6 Nyah Gedhe menambah lagi pemberian uang kepada
hambanya itu, sehingga cukup untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya di tanah yang telah dibelinya.
Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61
4. Rasa Ingin Tahu
Cerita ini memiliki dua nilai rasa ingin tahu. Nilai rasaingin tahu tercermin dalam alur yang menceritakan Nyah Gedhe
bertanya pada hambanya tentang penyelesain rumah yang telah dibangunnya dengan uang pemberian Nyah Gedhe. Berikut
kutipannya.
Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe dari kata Nyonyah Gedhe, Nyoyah Besar : yang dimaksud ialah isteri
Babah Kidul Loji bertanya pada si hamba, sudah selesai atau belumkah dia membangun rumahnya.
Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61
5. Jujur
Nilai kejujuran terdapat pada jawaban si hamba yang setia kepada Nyah Gedhe. Setiap ia ditanya tentang rumah yang sedang
dibangunnya ia selalu menjawab belum, karena memang rumah yang dibangunnya belum selesai . Berikut kutipannya.
Tiap-tiap kali Nyah Gedhe berta nya : “Bagaimana
rumahmu?” Dan tiap-
tiap kali hamba itu menjawab : “Belum Nyah”. Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61
6. Peduli Sosial
Cerita ini terdapat tiga nilai peduli sosial. Nilai peduli sosial yang pertama tercermin pada tindakan Nyah Cilik yang membantu
hambanya karena mengira ia kekurangan biaya dalam membangun rumahnya 7. Nilai peduli sosial yang kedua terdapat dalam alur
yang menceritakan tentang hamba yang tidak membangun rumah yang besar dengan uang pemberian tuannya, namu justru membuat
bendungan untuk mengairi sawah orang banyak 8. Sedangkan nilai peduli sosial yang ketiga terdapat dalam alur
yang menceritakan bahwa Nyah Gedhe jadi marah kepada hambanya, karena uang yang ia berikan bisa untuk kebutuhan
orang banyak bahkan orang kota 9. Berikut kutipannya.
7 Nyah Cilik tau, hamba itu setiap ditanya tentang rumahnya
senantiasa menjawab “Belum”, maka ia mengira si hamba kurang
biaya untuk
menyelesaikan pembangunan
rumahnya. Dia lalu mengulurkan uang sumbangan, untuk menunjang agar rumah si hamba selesai dibangun.
Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60
8 “memang sengaja saya membangun hanya gubuk kecil
saja, sebab saya belum punya anak. Meski hanya gubug kecil saja cukup kutempati. Uang sisanya , saya gunakan
untuk membangun bendungan, pintu air dan saluran air, untuk mengairi sawah di sekitar tempat ini. Kasihan para
petani sawah mereka kering, itulah sebabnya saya membantu
mereka membuatkan
saluran air
dan bendungan”.
Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61
9 Tidak mengapa. Uang yang kuberikan kepada dia itu
bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak. Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61
4.2 Relevansi Penelitian dalam Pembelajaran Sastra di SMA
Dalam penelitian ini terdapat relevansi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 2. Relevansi ini membicarakan
bagaimana hubungan penelitian yang diteliti terhadap pembelajaran di kelas. Relevansi ini berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
49
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang berjud ul “ Nilai Pendidikan Karakter
dalam Cerita Rakyat “Blunyah Gedhe ” dan Relevansi Terhadap Pembelajaran
SMA Kelas X Semester 2, mencangkup tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, dan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat yang berjudul
““Blunyah Gedhe””. Dalam penelitian terhadap cerita ““Blunyah Gedhe”” ini terdapat tokoh-tokoh di dalamnya antara lain, Babah Kidul Loji, seorang
yang tidak mudah putus asa dan sangat sayang kepada putrinya. Hamba Sahaya, seorang yang setia terhadap tuannya dan bertanggung jawab
terhadap tugas-tugasnya. Nyah Gedhe, seorang yang sangat perhatian terhadap orang lain. Nyah Cilik, seorang yang suka menolong dan peduli terhadap
orang lain. Analisis alur dalam cerita ““Blunyah Gedhe”” ini menggunakan tiga
struktur alur yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal dimulai dengan paparan pada masa pemerintahan Sultan yang merupakan raja di Yogyakarta
kotanya belum selebar sekarang ini. Di kota Yogyakarta terdapat seorang Cina yang sangat kaya yang tinggal di dalam kota. Tidak ada yang tau nama dari
orang Cina yang kaya itu, tapi karena tinggal di sebelah Selatan rumah Loji, maka orang-orang memanggilnya Babah Kidul Loji. Babah Kidul loji
mempunyai anak tunggal perempuan yang sangat ia cintai. Anaknya berwajah
cantik, namun ada yang membuat Babah Kidul Loji menyimpan kesedihan, anaknya sakit-sakitan. Bagian tengah dimulai dengan cerita Ternyata dari
semua usaha untuk menyembuhkan penyakit dari putri tunggal Babah Kidul Loji, usaha dari hamba yang setia itulah yang dapat menyembuhkan penyakit
anaknya. Karena jasanya hamba yang setia itu mendapat hadiah uang yang banyak, yang cukup untuk membangun gedung besar. Bagian akhir dimulai
dengan cerita Nyah Gedhe lalu memberikan uang lagi kepada hambanya yang baik itu untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya.
Analisis latar dalam cerita ““Blunyah Gedhe”” dibagi atas latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Adapun ketiga tersebut adalah sebagai berikut.
Latar tempat pada cerita rakyat “Blunyah Gedhe” adalah kota Jogja, Kidul lojiSelatan loji, Utara tugu lancip, “Blunyah Gedhe” dan Blunyah cilik.
Latar waktu pada cerita rakyat “Blunyah Gedhe” adalah pada jaman dahulu saat pemerintahan Sultan, selang beberapa bulan setelah itu, tiap-tiap kali,
suatu ketika, setelah lewat beberapa bulan, lama-kelamaan dan suatu hari. Latar sosial pada cerita “Blunyah Gedhe” adalah seorang cina kaya raya.
Cerita rakyat yang berjudul “Blunyah Gedhe” ini mengandung tema peduli sosial. Hal ini dapat dilihat dari pengorbanan hamba yang telah diberi
hadiah uang yang cukup ia pergunakan untuk membangun rumah yang sangat besar, namun tak digunakan untuk rumahnya. Dia justru membuatkan
bendungan dan saluran air untuk para petani disekitar lingkunganya, karena ia tahu para petani itu kesulitan untuk mendapatkan air untuk sawahnya. Dalam
cerita rakyat “Blunyah Gedhe” ini terdapat enam nilai pendidikan karakter
yaitu kerja keras, mandiri, menghargai prestasi, rasa ingin tahu, jujur, peduli sosial.
Setelah meneliti
dan menganalisi
secara keseluruhan,
peneliti menyimpulkan bahwa relevansi hasil penelitian terdapat dalam pembelajaran
sastra di SMA kelas X semester 2, dengan strandar kompetensi mendengarkan memahami cerita rakyat yang dituturkan, dan kompetensi dasar menemukan
hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman.
5.2 Implikasi
Penelitian terhadap cerita rakyat dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjudul “Blunyah Gedhe” ini dapat memberikan referensi dan pandangan
bagi dunia sastra khususnya dalam mengaplikasikan cerita rakyat sebagai jembatan dalam membentuk nilai pendidikan karakter pada peserta didik dan
agar lebih mencintai kebudayaan tradisional yang terkandung dalam cerita rakyat.
5.3 Saran
Peneliti juga menyarankan agar peneliti berikutnya dapat mengangkat dan menganalisis cerita rakyat dengan meneliti berdasarkan sudut pandang dan
aspek lainnya. Dapat bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat umum lainnya agar kita semua dapat lebih mencintai serta tidak melupakan tradisi-
tradisi kita masing-masing.
52
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 1976. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Depdikbud. 1982. Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2011. Delapan Belas
Nilai Karakter Bangsa. Dimuat di http:www.Binaremajabantul.blogspot.com
Berliani, Riris. 2011. “Nilai-Nilai Moral dalam Seri Cerita Rakyat Kalimantan
Barat Karya Sekar Septiadi: Tinjauan Sosiologi Sastra Implementasi dalam Pembelajaran Sastra di SD Kelas V Semester I
”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Endraswara, Suwardi. 2002. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: PT Buku Seru.
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Srategi pendidikan Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Mardiatmaja. 1986. Tantangan Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy. J. 2005 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Nurgiantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Kanisius.
Samani, Muckhlas dan Hariyanto.2012. Pendidikan Karakter. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Prenada Media Grup.
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Sanjaya.