Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Pembahasan berisi tentang keterkaitan antara kajian pustaka yang diuraikan pada bab II, hasil analisis data validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas pengecoh dengan hasil penelitian terdahulu. 1. Validitas Isi Validitas isi juga disebut validitas kurikulum yang berarti suatu alat ukur dianggap valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur Surapranata, 2009: 51. Azwar 2015: 175 menjelaskan bahwa validitas isi menunjukkan sejauhmana butir-butir dalam tes mencakup keseluruhan isi yang tetap relevan dan tidak keluar dari tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi Sugiyono, 2014: 182. Berdasarkan pendapat para ahli, validitas merupakan kesesuaian antara isi instrumen atau isi kurikulum dengan materi yang dilakukan dengan membandingkannya. Pengujian validitas isi sangat penting dalam proses penyusunan tes prestasi belajar dan harus dilakukan oleh suatu panel yang terdiri dari para ahli dalam bidang yang sesuai Azwar, 2015: 175. Penelitian ini, analisis validitas isi butir soal tidak menggunakan panel ahli melainkan didasarkan pada kesesuaian antara materi dalam butir soal pilihan ganda dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran PKn kelas V SD. Hasil analisis data yang dilakukan peneliti untuk mengetahui validitas isi butir soal pilihan ganda ulangan akhir semester genap tahun pelajaran 20142015 mata pelajaran PKn kelas V memiliki butir soal yang valid sebanyak 93,33 dan 6,67 tidak valid. Hal ini berarti sebagian besar butir soal pilihan ganda yang berjumlah 28 butir soal dari 30 butir soal dapat dikatakan valid dan 2 butir soal tidak valid. Valid dalam penelitian ini adalah adanya kesesuaian antara materi dalam butir soal pilihan ganda dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada mata pelajaran PKn kelas V SD. 2. Reliabilitas Sudjana 2012: 16 menjelaskan bahwa reliabilitas merupakan ketetapan suatu alat penilaian tersebut dalam menilai apa yang dinilainya atau alat penilaian tersebut digunakan kapan saja akan memberikan hasil yang sama. Reliabilitas merupakan tingkat atau derajad konsistensi dari suatu instrumen yaitu suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda Arifin, 2009: 258. Sugiyono 2014: 173 menyatakan bahwa reliabilitas merupakan instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Berpedoman pada pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas merupakan suatu tingkat atau derajad konsistensi, keajegan atau ketetapan suatu alat penilaian yang dapat menghasilkan hasil yang sama saat digunakan kapan saja dan dimana saja. Analisis reliabilitas juga dilakukan dalam penelitian Amalia dan Widayati 2012 yang menghasilkan reliabilitas butir soal tes kendali mutu kelas XII SMA mata pelajaran ekonomi dengan koefisien reliabilitas yang tinggi yaitu soal seri A 0,833, B 0,843, C 0,803; D 0,785, dan E 0,768. Hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti untuk mengetahui reliabilitas butir soal pilihan ganda UAS genap mata pelajaran PKn kelas V tahun pelajaran 20142015 memiliki reliabilitas sebesar 0,710 dari 30 butir soal. Basuki 2014: 119 menyebutkan bahwa koefisien reliabilitas sebesar 0,70 sampai dengan 0,89 dikatakan tinggi. Namun berdasarkan pendapat Surapranata 2009: 114 menyatakan bahwa untuk pengukuran dibidang pendidikan memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,8. Hal itu berarti hasil reliabilitas sebesar 0,710 sudah dapat dikatakan tinggi, namun belum cukup untuk pengukuran dalam bidang pendidikan. 3. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu Kusaeri dan Suprananto, 2012: 174. Arifin 2009: 266 mengemukakan bahwa tingkat kesukaran merupakan pengukuran sebesar derajad kesukaran soal atau suatu soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran merupakan bilangan yang dapat menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal Arikunto, 2012: 223. Berpedoman pada pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran merupakan suatu pengukuran yang dapat memberikan peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu atau seberapa besar derajad kesukaran suatu soal yang dapat menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Tingkat kesukaran harus mempunyai keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsionl yaitu 30 mudah, 50 sedang, dan 20 sulit Sulistyorini, 2009: 174. Cara ini juga dilakukan dalam penelitian Amalia dan Widayati 2012, Maenani dan Oktava 2015, dan Suryawati dan Yulfikar 2012. Analisis butir soal dalam penelitian ini terdapat 30 butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah sebesar 11 butir atau sebesar 36,67, kategori sedang sebesar 16 butir atau 53,33, dan kategori sulit sebesar 3 butir atau 10. Hal ini menandakan bahwa tingkat kesukaran memiliki proporsi sebesar 36,67 mudah, 53,33 sedang, dan 10 sulit. Proporsi tersebut kurang sesuai dengan proporsi yang dijelaskan oleh Sulistyorini 2009: 174. Tingkat kesukaran kurang seimbang jika dilihat dari tingkat kesukaran dengan kategori mudah dan sulit sebesar 36,67 dan 10 yang normalnya 30 mudah dan 20 sulit, namun tingkat kesukaran dengan kategori sedang memiliki persentase yang mendekati proporsi normal yaitu 53,33 sedangkan proporsi normal 50. 4. Daya Beda Kusaeri dan Suprananto 2012: 175 menyatakan bahwa daya beda merupakan kemampuan butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi yang diujikan. Daya beda merupakan analisis daya pembeda yeng mengkaji instrumen penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan instrumen penelitian dalam membedakan siswa yang tergolong berprestasi dengan siswa yang tergolong lemah prestasinya Sudjana, 2012: 141. Arikunto 2012: 226 mengemukakan bahwa daya beda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa daya beda merupakan suatu pengukuran yang mengkaji suatu instrumen penilaian dimana suatu soal dapat membedakan antara siswa yang memahami materi dengan siswa yang belum memahami materi. Daya beda berkisar mulai dari -1 sampai +1, namun hanya harga positif saja yang memiliki arti dalam analisis Azwar, 2015: 139. Cara ini juga dilakukan dalam penelitian Amalia dan Widayati 2012. Koefisien daya beda dapat digunakan kriteria yang dikembangkan oleh Arikunto 2012: 232 yang menyatakan bahwa daya beda kategori 0,00-0,20 dikatakan jelek, 0,21-0,40 dikatakan cukup, 0,41-0,70 dikatakan baik, dan 0,71-1,00 dikatakan baik sekali. Analisis butir soal dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir soal yang memiliki hasil daya beda dengan kategori jelek sebesar 10, kategori cukup sebesar 76,67, dan kategori baik sebesar 13,33. Hasil persentase daya beda tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar soal memiliki daya beda dengan kategori cukup dengan persentase daya beda sebanyak 76,67. 5. Efektifitas Pengecoh Arifin 2009: 279 menjelaskan bahwa pengecoh dianggap baik jika jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal. Sudijono 2011: 409 menyebutkan bahwa efektifitas pengecoh merupakan jawaban salah dari hasil tes dan pengecoh akan efektif jika peserta didik terkecoh dalam memilih jawaban yang menyebabkan jawaban menjadi salah. Arikunto 2012: 234 menyebutkan bahwa suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 pengikut tes. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa efektifitas pengecoh merupakan suatu jawaban salah yang disebut pengecoh akan berfungsi jika dipilih oleh peserta didik dan jumlah peserta didik yang memilih pengecoh sama atau mendekati jumlah ideal dari pengecoh yang tersedia serta paling sedikit dipilih oleh 5 pengikut tes. Efektifitas pengecoh diperiksa untuk melihat apakah semua pengecoh telah berfungsi sebagaimana mestinya yaitu apakah pengecoh telah dipilih oleh lebih banyak siswa kelompok rendah sedangkan kelompok tinggi hanya sedikit Azwar, 2015: 141. Cara ini juga dilakukan dalam penelitian Suryawati dan Yulfikar 2012. Penelitian ini, hasil analisis efektifitas pengecoh butir soal memiliki pengecoh yang berfungsi sebanyak 12 butir dari 30 butir soal dan memiliki persentase sebesar 40. Butir soal yang memiliki pengecoh yang tidak berfungsi dengan baik terdapat 18 butir dari 30 butir soal dan memiliki persentase sebesar 60. Hasil persentase efektifitas pengecoh tersebut dapat dilihat bahwa sebagain besar butir soal memiliki pengecoh yang tidak berfungsi dengan hasil sebesar 60, sedangkan pengecoh yang berfungsi hanya sebesar 40. 6. Tingkat Kesukaran, Daya Beda, dan Efektifitas Pengecoh Butir soal yang tingkat kesukarannya sangat rendah atau sangat tinggi akan mempunyai daya beda yang kurang baik Azwar, 2015: 136. Kunci jawaban yang memiliki daya beda pada alternative statictics yang positif menunjukkan bahwa kunci jawaban sudah berfungsi Surapranata, 2009: 131. Pemilih kunci jawaban yang ditandai simbol memiliki nilai sama dengan tingkat kesukaran dan alternatif jawaban yang merupakan pengecoh harus memiliki daya beda pada alternative statictics yang negatif, hal itu berarti pemilihnya berasal dari siswa yang kurang cakap Azwar, 2015: 151. Hal tersebut berarti tingkat kesukaran, daya beda dan efektifitas pengecoh saling berhubungan. Berikut merupakan sampel dari hasil analisis tingkat kesukaran, daya beda, dan efektifitas pengecoh dengan bantuan software MiroCat Iteman versi 3.00. Gambar 4.9 Hasil Output MiroCat Iteman versi 3.00. Gambar 4.9 merupakan hasil analisis butir soal nomor 11 Seq. No. yang menunjukkan bahwa tingkat kesukaran Prop. Correct soal ini adalah 0,523 tergolong sedang. Daya beda Point Biser. pada butir soal nomor 11 adalah 0,440 tergolong baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesukaran yang tergolong sedang memiliki daya beda yang tergolong baik. Besar tingkat kesukaran menghasilkan nilai yang sama dengan kunci jawaban Key C yang ditandai oleh simbol bintang yaitu sama-sama sebesar 0,523. Kunci jawaban C sebesar 0,523 memiliki daya beda pada alternative statistics yang positif artinya kunci jawaban telah berfungsi. Efektifitas pengecoh Prop. Endorsing pada butir soal nomor 11 mempunyai pengecoh yang semuanya berfungsi. Pengecoh A memiliki nilai sebesar 0,168 dengan persentase 16,8, pengecoh B bernilai 0,145 dengan persentase 14,5, dan pengecoh D bernilai 0,164 dengan persentase 16,5 yang masing-masing pengecoh memiliki daya beda pada alternative statictics yang negatif atau pemilihnya berasal dari siswa yang kurang cakap. Gambar 4.10 Hasil Output MiroCat Iteman versi 3.00. Gambar 4.10 merupakan hasil analisis butir soal nomor 15 Seq. No. yang memiliki tingkat kesukaran Prop. Correct sebesar 0,288 yang tergolong sulit. Daya beda Point Biser. menunjukkan nilai sebesar 0,213 yang tergolong cukup. Hal ini berarti tingkat kesukaran yang tergolong sulit memiliki daya beda yang tergolong cukup. Besar tingkat kesukaran menghasilkan nilai yang sama dengan kunci jawaban C yaitu sama-sama bernilai 0,288. Kunci jawaban C berfungsi sebagaimana mestinya sebesar 0,288 yang memiliki nilai daya beda pada alternative statistics yang positif. Efektifitas pengecoh Prop. Endorsing pada butir soal nomor 15 semuanya berfungsi. Penegcoh A bernilai 0,267 atau 26,7. Pengecoh B bernilai 0,290 atau 29. Pengecoh D bernilai 0,150 atau 15. Pengecoh A dan B memiliki daya beda pada alternative statistics yang negatif. Pengcoh D memiliki daya beda pada alternative statistics yang positif berarti pengecoh D banyak dipilih oleh peserta tes Surapranata, 2009:42. Gambar 4.11 Hasil Output MiroCat Iteman versi 3.00. Gambar 4.11 merupakan hasil analisis butir soal nomor 18 Seq. No. yang memiliki nilai tingkat kesukaran Prop. Correct sebesar 0,971 yang tergolong mudah. Daya beda Point Biser. sebesar 0,293 yang tergolong cukup. Tingkat kesukaran yang tergolong mudah menghasilkan daya beda yang tergolong cukup. Besar tingkat kesukaran menghasilkan nilai yang sama dengan kunci jawaban A yaitu sama-sama sebesar 0,971. Kunci jawaban A sebesar 0,971 memiliki daya beda pada alternative statistics yang positif artinya kunci jawaban telah berfungsi sebagaimana mestinya. Efektifitas pengecoh Prop. Endorsing pada butir soal nomor 18 tidak berfungsi karena bernilai kurang dari 5 yaitu penegcoh B sebesar 0,020 atau 2, pengecoh C 0,007 atau 0,7, dan pengecoh D 0,003 atau 0,3. Tanda negatif pada pengecoh B, C, dan D berarti pengecoh dipilih oleh kelompok rendah. 96

BAB V PENUTUP