pada uraian urutan pengimbuhan (afiksasi), afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar main adalah prefiks per- menjadi permain, setelah itu sufiks –kan menjadi permainkan. Akhirnya, baru prefiks di- pada kata tersebut sehingga menjadi dipermainkan.

Morfem ku, mu, nya, kau, dan isme memiliki arti leksikal sedangkan afiks tidak, oleh karenanya morfem tersebut tidak dapat dimasukkan kedalam golongan afiks, melainkan golongan yang biasa dan disebut klitik. Menurutt Ramlan (2013:57) Morfem nya yang termasuk golongan klitik adalah yang mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti ia (rupanya, agaknya, dan kiranya) termasuk golongan afiks karena hubungannya dengan arti leksikal sudah terputus.

2.2.3 Suku Dayak

Suku Dayak adalah suku yang sangat fenomenal yang ada di negara Indonesia, karena terkenal akan kekuatan magisnya. Kata Dayak berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat. Suku Dayak juga mempunyai bahasa-bahasa pemersatu bagi suku-suku Dayak yang ada di pulau Kalimantan.


(41)

Bahasa Dayak adalah bahasa yang digunakan masyarakat Dayak untuk berkomunikasi dalam acara adat istiadat setempat. Bahasa Dayak yang diperkirakan berjumlah sekitar 400-an merupakan tumpukan harta karun budaya bangsa yang menyimpan beranekaragam keindahan, kearifan, dan keunikan tradisi, pengetahuan, dan teknologi. Bahasa tersebut merupakan the last frontieryang membentengi berbagai kearifan tersebut dari kepunahan. Bagi orang Dayak yang tidak mengenal tradisi tulisan, bahasa-bahasa yang mereka miliki dapat diandalkan sebagai pertahanan budaya dan eksistensinya sebagai komunitas masyarakat adat menurut Surjani Alloy dkk (2008). Afiks dalam bahasa Dayak memeiliki persamaan bentuk seperti dalam bahasa Dayak Keninjal, bahasa Dayak Mualang, dan bahasa Dayak Linoh memiliki afik yang sama yaitu afiks n-, be-, te- se-, dan ke-. Afiks tersebut adalah bɘjalai, tɘbɘRap, ngɘlɘpas, kɘlimak, sɘRibu, ngamik, bejalan, tebait. Persamaan afiks tersebut dikerenakan bahasa Dayak merupakan bahasa yang serumpun hal ini disebabkan masuknya pengaruh bahasa lain melalui penjajahan di pulau Borneo.

2.2.4 Bahasa Dayak Linoh

Bahasa Dayak Linoh adalah bahasa yang muncul karena masyarakat Dayak Linoh mabok kulat (jamur) saat ada pegawai atau pesta (Lorensius Logang dkk delam rekaman). bahasa Dayak Linoh juga digunakan sebagai sarana komunikasi antara individu maupun kelompok dalam lingkup formal dan non formal. Selain itu, bahasa Dayak Linoh juga dapat dikatakan sebagai bahasa pemersatu orang-orang suku Linoh. Orang Linoh berasal dari daerah sekitar Nobal di dalam wilayah Kecamatan Sungai Tebelian, Kabupaten Sintang. Mereka pergi merantau


(42)

ke dalam Pinoh karena menghindari penjajahan Belanda melalui perpanjangan tangan mereka, Panembahan Sintang dan Kerajaan Sepauk. Orang Linoh di Tanah Pinoh diperkirakan sekitar 2.878 jiwa atau merupakan 13,52% dari penduduk Kecamatan Tanah Pinoh. Kecamatan Belimbing dan Kecamatan Sei Tebelian berjumlah masing-masing berjumlah 1324 dan 669 jiwa, sehingga jumlah keseluruhannya adalah 4.871 orang. Bunyi kebahasaan suku Dayak Linoh kebanyakan [r]-nya bergetar atau berkarat, hal ini sejalan dengan pendapat Surjani Alloy dkk (2008) dari sisi kebahasaannya, orang yang menuturkan bahasa Linoh ini bisa dibedakan dari penutur lainnya yang berada di sekitarnya, misalnya penutur bahasa Keninjal. Bila bunyi bahasanya kebanyakan [r]-nya bergetar di dalam maka sudah dapat dipastikan bahwa itu adalah orang Linoh, sedangkan orang Keninjalyang [r]-nya biasa saja.


(43)

Peta wilayah yang menggunakan bahasa Dayak Linoh

Berdasarkan peta di atas suku Dayak Linoh berada ditengah-tengah Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi, suku Dayak Linoh terbagi menjadi tiga sub yaitu Dayak Linoh Dakan Ganis, Dayak Linoh Keninyal (perembang), dan Dayak Linoh Pudau. Dari segi penggunaan bahasa setiap sub suku Dayak Linoh mempunyai bahasa yang sama hanya saja segi pengucapan berbeda. Suku Dayak Linoh berasal dari enam orang bersaudara yaitu Tikam, Torap, Tomas, Lumu,


(44)

Sami, Boji menurut Andreas Jemari. Daerah yang diteliti bahasanya adalah Desa Baya Mulya. Ketua adat desa Baya Mulya adalah Tanjung dengan anggota FX. Kedahan. Narasumbernya kepala desa Baya Mulya yaituYosep Suratman.

2.2.5 Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter (KBBI, Ed.IV: 166). Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakai. Selain itu bahasa memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi, intergasi dan adaptasi, kontrolsosial, memahami diri, ekspresi diri, memahami orang lain, mengamati lingkungan sekitar, berfikir logis, membangun kecerdasan, mengembangkan kecerdasan ganda, membangun karakter, mengembangkan profesi, dan memciptakan kreativitas baru. Fungsi ini berkembang menjadi simbol (lambang) nasional, negara, semangat untuk bersatu, dan kepribadian (Widjono 2007: 14-22). Bahasa Indonesia merupakan sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk saling berinteraksi satu dengan lainnya dan digunakan sebagai bahasa nasional dalam berbagai komunikasi yang bersifat nasional, kedinasan, dan kegiatan nasional dalam lembaga pemerintahan maupun non pemerintahan. Hal ini membuktikan pemakaian bahasa Indonesia telah berakar pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam suasana keakraban. Bahasa ini berasal dari bahasa Melayu tua, yaitu bahasa Melayu yang sampai sekarang masih dapat diselidiki sebagai peninggalan masa lampau (Mulyati dkk. 2008: 1.3).


(45)

2.3 Kerangka Berpikir

Analisis kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia

Proses Morfologis

Afiksasi (Zaenal Arifin dan Junaiyah, 2009), dan (Ramlan 2009)

Bahasa Dayak Linoh

Bahasa Indonesia

Proses pembentukan kata dan afiksasi

Persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh


(46)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bog dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2010:4) menjelaskan penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang atau pelaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti bersama penutur asli Dayak Linoh menerjemahkan karangan/tulisan ke dalam bahasa Dayak Linoh.

Penelitian ini merupakan penelitian sinkronis dan historis komperatif dengan tujuan membandingkan bentuk afiks yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Linoh. Selain membandingkan, peneliti juga akan menyimpulkan persamaan dan perbedaan afiks di kedua bahasa tersebut.

3.2 Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah penutur asli bahasa Dayak Linoh yaitu Cyprianus Karte, Elian Dotala, Supriyandi dan Yohanes Pamfi S.P yang dirasa dapat mewakili tuturan afiksasi dari berbagai status sosial. Data penelitian ini


(47)

adalah data yang sudah dianalisis dari hasil terjemahan karangan opini, tuturan bahasa Dayak Linoh serta lagu Dayak Linoh dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Dayak Linoh. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu

penelitian dengan judul “analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan

Bahasa Indonesia”.

Subjek penelitian:

No Nama Umur Profesi Alamat

1. Cyprianus karte 23 Mahasiswa

Desa Guhung Kec. Belimbing Kab. Melawi Kalimantan Barat

2. Yohanes Pamfi S.P 25 Mahasiswa

Desa Baya Mulya Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

3. Elian Dotala 21 Mahasiswa

Dusun Tengadak Desa Bancoh Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

4. Supriyandi 23 Mahasiswa

Desa SP 4 Rarai Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan


(48)

Barat

5.

Andreas Jemari S.Ag.,M.Th

52 Guru

Desa Nobal Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti berusaha menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan menguji hipotesis tertentu. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan afiksasi berbahasa karena peneliti akan menguraikan afiks yang terdapat dalam rekaman, lagu dan karangan/tulisan.

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode cakap. Sudaryanto (2015) mengatakan bahwa metode cakap ialah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimunculkan jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk mengetahui maksud kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. Teknik dasar tersebut dijabarkan dalam teknik lanjutan, yaitu teknik cakap lanjutan cakap semuka.


(49)

Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau spontanitas, maksudnya pencingan dapat muncul ditengah-tengah percakapan. Dalam mengaplikasikan teknik ini, peneliti memberikan stimulus pada penutur bahasa Dayak Linoh sesuai dengan konteks yang mendukung untuk memperoleh sebuah data tuturan berafiks. Teknik ini dapat dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman, setelah itu kata-kata yang berafiks kemudian disandingkan dengan bahasa Indonesianya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ialah wawancara (konfirmasi kepada informan) dengan bekal teori analisis kontrastif afiksasi. Teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Hasil analisis afiksasi yang diperoleh akan dimasukan kedalam format pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Sumber data: ………

No Data Kode

Afiks

Keterangan Prefiks Sufiks Konfiks Simulfiks


(50)

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.Untuk membandingkan kosakata bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia berdasarkan analisis kontrastif afiksasi adalah metode deskriptif kontrastif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsi permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini, sehingga diperoleh pembahasan yang lebih terperinci. Metode kontrastif digunakan untuk menbandingkan kosakata bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia agar memperoleh perbedaan bentuk kosakata bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia berdasarkan analisis kontrastif afiksasinya. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sehingga permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini dapat terselesaikan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Sudaryanto (2015:208) mengatakan bahwa metode cakap ialah berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti dan penutur selaku narasumber. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk merekam semua pembicaraan yang dilakukan oleh penutur, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat kosakata yang berafiks yang dituturkan oleh penutur menggunakan buku tulis.

Seiddel dalam buku Arikunto (2009) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:


(51)

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

3.6 Triangulasi Data

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (1989:195), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian analisis kontrastif afiksasi untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini juga dilakukan triangulasi logis. Peneliti lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini ialah Dr.Y. Karmin, M.Pd.


(52)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data berupa tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak Linoh dan karangan peneliti. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau bahasan dari data yang telah dideskripsikan pada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian yang dianalisis berupa tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak Linoh dan karangan peneliti. Data diambil berdasarkan afiks yang ada dalam tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak linoh, dan karangan peneliti. Data yang terkumpul berjumlah 83 afiks yang terdiri: 48 data berafiks dari karangan, 20 data berafiks dari lagu Dayak Linoh dan 15 data berafiks dari tuturan dalam rekaman. Setelah mendapatkan data tentang afiks peneliti mengelompokkan menjadi tiga masalah, yaitu, bentuk afiks, persamaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Data tersebut sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Data Afik Dalam Bahasa Dayak Linoh

No Afiks Jumlah Data

1 Prefiks (awalan) 48


(53)

3 Konfiks (imbuhan terbelah) 13

4 Simulfiks (imbuhan gabung) 1

JUMLAH 83

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah data afiks terbanyak adalah prefiks (awalan), yaitu berjumlah 48 afiks dari 83 afiks. Selanjutnya sufiks (ahkiran) ada 21 afiks. Selanjutnya, konfiks (imbuhan terbelah) ada 13 afiks, dan simulfiks ada 1 afiks.

4.1.1 Prefiks (awalan)

Data berikut ini merupakan data yang termasuk dalam kategori prefiks (awalan) yang berjumlah 48 afiks yang terdiri dari be-, ng-/n-, pe-, te-, dan ke-. Afiks tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2

No Data Kode Prefiks Penjelasan

1. a) Antik kita ngisa colap dan angat langkau panai dipakai betoduh. b) Ketika kita sedang

merasa kedinginan

dan kepanasan terdapat rumah yang digunakan untuk

berteduh

K.1/01 Ng-

Be- Me-

Be-

Kata ngisa dan betoduh adalah kata berimbuhan, kata dasarnya isa dan toduh, mendapat prefiks ng-, dan be-, yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna melakukan atau mengerjakan dan melakukan atau tindakan, yang memiliki persamaan dengan prefiks me- dan ber- dalam bahasa Indonesia.


(54)

2. A.Upacara bebukong itok udah ribuan taun

dipakai bala

masyarakat suku Dayak Linoh, upacara

ituk puba

penghormatan teakir seopan jonat dikubur dalam tanah.

B. Upacara bebukong ini sudah ribuan tahun di

lakukan oleh

masyarakat suku Dayak Linoh , upacara ini sebagai penghormatan

terakhir sebelum jenasah dimakamkan ke liang lahat.

K.2/07 Te-

Ter-

Kata teakir adalah kata berimbuhan, kata dasarnya akir, mendapat prefiks te-, fungsi prefiks te- sebagai pembentuk kata kerja pasif yang memiliki makna telah dilakukan atau dalam keadaan, yang memiliki persamaan dengan prefiks te- dalam bahasa Indonesia.

3. A.Tapi ngelolu kereja koras, tokad yang

membara, apai

kelagik semangat dongan pejuang dirik kita, panai ngogak cara pakai sampai kemimpi.

B. Namun, melalui kerja keras, tekad yang membara, juga

K.3/03 Ng-

N-

Me-

Kata nglolu dan ngogak adalah kata berimbuhan, kata dasarnya lolu dan gogak, mendapat prefiks n-, fungsi prefiks ng- pada kata nglolu dan ngogak sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna melakukan atau mencari, yang memiliki persamaan dengan prefiks me- dalam


(55)

semangat dan perjuangan kita mampu mencari cara untuk mencapai impian.

Me- bahasa Indonesia.

4. A.Matang nyangkak masalah idup yang nguntik datang dan

tekadang masalah

iyak uba pemunuh B.Banyak sekali

masalah hidup yang sering menghampiri

dan terkadang

masalah itu seperti

pembunuh

K.1/04 Te-

Pe-

Ter- Pem-

Kata tekadang, dan pemunuh adalah kata berimbuhan, kata dasarnya kadang, dan bunuh, mendapat prefiks te-, dan pe- fungsi prefiks te- pada kata tekadang sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna telah mengalami, fungsi prefiks pe- pada kata pemunuh sebagai pembentuk kata kerja yang ‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’. Dengan kata lain, dapat dikatakan makna ‘agentif’, yang memiliki persamaan dengan prefiks ter-, dan pe- dalam bahasa Indonesia.

5. A. Onak kemonai ikin nan...? B. Begurau z tok

nguang sidak

R.1/06 Ke- Be-

Kata kemonai, dan begurau, adalah kata berimbuhan, kata dasarnya monai, dan gurau, mendapat prefiks


(56)

ke-Pamfi , dan be-, fungsi prefiks ke- pada kata kemonai sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna telah mengalami, fungsi prefiks be- pada kata begurau sebagai pembentuk kerja yang memiliki makna suatu perbuatan yang aktif, yang memiliki persamaan dengan prefiks ke, ber dan sufiks -lah, dalam bahasa Indonesia.

4.1.2 Sufiks (akhiran)

Data berikut ini merupakan data yang termasuk dalam kategori sufiks (akhiran) yang berjumlah 21 afiks yang terdiri dari -e-, -am, dan -om, Afiks tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 3

No Data Kode Sufiks Penjelasan

1.

A. Tapi dongan bisik’e keluarga masalah iyak dapat teatasi dengan bait.

B. Namun, dengan

adanya keluarga

masalah itu dapat teratasi dengan baik.

K.1/05 -e

-nya

Kata bisik’e adalah kata berimbuhan, kata dasarnya bisik, mendapat sufiks –e, fungsi sufiks –e sebagai pembentuk kata sifat yang dimaksud untuk dirinya sendiri, yang memiliki makna berhubungan


(57)

dengan perbuatan. yang memiliki persamaan dengan sufiks -nya dalam bahasa Indonesia.

2. A. Upacara bebukong itok amat bagak selain iyak gam pakai

nglestarikan budaya yang agik ada’ jekuk’e.

B.Upacara bebukong ini sangat menarik selain itu juga untuk melestarikan budaya yang masih ada’ ujarnya.

K.2/05 -e

-nya

Kata jekuk’e adalah kata berimbuhan, kata dasarnya jekuk, mendapat sufiks –e, fungsi sufiks -e pada kata

jekuk’e sebagai pembentuk

kata sifat yang menunjukan diri sendiri yang memiliki makna sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan,

yang memiliki persamaan dengan sufiks -e, dalam bahasa Indonesia.

3. A.Wih matang bagak bah betinak yak B.Apai bagak’e.

R.1/02 -e Kata bagak’e adalah kata berimbuhan, kata dasarnya bagak mendapat sufiks –e, fungsi sufiks -e pada kata

bagak’e sebagai pembentuk

kata sifat yang menunjukan diri sendiri yang memiliki makna sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan, yang memiliki persamaan dengan sufiks nya dalam bahasa


(58)

Indonesia. 4. A. Opan isik ,

baru z uwas tiduk tok. B. Matang anal

bah mata yak pool tiduk

A. Keti am kau matang ngantuk.

R.1/05 -am Kata keti’am adalah kata berimbuhan, kata dasarnya keti, mendapat sufiks –am, fungsi sufiks -am pada kata

keti’am sebagai pembentuk

kata kerja yang memiliki makna tanya atau melakukan, yang memiliki persamaan dengan sufiks -lah, dalam bahasa Indonesia.

5. A.Apai pulah ikau diak Te....?

B.Onak ngamik beletek gonam tok, ikau onak nak....?

A. Baik kotok om aku mintak.

R.1/01 -om Kata kotok’om adalah kata berimbuhan, kata dasarnya kotok, mendapat sufiks -om, fungsi sufiks om pada kata kotok’om sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna tindakan atau menyuruh, yang memiliki persamaan dengan sufiks -lah dalam bahasa Indonesia.

4.1.3 Konfiks (imbuhan terbelah)

Data berikut ini merupakan data yang termasuk dalam kategori konfiks (imbuhan terbelah) yang berjumlah 13 afiks yang terdiri dari pe-...-e, pe-...-an, se-....-e, ng-...-kan, peny-....-e, dan ng-...-e, Afiks tersebut adalah sebagai berikut.


(59)

Tabel 4

No Data Kode Konfiks Penjelasan

1. A.Uba hal’e antik jiwa kita agik risau pemait’e bedari ke ontin keluarga.

B.Seperti halnya jika jiwa kita sedang risau, pelarian

sebaiknya ketempat

keluarga

K.1/02 Pe-....e

Se-....-nya

Kata pemait’e adalah kata berimbuhan, kata dasarnya bait, mendapat konfiks pe-...-e, fungsi konfiks pe-..-e pada kata

pemait’e sebagai

pembentuk kata

keterangan yang memiliki makna paling,

yang memiliki

persamaan dengan konfiks se-..-nya dalam bahasa Indonesia. 2. A.Pejuangan ngamik

mimpi di tanah rantau B.Perjuangan

mengambil mimpi di tanah rantau

K.3/01 Pe-....-an

Per-....an

Kata pejuangan adalah kata berimbuhan, kata dasarnya juang, mendapat konfiks ...-an, fungsi konfiks pe-...an pada kata pejuangan sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna tindakan, yang memiliki persamaan dengan konfiks per-...an dalam bahasa Indonesia.

3. A.Wih matang bagak bah betinak yak

R.1/02 Se-...-e Kata sebagak-bagak’e adalah kata berimbuhan,


(60)

B. Apai bagak’e, sebagak-bagak’e betinak yak bau gam kontut’e

kata dasarnya bagak mendapat konfiks se-...-e, fungsi se-...-e pada kata sebagak-bagak’e sebagai pembentuk kata keterangan dari kata sifat, yang memiliki makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai, yang memiliki persamaan dengan konfiks se-...-nya, dalam bahasa Indonesia. 4. A. Aku ngarapkan

ikit’n sehat selalu B. Aku mengharapkan

kalian sehat selalu

L.3/01 Ng-...-kan

Meng-....-kan

Kata ngarapkan adalah kata berimbuhan, kata

dasarnya arap,

mendapat konfiks ,..-kan, fungsi konfiks ng-...-kan, pada kata ngarapkan sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna suatu perbuatan atau

menunggu, yang

memiliki persamaan dengan Konfiks meng-..-kan dalam bahasa Indonesia.

5. A. Beragam penyobab’e dari mulai pengaruh

K.2/03 Peny-...-e Kata penyobab’e adalah kata berimbuhan, kata


(61)

teknologi. B.Beragam

penyebabnya, dari mulai pengaruh teknologi,

Peny-....-nya

dasarnya sobab

mendapat konfiks peny-...-e, fungsi konfiks peny-...-e, pada kata

penyobab’e sebagai

pembentuk kata benda yang memiliki makna suatu perbuatan atau sebab, yang memiliki persamaan dengan konfiks peny-...-nya dalam bahasa Indonesia.

6. A.Hp yak bah

Dipeguraukan lok sak adin kau nglolak’e.

R.1/03 Ng-...-e Kata nglolak’e adalah kata berimbuhan, kata dasarnya kelolak, mendapat konfiks e, fungsi konfiks ng-...-e pada kata nglolak’e sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna tindakan, yang memiliki persamaan dengan konfiks me-...-nya, dalam bahasa Indonesia.


(62)

4.1.4 Simulfiks (imbuhan gabung)

Data berikut ini merupakan data yang termasuk dalam kategori simulfiks (imbuhan gabung) yang berjumlah 1 afiks yang terdiri dari dipe-....-kan, Afiks tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 5

No Data Kode Simulfiks Penjelasan

1. A.Hp yak bah

Dipeguraukan lok

sak adin kau

nglolak’e,

R.1/03 Depe-...-kan

Kata dipeguraukan adalah kata berimbuhan, kata dasarnya gurau, mendapat simulfiks dipe-...-kan, fungsi simulfiks dipe-...-kan pada kata dipeguraukan sebagai pembentuk kerja yang memiliki makna tindakan atau melakukan, yang memiliki persamaan dengan simulfiks diper-...-kan, dalam bahasa Indonesia.


(63)

4.2 Analisis Data

Analisis dari hasil penelitian ini disajikan berdasarkan (a) proses pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan (b) persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia dan (c) perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Berikut adalah pemaparan analisis data dalam penelitian ini.

4.2.1 Analisis Prefiks

Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Kategori ini dianalisis berdasarkan proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh. Wujud prefiks dalam bahasa Dayak Linoh didapatkan dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam prefiks tersebut. Berikut adalah analisis data prefiks:

Data prefiks dalam bahasa Indonesia

1) Kalau kita merasa dingin dan hangat.

Merasa → me- + rasa (K.1/01) 2) Rumah bisa dipakai berteduh.

Berteduh → ber- + teduh (K.1/01)

3) Masalah hidup yang sering datang dan terkadang masalah itu seperti pembunuh bayaran.


(64)

Pembunuh → pem- + bunuh (K.1/04)

4) Lusianus Rinata Pratama anak rantau yang berusaha mengambil (impian) di tanah rantau.

Berusaha → ber- + usaha (K.3/04) Mengambil → meng- + ambil (K.3/04) Data prefiks dalam bahasa Dayak Linoh

1) Antik kita ngisa colap dan angat.

Ngisa → ng- + isa (K.1/01)

2) Langkau panai dipakai betoduh.

Betoduh → be- + toduh (K.1/01)

3) Masalah idup yang nguntik datang dan tekadang masalah iyak uba pemunuh bayaran.

Tekadang → te- + kadang (K.1/04)

Pemunuh → pe- + munuh (K.1/04)

4) Lusianus Rinata Pratama anak rantau yangbeusaha ngamik (impian) di tanah rantau.

Beusaha → be- + usaha (K.3/04)

Ngamik → ng- + amik (K.3/04)

Pada data prefiks di atas kata ngisa, betoduh, tekadang, pemunuh, beusaha dan ngamik adalah kata berimbuhan dengan kata dasarnya isa, toduh, kadang, munuh, usaha dan amik yang mendapat prefiks ng-, be-, te-, pe-, dan –ng yang berfungsi sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna melakukan, mengerjakan, mengalami dan perbuatan (dengan kata lain, dapat dikatakan makna


(65)

‘agentif’), yang memiliki persamaan dengan prefiks me-, ber-, ter- pe- dan meng- dalam bahasa Indonesia.

Analisis kontrastif berdasarkan data prefiks be-, n-/ng-, te-, dan ke- dalam bahasa Dayak Linoh tidak memiiliki variasi bantuk seperti prefiks ber-, me- meng- ter- dan ke- dalam bahasa Indonesia tetapi meliliki persamaan dari variasi bentuk dalam bahasa indonesia prefiks dalam bahasa Bahasa Dayak Linoh dan bahasa Indonesia sama-sama berfungsi sebagai pembentuk kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata nominal, fungsi ini sejalan dengan fungsi prefiks ber-, me-, ter-me-, dan ke-me-, dalam bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Ramlan 2009 yaitu sebagai pembentuk kata sifat, kata bilangan,kata nominal, dan kata kerja.

4.2.2 Analisis Sufiks

Sufiks (akhiran) adalah proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Kategori ini dianalisis berdasarkan proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh. Wujud sufiks dalam bahasa Dayak Linoh berupa transkip dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam sufiks tersebut. Berikut adalah analisis data sufiks:

Data sufiks dalam bahasa Indonesia

1) Dikitnya kesadaran anak muda untuk mewariskan tradisi nenek moyang. Dikitnya → dikit + -nya (K.2/03)


(1)

5.1.2 Persamaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia

a. Persamaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia dapat dilihat dari variasi bentuk afiksnya. Dalam bahasa indonesia ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, dan bel-, sedangkan dalam bahasa Dayak Linoh hanya ada bentuk be-,dalam bahasa Indonesia prefiks ter- memiliki variasi bentuk te- dan tel-, sedangkan dalam bahasa indonesia hanya ada prefiks te-, dalam bahasa Indonesia prefiks per- memiliki variasi bentuk pe- dan pel- sedangkan dalam bahasa Dayak Linoh hanya ada bentuk pe- dan per-...-an dalam bahasa Indonesia memiliki variasi bentuk per-...-an, pel-...-an, dan pe-...-an. Dalam bahasa Dayak Linoh hanya satu bentuk yaitu pe-...an.

b. Selain persamaan bentuk dalam bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, ada juga persamaan fungsi afiks dalam bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia fungsi tersebut ialah Prefiks be-, n-/ng-, te-, ke- dan pe- dalam bahasa Dayak Linoh berfungsi sebagai pembentuk kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata nominal, fungsi ini sejalan dengan fungsi prefiks ber-, me-, ter-, ke- dan pe-, dalam bahasa Indonesia dan konfiks se-,...-e dalam bahasa Dayak Linoh berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan dari kata sifat, ini sejalan dengan fungsi konfiks se-...-nya dalam bahasa Indonesia yang fungsinya hanya satu, ialah membentuk kata keterangan dari kata sifat.

c. Persamaan makna dalam bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

Prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh dan ber- dalam bahasa Indonesia menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif’, makna prefiks te- dan ter-


(2)

menyatakan makna ‘ketiba-tibaan’, ‘kemungkinan’, makna prefiks pe-

‘yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’. Dengan kata lain, dapat dikatakan makna ‘agentif’, makna konfiks se-...-e, dan se-,...-nya menyatakan makna ‘tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai’

5.1.3 Perbedaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia a. Perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia yang

memang benar-benar berbeda ialah afiks be-, am-, -om, dan pe-,...-e. afiks yang terdapat dalam bahasa Dayak Linoh ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Adapun afiks bahasa Dayak Linoh yang mirip dengan afiks bahasa indonesia adalah prefiks Be- dan Ber-, Ng- dan Meng-, Ng- dan Me-,Te- dan Ter- sufiks –e dan –nya, konfiks Peny,...-e dan peny-,...-nya, Ng-,...-kan dan meng-,...-kan, Pe-,..-an dan per-,...-an, ,..-e dan me-,...-nya, Se-,...-e dan se-,...-nya, Ng-,...-e dan me-,..-nya, simulfiks Dipe-,...-kan dan diper-,..-kan.

b. Perbedaan jenis afiks dalam bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia afiks dalam bahasa Indonesia menurut Zaenal dan Junaiyah 2009 terbagi menjadi empat yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah ( konfiks), sedangkan dalam bahasa Dayak Linoh afiks hanya terbagi menjadi tiga yaitu awalan (prefiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah ( konfiks).


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini. Berikut adalah saran-saran dari peneliti.

5.2.1 Bagi Peneliti Lain

1) Penelitian ini hanya meneliti tentang analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia saja. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang berbeda misalnya situasi dan bunyi.

2) Peneliti mengharapkan ada penelitian selanjutnya yang dapat meneruskan kajian peneliti agar penelitian kebudayaan yang berkaitan dengan linguistik dapat berkembang semakin banyak,

5.2.2 Bagi Guru

Peneliti mengharapkan kepada tenaga pendidik, khususnya guru bahasa Indonesia kiranya skripsi ini dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi guru-guru bahasa Indonesia terhadap bahasa daerah sehingga dapat memahaminya secara ilmiah dan dapat membimbing siswa dalam pembelajaran afiksasi bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

5.2.3 Bagi Masyarakat Dayak Linoh

Dengan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diharapkan dengan adanya penelitian tentang analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa


(4)

Indonesia mampu membuat masyarakat Dayak Linoh menjaga dan mempertahankan kearifan lokal khususnya dalam bidang bahasa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran umum mengenai proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh serta persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan bahasa Dayak Linoh, sehingga masyarakat Dayak Linoh dengan bangga menggunakan dan mengembangkan bahasa Dayak Linoh.


(5)

96 DAFTAR PUSTAKA

Alloy, Surjani, dkk. 2008. MOZAIK DAYAK: Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi

Arifin Zaenal, Junaiyah. 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Kata. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Menajemen Penelitian edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Bagus, Ida Putrayasa. 2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: PT Refika Aditama

Juliarsa, Sesilya Saman, Paternus Hanye, 2006. AFIKSASI BAHASA DAYAK KENINJAL. Pontianak: FKIP Untan.

Kridalaksana, Harimurti.2001. Kamus Linguistik Umum. Jakarta:Gramedia. Mulyati, Yati, Asep Supriana, Lis Setiawati, Nunung Supratini, Esti Pramuki.

2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mulyono, Iyo. 2013. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Teori dan Sejumput ProblematikTerapannya. Bandung : Yrama Widya

Paternus. 2001. Ngelala Bahasa Dayak Mualang. Pontianak: PPSDAK Pancur Kasih.

Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


(6)

97 Ramlan, M. 2009. MORFOLOGI : Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V.

KARYONO

Sudaryanto. 2015. METODE DAN ANEKA TEKNIK ANALISIS BAHASA pengantar penelitian wahana kebudayaan secara linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharna University Press

Sumiati, 2006. Afiksasi Bahasa Melayu Tayan Hilir. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.UNTAN.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung:Angkasa.

Widjono. 2007. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.