Nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat Blunyah Gedhe dan relevansi terhadap pembelajaran SMA kelas X semester 2.

(1)

Ayu, Monica. 2015. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Cerita Rakyat Blunyah Gedhe

dan Relevani Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini akan menyampaikan bagaimana sastra dapat menjadi perantara sebuah pendidikan karakter untuk membantu para generasi terdidik khususnya anak-anak. Penelitian ini menjawab tiga masalah, yakni (1) bagaimana tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema dalam cerita Blunyah Gedhe? (2) bagaimana nilai pendidikan karakter dalam cerita Blunyah Gedhe? (3) bagaimana relevansinya terhadapan pembelajaran kelas X? Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Depdiknas, yakni delapan belas nilai pendidikan karakter antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dan data penelitian ini adalah Ceritera Rakyat Daerah

Istimewa Yogyakarta- Depdikbud,1982 . Data penelitian ini berupa cerita pendek dengan

judul Blunyah Gedhe.

Sesuai dengan tiga rumusan masalah di atas, hasil dari penelitian ini yang berjudul “

Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat Blunyah Gedhe”, mencangkup tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, dan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat yang berjudul Blunyah Gedhe. Peneliti menemukan enam nilai pendidikan karakter, yakni : (1) kerja keras, (2) mandiri, (3) menghargai prestasi, (4) rasa ingin tahu, (5) jujur, (6) peduli sosial. Nilai pendidikan karakter yang paling dominan adalah nilai peduli sosial.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat “Blunyah Gedhe” memiliki relevansi terhadap pembelajaran terdapat dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 2, dengan standar kompetensi mendengarkan dan memahami cerita rakyat yang dituturkan, dan kompetensi dasar menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.


(2)

ABSTRACT

Ayu, Monica. 2015. Character educational value in folktale “Blunyah Gedhe” and Relevance to Literature Learning of High School Student in Grade X Second Semester. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma university.

This research was planned to show literature can become a media of a character education to help the educated generation especially children. This research answered five problems, namely: (1) what are the character and characteristic, plot, setting and theme in

folktale “Blunyah Gedhe”? (2) What are character educational valves there in folktale

“Blunyah Gedhe”? (3) What is the relevalves there in folktale toward literature learning of high school student in grade X? The stories which were used in this research was character education which is stated by National Educational Department, namely: reigionsity, honesty, tolerance, discipline, hard work, ceativity, independence, democratic, curiousity, nationality spirit, patriotic, respect to achievement, friendly/communicative, peace, fond of reading, social awarness, environmmental awarness, and responsible.

Based on the method, this research is included in gualitative descriptive research. The

data resource of this research was taken from “Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yokyakarta”,

Depdikbud, 1982. The data of the research is folktale which is entitled “ Blunyah Gedhe”.

Based on three problem stated in prvious part, the researches finally found six character values, namely: (1) hard work, (2) independence, (3) respect to achievement, (4) curiousity, (5) honesty and, (6) social awareness. The social awareness is the most dominant.

Therefore it can be concluded that folktale “Blunyah Gedhe” has relevance toward literature

learning of High School student in garde X (second semester) with competency standard to listen and understand the folktale and the basic competency to find the interesting things about the character of folktale whish is given directly or recording.


(3)

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT

“BLUNYAH GEDHE” DANRELEVANSI TERHADAP PEMBELAJARAN

SMA KELAS X SEMESTER 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh

Monica Ayu Kusumasari Tresna Purbalaras 08 1224 053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT “BLUNYAH GEDHE” DAN RELEVANSI TERHADAP PEMBELAJARAN

SMA KELAS X SEMESTER 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh

Monica Ayu Kusumasari Tresna Purbalaras 08 1224 053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

SKRIPSI

NILAIPENDIDIKAN KARAKTER DALAⅣ I CERITA RAKYAT

``BLUNYAⅡ

GEDEE"DAN RELEVANSITERHADAP PEMBELAJARAN

SIⅥ

A KELAS X SEMESTER 2

Purbalaras


(6)

SKRIPSI

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT

..BLUNYAH GEDHE,' DAN RELEVANSI TERHADAP PEMBELAJARAN

SMA KELAS X SEMESTER 2

Dipersiapkan dan disusun oleh

Monica A1u Kusumasari Tresna Purbalaras

a8 L224As3

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 16 Juni 2015

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

Nama Lengkap

Dr. Yuliana Setiyaningsih, M,Pd. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Drs. J. Prapta Diharja. S.J., M.Hum.

Drs. B. Rahmanto, M.Hum.

Rishe Purnama Dewi, S.Pd. M. Hum.

Yogyakarta, 16 Juni 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

111

ti -id q

N

,#.-\

";

#"il,t*ffi

fEf'T(


(7)

iv MOTTO

“Hidup adalah sebuah perjuangan yang harus dihadapi,


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tanda bakti untuk papi dan mamiku tercinta

Untuk calon pendamping yang selalu ada setia ada dalam setiap prosesnya

Dan untuk para penyemangat yang tanpa kenal bosan selalu memberi dukungan

teman, sahabat, keluarga


(9)

PER}IYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan di dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karyu ilmiah.

Yogyakana, 16 Juni 2015

08 1224 053


(10)

LEMBAR PERIYYATAAFT PERSETUJUAI\I

PUBLIKASI KARYA

ILMIAII

T'NTUK KEPENTINGAI[ AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

: MonicaAytr Kusumasari Tresna Purbalaras

Nomor Induk

Mahasiswa : A8 1224 053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Saaata Dharma yang berjudul:

NILAI PENDII}IKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT

"BLUI\-YAH GEDIIE" DAN RELEVAI{SI TERIIADAP PEMBELAJARAN

SMA KELAS X SEMESTER 2

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma

hak

untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya seoara terbatas, dan mempublikasikannya di lntemet atau media lain unhrk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupur memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Juni 2015 Yang mEqyatakan,

\/

I,V

llvtonic#Ayu Kusumasari Tresna Purbalaras)


(11)

viii ABSTRAK

Ayu, Monica. 2015. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Cerita Rakyat “Blunyah Gedhe” dan Relevani Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini akan menyampaikan bagaimana sastra dapat menjadi perantara sebuah pendidikan karakter untuk membantu para generasi terdidik khususnya anak-anak. Penelitian ini menjawab tiga masalah, yakni (1) bagaimana tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema dalam cerita Blunyah Gedhe? (2) bagaimana nilai pendidikan karakter dalam cerita Blunyah Gedhe? (3) bagaimana relevansinya terhadapan pembelajaran kelas X? Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendidikan karakter yang dikemukakan oleh Depdiknas, yakni delapan belas nilai pendidikan karakter antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dan data penelitian ini adalah Ceritera

Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta- Depdikbud,1982 . Data penelitian ini

berupa cerita pendek dengan judul Blunyah Gedhe.

Sesuai dengan tiga rumusan masalah di atas, hasil dari penelitian ini yang

berjudul “ Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat Blunyah Gedhe”,

mencangkup tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, dan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat yang berjudul Blunyah Gedhe. Peneliti menemukan enam nilai pendidikan karakter, yakni : (1) kerja keras, (2) mandiri, (3) menghargai prestasi, (4) rasa ingin tahu, (5) jujur, (6) peduli sosial. Nilai pendidikan karakter yang paling dominan adalah nilai peduli sosial.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat “Blunyah Gedhe”

memiliki relevansi terhadap pembelajaran terdapat dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 2, dengan standar kompetensi mendengarkan dan memahami cerita rakyat yang dituturkan, dan kompetensi dasar menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.


(12)

ix ABSTRACT

Ayu, Monica. 2015. Character educational value in folktale “Blunyah Gedhe”

and Relevance to Literature Learning of High School Student in Grade X Second Semester. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma university.

This research was planned to show literature can become a media of a character education to help the educated generation especially children. This research answered five problems, namely: (1) what are the character and

characteristic, plot, setting and theme in folktale “Blunyah Gedhe”? (2) What are

character educational valves there in folktale “Blunyah Gedhe”? (3) What is the

relevalves there in folktale toward literature learning of high school student in grade X? The stories which were used in this research was character education which is stated by National Educational Department, namely: reigionsity, honesty, tolerance, discipline, hard work, ceativity, independence, democratic, curiousity, nationality spirit, patriotic, respect to achievement, friendly/communicative, peace, fond of reading, social awarness, environmmental awarness, and responsible.

Based on the method, this research is included in gualitative descriptive

research. The data resource of this research was taken from “Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yokyakarta”, Depdikbud, 1982. The data of the research is folktale

which is entitled “ Blunyah Gedhe”.

Based on three problem stated in prvious part, the researches finally found six character values, namely: (1) hard work, (2) independence, (3) respect to achievement, (4) curiousity, (5) honesty and, (6) social awareness. The social awareness is the most dominant. Therefore it can be concluded that folktale

“Blunyah Gedhe” has relevance toward literature learning of High School student

in garde X (second semester) with competency standard to listen and understand the folktale and the basic competency to find the interesting things about the character of folktale whish is given directly or recording.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Penolong Abadi, karena rahmat dan berkat-Nya telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Pendidikan Karakter

Dalam Cerita Rakyat “Blunyah Gedhe” dan Relevani Terhadap Pembelajaran

SMA Kelas X Semester 2, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Sanata Dharma.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, selama ini menjadi Pembimbing Akdemik yang baik.

3. Bapak Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M. Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar dan selalu mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Segenap dosen PBSI yang selama ini telah membagi ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma. 5. Bapak Iik Maryono dan ibu Benedigta Suryati yang selalu sabar dan tidak

pernah lelah untuk mendukung dan memanjatkan doa bagi penulis.

6. Angger Rengga Hutama, terima kasih telah menjadi teman yang begitu setia hingga detik ini. Terima kasih atas bantuan, dukungan, doa, serta kesabarannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Lidwina Wimala,Veronicha Kristanti, Singgih Dwi Listiawan, Petrus

Kanisius, beserta “genk ewer-ewer” yang selalu mendukung dan menghibur


(14)

xi

8. Teman-teman PBSI yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas kerjasamanya selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu. Semoga kebaikan dan doa yang dipanjatkan untuk penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yesus Kristus.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna. Walaupun demikian, besar harapan penulis bahwa penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya.

Yogyakarta, 10 April 2015 Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4


(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 9

2.2.1.1 Pengertian Nilai ... 9

2.2.1.2 Pendidikan Karakter ... 9

2.2.1.3 Nilai Pendidikan Karakter... 10

2.2.2 Kajian Moral ... 13

2.2.3 Tokoh dan Penokohan... 14

2.2.4 Alur ... 15

2.2.5 Latar ... 15

2.2.6 Tema ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Jenis Penelitian... 17

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 17

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 18

3.4 Teknik Analisis Data... 19

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Analisis Tokoh dan Penokohan, Alur, Latar, Tema dan Pendidikan Karakter Cerita Rakyat“Blunyah Gedhe” ... 21

4.1.1 Analisis Tokoh dan Penokohan ... 21

4.1.2 Analisis Alur ... 28


(17)

xiv

4.1.4 Analisis Tema ... 42

4.1.5 Analisis Pendidikan Karakter ... 43

4.2 Relevansi Penelitian dalam Pembelajaran Sastra di SMA... 48

BAB VI PENUTUP ... 49

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Implikasi ... 51

5.3 Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

BIOGRAFI PENULIS ... 53


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki sifat alami yaitu baik dan buruk dan di dalam kehidupan sehari-harinya kedua hal itulah yang sangat menonjol. Namun sebagai manusia kita harus dapat memilah secara tepat, bahwa akan dibawa ke arah manakah sikap dan karakter kita sebagai manusia. Banyak cara yang dapat membuat pribadi yang berkarakter dan berpendidikan. Dengan mendidik secara positif, manusia dapat mewariskan nilai-nilai positif pada generasi yang akan datang dan menjadi panutan sebagai manusia yang mempunyai nilai pendidikan yang berkarakter.

Melalui nilai-nilai manusia menerapkan pengalaman masa lalunya, menghayati kehidupannya masa kini dan menjawab tantangan ke depan bagi tugas penyempurnaan dirinya sebagai makhluk yang hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Sebagai penghayat nilai, manusia mampu menimbang dan menilai perjalanan masa lalunya, Koesoema (2007).

Menurut Suyitno (1986), sastra tidak saja lahir karena fenomena-fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra sebagi suatu imajinatif, fiktif, inventif, juga harus melayani misi-misi yang harus dipertanggungjawabkan. Sastra merupakan karya yang menggambarkan sebuh kehidupan, pengalaman hidup, maupun sifat imajinatif dari seseorang yang diwujudkan dalam sebuah bahasa sebagai media. Perbedaan sastra jika


(19)

dbandingkan dengan karya tulis yang lain adalah keindahan dalam isi dan pengungkapannya.

Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kumpulan

beberapa cerita rakyat yang berasal dari provinsi Yogyakarta. Buku ini menyampaikan dan mengangkat budaya tradisional yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin maju. Buku ini juga mampu dijadikan sebagi pembelajaran baik bagi peserta didik di sekolah maupun di dalam lingkungan masyarakat. Dalam buku kumpulan cerpen Ceritera Rakyat Daerah Istimewa

Yogyakarta ini memiliki beberapa nilai pedidikan karakter yang dominan, antara

lain, tanggung jawab, jujur, disiplin, dan kerja keras.

Telah kita ketahui bahwa budaya tradisional mulai ditinggalkan oleh para generasi penerus bangsa. Mereka sudah beralih kepada budaya modern yang memang sedang berkembang sekarang ini. Dalam penelitian ini peneliti akan menyampaikan bagaimana sastra dapat menjadi perantara sebuah pendidikan karakter untuk membantu para generasi terdidik khususnya anak-anak.

Berdasarkan penelitian ini, penulis ingin mengangkat kembali budaya tradisional yang diaplikasikan dengan nilai pendidikan karater dengan menggunakan cerita rakyat. Dengan adanya penelitian ini diharapkan para anak usia dini belajar mencintai budaya daerah masing-masing dan mempunyai nilai pendidikan karakter.


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaiamana tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema dalam ceritapendek“Blunyah Gedhe”?

2. Bagaimana nilai pendidikan karakter dalam cerita“Blunyah Gedhe”? 3. Bagaimana relevansinya dengan pembelajaran di kelas X?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam rumusan masalah tersebut, penelitian ini memiliki tujuan dalam beberapa hal, anatara lain sebagi berikut:

1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan, alur, latar, dan tema dalam cerita rakyat“Blunyah Gedhe”.

2. Mendeskripsikan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat “Blunyah Gedhe”.

3. Mendeskripsikan relevansi terhadap pembelajaran kelas X semester II.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat yaitu:

1. menambah khasanah kajian sastra khususnya dalam analisis cerita rakyat, 2. dapat memberi tambahan informasi terhadap pembaca mengenai Ceritera


(21)

3. memberikan sumbangan bagi pembelajar sastra, khususnya yang berkaitan dengan hasil penelitian mengenai cerita Blunyah Gedhe.

1.5 Batasan Istilah

Istilah yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah bentuk penuturan ceritera yang pada dasarnya tersebar secara lisandan diwariskan turun temurun dikalangan masyarakat penduduk secara tradisional (Depdikbud, 1982:1).

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagi pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulai dari peserta didik dengan mepraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan (Samani dkk, 2012:44).

3. Nilai

Nilai adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas manausia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi, atau yang berguna untuk suatu tujuan (Mardiatmadja, 1986:54).


(22)

4. Moral

Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyantoro, 1995:321).

5. Tokoh dan Penokohan a. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam periwtiwa cerita. Toko merupakan rekaan pengarang dan hanya pengarang yang mengenal mereka, maka tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar watak dapat dikenali (Sudjiman, 1998:16).

b. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambar yang jelas tenang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2012:165). Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia menyangkut masalah siapa tokoh cerita, dalam sebuah cerita sehigga sanggup memberika gambaran yang jelas kepada pembaca.


(23)

6. Alur

Dalam cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangn tulang punggung cerita, yaitu alur.

7. Latar

Latar (setting) dapat dipahami sebagi landas tumpu berlangsungnya berbaga peristiwa dan kisah yang diceritakan dala cerita fiksi. Latar menunjuk pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial-budaya.

8. Tema

Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagai sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir dalam sebagai satu kesatuan yang padu. Dalam sebuah certa, tema jarang diungkapan secara eksplisit, tetapi menjawai keseluruhan cerita.

1.6 Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini disusun menjadi lima bab. Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang menjelaskan tentang teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, yaitu kajian pustaka dan kajian teori. Bab III,


(24)

metodologi penelitian yang berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data.

Kemudian selanjutnya, Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat“Blunyah Gedhe”. Bab

V, yaitu penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.


(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Dari segi permasalahan yang diungkapkan, peneliti menemukan beberapa penelitian serupa yang berhubungan dengan topik penelitian dan apa yang diteliti. Penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Riris Berliani (2011). Penelitian Riris Berliani dalam rangka menyusun skripsinya yang bejudul

Nilai-Nilai Moral Dalam Seri Cerita Rakyat kalimantan Barat Karya Sekar Septiadi:

Tinjauan Sosiologi Sastra Serta Implementasi dalam Pembelajaran Sastra di SD

Kelas V Semester I yang disusun pada tahun 2011.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskripstif analisis. Selain menganalisis tokoh dan latar. Penelitian ini juga menganalisis nilai-nilai moral yang dalam Seri Cerita Rakyat Kalimantan

Barat karya Sekar Sptiandi. Relevansi antara penelitian yang terdahulu dengan


(26)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 2.2.1.1 Pengertian Nilai

Nilai dalam hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas manusia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi, atau yang berguna untuk sesuatu tujuan. Nilai itu berkaitan erat dengan kebaikan dalam inti suatu hal. Pembedaan antara kedua hal itu amat penting untuk pemahaman yang tepat mengenai pendidikan. Sebab dapat terjadi bahwa sesuatu itu baik akan tetapi tidak bernilai bagi seseorang, pada umumnya atau pada suatu konteks peristiwa tertentu (Mardiatmadja, 1986: 54).

2.2.1.2 Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri-ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian, serta prektikemulasi (usaha yang maksimal) untuk mewujudkan hikmah dari apa yang dipelajari (Samani, 2012: 44-45).


(27)

2.2.1.3 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Depdiknas (2011), di dalam pendidikan karakter terdapat delapan belas nilai. Nilai-nilai tersebut adalah sebagi berikut.

a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapa dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya. d. Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas, dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.


(28)

f. Kreatif

Bepikir dan melakukan sesuatu yang menghasilkan cara atau hasil baru dari yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berpikir, sikap, dan tindakan yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.

j. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.


(29)

l. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasila orang lain.

m. Bersahabat / Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

q. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya dengan mengembangka upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.


(30)

r. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.2 Kajian Moral

Moral adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, moral merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, maka yang disarankan lewat cerita. Secara umum moral menyaankan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya: akhlak, budi pekerti, susila. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santung pergaulan. Ia bersifat praktis sebab


(31)

kehidupan nyata, sebagimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat tokoh-tokohnya.

Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian baik. Dengan demikian, jika dalam karya sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagi tokoh antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak secara demikian. Sikap dan tingkah laku tokoh tersebut hanyalah model, model yang kurang baik, yang sengaja ditampilkan justru agar tidak diikuti atau minimal tidak dicenderungi oleh pembaca (Nurgiyantoro, 1995:321-323).

2.2.3 Tokoh dan Penokohan a. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami perstiwa atau berkelakuan di dalam peristiwa cerita. Tokoh merupakan rekaan pengarang dan hanya pengarang yang mengenal mereka, maka tokoh perlu digambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar watak dapat dikenali (Sudjiman, 1988:16). Tokoh memberikan sebuah gambaran jalan cerita yang dilukiskan melalui karakter yang diperankan dalam Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Kemunculan tokoh di dalam sebuah cerita memberikan gambaran terhadap kebiasaan tokoh, sifat tokoh, ujaran dan tindakan.


(32)

b. Penokohan

Penokohan adala pelukisangambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2012:165).

Istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya dari pada “tokoh” dan

“perwatakan” sebab ia menyangkut masalah siapa tokoh cerita, dalam

sebuah cerita sehigga sanggup memberika gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

2.2.4 Alur

Dalam cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dalam urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur. Alur itu sangkutan, tempat menyangkut bagian-bagian cerita shingga terbentuklah suatu bangunan yang utuh. Menurut Sudjiman (1988: 30), alur mempunyai struktur di dalamnya. Struktur tersebut adalah:

a. Awal : paparanrangsangangawatan b. Tengah : tikaianrumitanklimaks c. Akhir : leraianselesaian

2.2.5 Latar

Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbaga peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar menunjuk pada tempat, waktu, dan lingkungan sosial-budaya,


(33)

keadaan kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi. Kejelasan deskripsi latar penting karena ia dipergunakan sebagai pijakan pembaca untuk ikut masuk mengikuti alur cerita dan sekaligus mengembangkan imajinasi.

2.2.6 Tema

Tema dalam sebuah cerita dapat dipahami sebagi sebuah makna, makna yang mengikat keseluruhan unsur cerita sehingga cerita itu hadir dalam sebagia satu kesatuan yang padu. Dalam sebuah cerita, tema jarang diungkapan secara eksplisit, tetapi menjawab keseluruhan cerita. Adakalanya, memang dapat ditemukan sebuah kalimat, alinea atau kata-kata dialog yang mencerminkan tema keseluruhan. Jadi, walau eksistensi tema itu dalam sebuah cerita tidak diragukan dan pada umumnya dapat disarankan, substansi dan keberadaannya haruslah ditemukan lewat pembaca dan pemahaman kritis (Nurgyantoro, 2005:80).


(34)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Pendidikan Karakter dalam Cerita “Blunyah Gedhe” dan Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2

menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode ini digunakan karena data yang akan dihasilkan berupa kata-kata dan pada akhirnya berupa deskripsi penggambaran tentang Pendidikan Karakter dalam Cerita “Blunyah Gedhe” dan

Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2.

Menurut Moleong (2005), penelitian kuallitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerita rakyat Ceritera

Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan cerita yang dipakai dalam

meneliti adalah “Blunyah Gedhe”. Data dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada cerita“Blunyah Gedhe”.


(35)

Judul : “Blunyah Gede”dalam cerita Ceritera Rakyat Daerah istimewa Yogyakarta

Pengarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayan Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayan Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 1982

Dalam Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa cerita rakyat dengan berbagai nilai pendidikan karakter, tetapi peneliti memilih

Blunyah Gedhe” karena dalam cerita ini banyak terkandung nilai pendidikan karakter.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data tidak datang begitu saja melainkan berasal dari fakta dan fenomena. Cara pengumpulan data penelitian sosiologi sastra tergantung prespektif penelitiannya. Prespektif yang terfokus pada teks, sastrawan, fusngsi sosial, dokumen budaya, struktur genetika, dan lain-lain memerlukan kecermatan pengumpulan data. Data dalam penelitian sosiologi sastra, tidak serta merta ada dengan sendirinya, melainkan perlu ditafsirkan (Endraswara, 2002:103-104).

Teknik adalah suatu cara menemukan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik pustaka yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Teknik simak adalah dengan membaca karya sastra tersebut kemudian dianalsis. Teknik catat adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data


(36)

yang terdapat dalam sebuah karya sastra tersebut kemudian ditulis dalam bentuk catatan. Teknik simak dan teknik catat memilki arti, peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data yaitu sasaran penelitian yang berupa teks cerita “Blunyah Gedhe” dalam memperoleh data yang diinginkan.

Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan pengkajian sastra. Dalam hal ini ditinjau dari segi sosiologi sastra, misalnya mencari kata atau kalimat yang mengandung unsur Pendidikan Karakter dalam Cerita “Blunyah Gedhe” dan Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2 dan Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2. Hasil penyimakan terhadap data sumber primer dan sumber data sekunder tersebut, kemudian dicatat untuk digunakan sebagai sumber data yang akan digunakan menyusun penelitian sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Pengumpulan data yang tepat merpakan langkah strategis untuk pendalaman makna. Oleh karen itu, setap langkah pengumpulan data senntiasa mempertimbangkan aspek kecermatan, Endraswara (2002).

3.4 Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, peneliti akan mencatat dan menganalisis berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dibagi kedalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebu sebagi berikut:

1. Mengidentifikasi unsur nilai pendidikan karakter dalam cerita “Blunyah Gedhe”.


(37)

2. Mengidentifikasi unsur nilai pendidikan karakter dalam cerita “Blunyah Gedhe”.

3. Menarik kesimpulan. 4. Menyajikan


(38)

21 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam buku Cerita Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat beberapa judul cerita rakyat. Dari beberapa judul tersebut peneliti memilih cerita “Blunyah Gedhe” karena cerita tersebut banyak mengandung unsur nilai pendidikan karakter di dalamnya.

4.1 Analisis Tokoh dan Penokohan, Alur, Latar, Tema dan Pendidikan Karakter Cerita Rakyat“Blunyah Gedhe”

4.1.1 Analisis Tokoh dan Penokohan

Dalam cerita “Blunyah Gedhe” terdapat empat tokoh yang dominan yaitu Nyah Gedhe, Hamba (Sahaya), Nyah Cilik dan Babah Kidul Loji.

1. Babah Kidul Loji

Babah Kidul Loji adalah seorang Cina kaya raya yang tinggal di dalam kota. Berikut ini kutipannya: “Di kota Yogyakarta adalah seorang Cina yang kaya raya, tinggal didalam kota, letaknya di

sebelah Selatan Loji”.


(39)

Tidak ada yang mengetahui nama asli dari Babah Kidul Loji. Berikut ini kutipannya.

“Siapakah sebenarnya nama Cina tersebut, tak ada diketahui orang banyak. Yang diketahui umum, Cina kaya itu terkenal dengan nama Babah Kidul Loji”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Ia memiliki anak tunggal yang berwajah cantik namun sakit-sakitan. Berikut ini kutipannya: “Babah Kidul Loji mempunyai seorang anak tunggal perempuan, berparas cantik. Sayang, anak

perempuan itu sakit-sakitan saja”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Ia adalah seorang ayah yang tidak mudah putus asa untuk mengobati penyakit anaknya yang tak juga sembuh. Berikut ini kutipannya.

“Tidak kuranglah usaha orang tuanya agar anak satu-satunya itu dapat sembuh, tetapi belum juga berhasil. Banyak sudah dukun dan dokter yang dipanggil untuk mengobati anak perempuan itu, tapi nampaknya tak ada kemajuan sedikitpun”.


(40)

Karena Babah Kidul Loji adalah seorang yang kaya raya maka ia memiliki banyak hamba di rumahnya. Berikut ini kutipannya:

“Sahayanya memang tidak hanya seorang. Hambanya banyak, karena

dia kaya raya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Ia juga murah hati dengan memberikan hadiah kepada hamba yang telah menyenangkan hatinya. Berikut ini kutipannya.

“Maka Babah Kidul Loji berserta isteri sangatlah senang hatinya. Hamba yang baik hati itu dihadiahi uang banyak sekali, cukup untuk membangun gedung besar”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

2. Hamba (Sahaya)

Hamba atau sahaya ini adalah satu-satunya hamba yang sayang kepada tuannya dibandingkan dengan hamba-hamba yang lain. Berikut ini kutipannya: “Tetapi hanya seorang itulah yang setia dan cinta terhadap tuannya sekeluarga”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Ia juga sangat rajin bekerja dan tidak memilih-milih pekerjaannya. Berikut ini kutipannya.


(41)

“Hamba setia itu sangat rajin bekerja. Semua pekerjaan dikerjakan, tidak memilih-milih mana yang kasar mana yang halus, mana yang gampang mana yang sukar. Tidak pernah menantikan perintah, hamba itu tak henti-hentinya senantiasa bekerja”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Hamba ini mau membantu kesusahan tuannya, dan tidak suka melihat tuannya bersedih. Berikut ini kutipannya.

“Dia mau membantu kerepotan tuannya sekeluarga. Kesusahan tuannya adalah kesusahan dirinya. Penderitaan tuannya adalah penderitaan dirinya pula”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Ia juga tidak mudah menyerah. Berikut ini kutipannya.

“Mengetahui tuannya bersedih hati karena anak perempuannya sakit-sakitan, hamba itupun berusaha, ke sana ke mari mencari dukun untuk mengobati anak permpuan tuannya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Selain setia kepada tuannya ia juga peduli dengan orang yang ada disekitar rumahnya. Berikut ini kutipannya.

“Meski uang pemberinnya tidak digunakan untuk membangun rumah gedung seperti dikehendakinya, namun malah bermanfaat untuk mengairi sawah-sawah pak tani,


(42)

yang hasilnya diresapi oleh orang banyak, bukan hanya oleh pak tani saja, melainkan juga oleh orang kota”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

3. Nyah Gedhe

Nyah Gedhe adalah istri dari Babah Kidul Loji. Berikut ini kutipannya.

“Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe (dari kata Nyonyah Gedhe, Nyonyah Besar; yang dimaksud adalah isteri Babah Kidul Loji) bertanya kepada si hamba, sudah selesai atau belumkah ia membangun rumahnya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Ia juga senang memberi hadiah pada hamba yang berjasa kepadanya. Berikut ini kutipannya.

“Maka Babah Kidul Loji berserta isteri sangatlah senang hatinya. Hamba yang baik hati itu dihadiahi uang banyak sekali, cukup untuk membangun gedung besar”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Selain kaya ia juga sangat perhatian kepada hambanya. Berikut ini kutipannya.


(43)

“Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe (dari kata Nyonyah Gedhe, Nyonyah Besar; yang dimaksud adalah isteri Babah Kidul Loji) bertanya kepada si hamba, sudah selesai atau belumkah ia membangun rumahnya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Nyah Gedhe juga suka menolong orang-orang disekitarnya. Berikut ini kutipannya.

“Nyah Gedhe menambah lagi pemberian uang kepada hambanya itu, sehingga cukup untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya ditanah yang telah dibelinya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

4. Nyah Cilik

Nyah cilik adalah anak dari Babah Kidul Loji. Ia memiliki paras yang cantik namun saat masih kecil sakit-sakitan. Berikut ini kutipannya: “Babah Kidul Loji mempunyai seorang anak tunggal perempuan, berparas cantik. Sayang, anak perempuan itu

sakit-sakitan saja”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Banyak upaya untuk menyembuhkan penyakitnya namun tak kunjung sembuh. Berikut ini kutipannya.


(44)

“Tidak kuranglah usaha orang tuanya agar anak satu-satunya itu dapat sembuh, tetapi belum juga berhasil. Banyak sudah dukun dan dokter yang dipanggil untuk mengobati anak perempuan itu, tapi nampaknya tak ada kemajuan sedikitpun”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Pada akhirnya penyakitnya dapat sembuh dengan bantuan hamba yang setia. Berikut ini kutipannya: “Ternyata jerih payah itu ada hasilnya, anak perempuan tuannya itu dapat sembuh”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Tidak diketaui nama Nyah Cilik saat masih kecil, ia dipanggil Nyah Cilik saat sudah dewasa dan telah menikah. Berikut ini kutipannya.

“Suatu ketika, anak perempuan Babah Kidul Loji yang dahulu sakit-sakit itu telah menginjak dewasa, dan kawin. Dengan demikian, anak perempuan itu kini berhak memperolah sebutan Nyonyah. Hamba-hambanya memanggil dia dengan sebutan Nyah Cilik (Nyonyah Kecil)”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Nyah Cilik selalu ingat jasa dan kebaikan yang diberikan hambanya kepadanya. Berikut ini kutipannya.


(45)

“Nyah Cilik tau betapa besar jasa hamba setia itu terhadap keluarga orang tuanya, bahkan terhadap nasib dan hidup dirinya. Karen ajerih payah hamba itulah dia dapat sembuh dari sakit yang senantiasa menjerat hidupnya ketika masih kecil”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Selain cantik, ia juga suka menolong terhadap hambanya. Berikut ini kutipannya: “Dia lalu mengulurkan uang sumbangan, untuk menunjang agar rumah hamba si hamba segera selesai di bangun”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

4.1.2 Analisis Alur

Dalam pembahasan tentang alur dari cerita Blunyah Gedhe peneliti akan menganalisis melalui tiga tahap berdasarkan struktur alur menurut Sudjiman seperti dibawah ini :

a. Awal : paparanrangsangangawatan b. Tengahan : tikaianrumitanklimaks c. Akhiran : leraianselesaian

1. Awal Paparan

Pada masa pemerintahan Sultan yang merupakan raja di Yogyakarta kotanya belum selebar sekarang ini. Berikut ini kutipannya: “Jaman dahulu Yogyakarta masih dikuasai oleh Sultan.


(46)

Kotanya belum sebesar dan selebar sekarang ini”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Rangsangan

Di kota Yogyakarta terdapat seorang Cina yang sangat kaya yang tingga didalam kota. Tidak ada yang tahu nama dari orang Cina yang kaya itu, tapi karena tinggal di sebelah Selatan rumah Loji, maka orang-orang memanggilnya Babah Kidul Loji. Berikut ini kutipannya.

“Di kota Yogyakarta adalah seorang Cina yang kaya raya, tinggal didalam kota, letaknya di sebelah Selatan Loji. Siapakah sebenarnya nama Cina tersebut, tak ada diketahui orang banyak. Yang diketahui umum, Cina kaya itu terkenal dengan nama Babah Kidul Loji”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Babah Kidul loji mempunyai anak tunggal perempuan yang sangat ia cintai. Anaknya berwajah cantik, namun ada yang membuat Babah Kidul Loji menyimpan kesedihan, anaknya sakit-sakitan. Berikut ini kutipannya.

“Babah Kidul Loji mempunyai seorang anak tunggal perempuan, berparas cantik. Sayang, anak perempuan itu sakit-sakitan saja. Babah Kidul Loji sangat sedih hatinya, punya anak hanya seorang sakit-sakitan terus, tak sembuh-sembuh”.


(47)

Telah banyak upaya yang Babah Kidul Loji lakukan guna kesembuhan anaknya. Namun penyakit anaknya itu tak kunjung sembuh juga. Berikut ini kutipannya.

“Tidak kuranglah usaha orang tuanya agar anak satu-satunya itu dapat sembuh, tetapi belum juga berhasil. Banyak sudah dukun dan dokter dipanggil untuk mengobati anak perempuannya itu, tapi nampaknya tak ada kemajuan sedikitpun”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Gawatan

Babah Kidul loji memiliki banyak hamba. Dia adalah seorang kaya raya maka hambanya tak hanya ada satu. Berikut ini kutipannya:

“Hambanya banyak, karena dia kaya raya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Diantara banyak hambanya hanya satu yang paling setia dan mencintai tuannya. Berikut ini kutipannya: “Tetapi hanya seorang itulah yang setia dan cinta terhadap tuannya sekeluarga”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Dia mau membantu semua kerepotan tuannya. Baginya kesusahan tuannya adalah kesusahannya juga dan kebahagiaan tuannya adalah kebahagiaanya juga. Berikut ini kutipannya.


(48)

“Dia mau membantu kerepotan tuannya sekeluarga. Kesusahan tuannya adalah kesusahan dirinya juga. Penderitaan tuannya adalah penderitaan dirinya pula”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Dia sangat rajin bekerja dan tidak kenal lelah bekerja dirumah tuannya. Semua pekerjaan ia kerjakan baik yang berat maupun yang ringan ataupun yang sulit maupun yang gampang. Berikut ini kutipannya.

“Hamba setia itu sangat rajin bekerja. Semua pekerjaan dikerjakan, tidak memilih mana yang kasar mana yang halus, mana yang gampang mana yang sukar. Tidak pernah menantikan perintah, hamba itu tak henti-hentinya senantiasa bekerja”. Blunyah Gedhe, hlm 59)

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Melihat tuannya bersedih hati karena anak tunggalnya tak kunjung sembuh dari sakitnya, tergeraklah hati hamba itu untuk menolong tuannya. Berikut ini kutipannya.

“Mengetahui tuannya bersedih hati karena anak perempuannya sakit-sakit, hamba itupun berusaha, kesana kemari mencari dukun untuk mengobati anak perempuan tuannya”.


(49)

Semua cara ia lakukan untuk mendapat obat guna kesembuhan putri tuannya. Berikut ini kutipannya.

“Mengetahui tuannya bersedih hati karena anak perempuannya sakit-sakit, hamba itupun berusaha, kesana kemari mencari dukun untuk mengobati anak perempuan tuannya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

2. Tengah Tikaian

Ternyata dari semua usaha untuk menyembuhkan penyakit dari putri tunggal Babah Kidul Loji, usaha dari hamba yang setia itulah yang dapat menyembuhkan penyakit anaknya. Berikut ini kutipannya:

“Ternyata jerih payah itu ada hasilnya, dan anak perempuan tuannya

itu dapat sembuh”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Sangat senang lah hati Babah kidul Loji dan isterinya. Hamba yang baik hati itu telah berhasil menyembuhkan penyakit anaknya. Berikut ini kutipannya:“Maka Babah Kidul Loji besrta isteri sangatlah senang hatinya”.


(50)

Karena jasanya itulah hamba yang setia itu mendapat hadiah uang yang banyak, yang cukup untuk membangun gedung besar. Berikut ini kutipannya:“Hamba yang baik hati itu dihadiahi uang banyak sekali, cukup untuk membangun gedung besar”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Uang pemberian tuannya itu ia belikan sebidang tanah yang luas yang terletak disebelah Utara kota, tepatnya di sebelah Utara tugu lancip. Berikut ini kutipannya:“Oleh si hamba, uang itu dibelikannya sebidang tanah yang cukup luas, terletak di sebleah Utara kota,

tepatnya di sebelah Utara Tugu Lancip”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

Rumitan

Setelah beberapa bulan berlalu, Nyah Gedhe atau istri dari Babah Kidul Loji bertanya kepada hamba tersebut apakah rumahnya telah

sebesai dibangun. Namun jawaban dari hamba setia itu “belum”. Tiap-tiap kali ditanya jawabanya selalu belum. Berikut ini kutipannya.

“Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe (dari kata Nyonyah Gedhe, Nyonyah Besar; yang dimaksud adalah isteri Babah Kidul Loji) bertanya kepada si hamba, sudah selesai atau belumkah ia membangun rumahnya. Karena nyatanya rumah belum jadi, maka hamba itu

menjawab : “Belum Nyah””.


(51)

Nyah Cilik panggilan dari anak perempuan Babah Kidul Loji setelah ia menikah. Berikut ini kutipannya.

“Suatu ketika, anak perempuan Babah Kidul Loji yang dahulu sakit-sakit itu telah menginjak dewasa, dan kawin. Dengan demikian, anak perempuan itu kini berhak memperolah sebutan Nyonyah. Hamba-hambanya memmanggil dia dengan sebutan Nyah Cilik (Nyonyah Kecil)”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Nyah cilik mengira bahwa belum selesainya rumah dari hamba itu karena kekurangan dana dalam proses pembangunannya. Maka ia memberikan sumbangan uang kepada hambanya, mengingat jasa dari hambanya tersebut. Berikut ini kutipannya.

“Nyah Cilik tau, hamba itu setiap ditanya tentang

rumahnya senantiasa menjawab “Belum”, maka ia mengira

si hamba kurang biaya untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya. Dia lalu mengulurkan uang sumbangan, untuk menunjang agar rumah si hamba selesai dibangun”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Tapi tetap saja ketika ditanya baik oleh Nyah Gedhe maupun Nyah Cilik jawabannya selalu belum. Berikut ini kutipannya.

“Setelah lewat beberapa bulan, ternyata jawaban si hamba tiap ditanya masih seperti semula, tiap-tiap kali dia

menjawab : “Belum Nyah””.


(52)

Klimaks

Lama kelamaan Nyah Gedhe merasa jengkel karena jawaban yang ia terima selalu belum. Berikut ini kutipannya:“Lama kelamaan, Nyah Gedhe menjadi jengkel hatinya, merasa diabaikan”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Suatu hari karena ingin melihat secara langsung rumah dari si hamba itu, Nyah Gedhe datang untuk melihat langsung rumah yang dibangun oleh hambanya. Ia datang ke sebelah utara Tugu Lancip. Berikut ini kutipannya.

“Suatu hari, Nyah Gedhe bermaksud akan melihat secara langsung bagaimana kenyataannya. Ia pergi ketempay yang dikatakan oleh hambanya tentang letak tanah yang dibeli, yaitu disbelah utara Tugu Lancip”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60)

Sampai disana Nyah Gedhe mendapati sebidang tanah yang telah di beli si hamba namun tak mendapati rumah besar yang sedang dibangun oleh hamba itu. Yang ia dapati hanya gubuk kecil saja. Berikut ini kutipannya.

“Yang didapatinya bukannya rumah besar yang bagus dan megah sesuai dengan biaya yang telah diberikannya kepada hambanya, melainkan hanya sebuah gubug yang kecil dan tidak baik”.


(53)

Melihat tuannya datang si hamba lalu menyambut menjemputnya. Bertanyalah Nyah Gedhe perihal tanah dan rumah itu. Si hamba dengan jujur menjelaskan apa yang telah ia lakukan dengan uang pemberian tuannya tersebut. Berikut ini kutipannya.

Melihat Nyah Gedhe datang, hamba itu segera menjemputnya. “Mana rumahmu? Sudah jadi?” tanya Nyah Gedhe. “Itu, Gubug kecil itu” jawab si hamba.

“Bukankah aku memberimu uang banyak untuk

membangun rumah besar dan bagus pasti cukup”.“Begini,

Nyah Gedhe . . .. .”kata si hamba.“ Uang pemberian Nyah

Gedhe itu telah kumanfaatkan. Sebagian untuk membeli tanah ini. Sebagian untuk membuat gubug itu”.

“Sisanya lagi kau gunakan untuk apa?”tanya Nyah Gedhe.

“Seharusnya cukup kau gunakan untuk membangun rumah

gedung yang besar, mengapa yang kau bangun hanya

gubug kecil itu?”

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60-61)

“memang sengaja saya membangun hanya gubuk kecil

saja, sebab saya belum punya anak. Meski hanya gubug kecil saja cukup kutempati. Uang sisanya , saya gunakan untuk membangun bendungan, pintu air dan saluran air, untuk mengairi sawah di sekitar tempat ini. Kasihan para petani sawah mereka kering, itulah sebabnya saya membantu mereka membuatkan saluran air dan

bendungan”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

3. Akhir Leraian

Mendengar semua penjelasan dari hambanya Nyah Gedhe tidak jadi marah. Berikut ini kutipannya: “Mendengar jawaban demikian


(54)

Nyah Gedhe tidak jadi jengkel hatinya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Akhirnya ia tahu alasan kenapa selama ini jika ditanya jawabannya selalu belum. Ternyata uang yang diberikan selama ini tidak digunakan untuk membangun rumah yang besar melainkan untuk memebantu petani yang kesusahan. Berikut ini kutipannya.

“Pantas saja, tiap ditanya senantiasa menjawab belum jadi, sebab uangnya dipergunakan untuk membangun bendungan dan saluran air untuk sawah-sawah pak tani”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Nyah Gedhe tidak menyesal karena uangnya tak digunakan untuk membangun rumah besar, paling tidak uangnya berguna bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan. Berikut ini kutipannya:“Tidak mengapa. Uang yang kuberikan kepada dia itu bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak. Begitu pikir Nyah Gedhe”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Hamba yang baik itu tidak dimarahi oleh Nyah Gedhe walaupun tidak membangun rumah besar. Tapi saluran air yang telah ia bangun dengan uang pemberian tuannya itu bukan hanya membantu petani disekitarnya namun juga oleh orang kota. Berikut ini kutipannya.

“Hamba itu tidak jadi dimarahi oleh Nyah Gedhe. Meski uang pemberinnya tidak digunakan untuk membangun rumah gedung seperti dikehendakinya, namun malah bermanfaat untuk mengairisawah-sawah pak tani, yang hasilnya diresapi oleh orang banyak, bukan hanya oleh pak tani saja, melainkan juga oleh orang kota”.


(55)

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Selesaian

Nyah Gedhe lalu memberikan uang lagi kepada hambanya yang baik itu untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya. Berikut ini kutipannya.

“Nyah Gedhe menambah lagi pemberian uang kepada hambanya itu, sehingga cukup untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya ditanah yang dibelinya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Tempat tinggal hamba itu selanjutnya menjadi kampung yang banyak penghuninya. Berikut ini kutipannya: “Tempat tinggal hamba itu selanjutnya menjadi kampung yang ramai dan banyak

penghuninya”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

Mereka menamai kampung itu “Blunyah”, yang berasal dari kata

“belum Nyah”. Menirukan kata hamba itu yang tiap-tiap kali ditanya tentang rumahnya selalu menjawab “belum Nyah”. Berikut ini kutipannya.

“Adapun nama kampung itu ialah “Blunyah”, dari kata

“Belum Nyah”, menirukan kata-kata hamba itu tiap-tiap

kali ditanya tentang rumahnya”.


(56)

Kemudian kampung itu dibagi menjadi dua, Blunyah Gedhe dan

Blunyah Cilik, yanga asalnya dari “Belum Nyah Gedhe” dan “Belum

Nyah Cilik”. Berikut ini kutipannya: “Kampung itu terbagi menjadi

dua, ialah Blunyah Gedhe dan Blunyah Cilik, dari “Belum Nyah

Gedhe” dan”Belum Nyah Cilik”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

4.1.3 Analisis Latar

Analisis latar dalam cerita Blunyah Gedhe dibagi atas latar tempat, waktu dan sosial. Adapun analisisnya terdapat dalam uraian dan pembahasan dibawah ini.

1. Latar Tempat

a. Kota Yogyakarta

Jaman dahulu Yogyakarta masih dikuasai oleh Sultan. Kotanya masih belum sebesar dan selebar ini.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

b. Selatan Loji / Kidul loji

Di kota Yogyakarta adalah seorang Cina yang kaya raya, tinggal di dalam kota, letaknya diebelah selatan Loji.


(57)

c. Utara Tugu Lancip

Oleh si hamba, uang itu dibelikanya sebidang tanah yang cukup luas, terletak disebelah utara kota, tepatnya di sebelah utara Tugu Lancip

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

d. Blunyah Gedhe dan Blunyah Cilik

Kampung itu terbagi menjadi dua, ialah Blunyah Gedhe

dan Blunyah Cilik, dari “Belum Nyah Gedhe” dan”Belum Nyah

Cilik”

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

2. Latar Waktu

a. Jaman dahulu pada saat pemerintahan Sultan

Jaman dahulu Yogyakarta masih dikuasai oleh Sultan. Kotanya masih belum sebesar dan selebar ini

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61) b. Selang beberapa bulan sesudah itu

Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe (dari kata Nyonyah Gedhe, Nyoyah Besar : yang dimaksud ialah isteri Babah Kidul Loji) bertanya pada si hamba, sudah selesai atau belumkah dia membangun rumahnya.


(58)

c. Tiap-tiap kali

Tiap-tiap kali Nyah Gedhe bertanya : “Bagaimana rumahmu?’ Dan tiap-tiap kali hamba itu menjawab : “Belum Nyah”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

d. Suatu ketika

Suatu ketika, anak perempuan Babah Kidul Loji yang dahulu sakit-sakit itu telah menginjak dewasa dan kawin.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

e. Setelah lewat beberapa bulan

Setelah lewat beberapa bulan, ternyata jawaban si hamba tiap ditanya masih sperti semula, tiap-tiap kali dia menjawab :

“Belum Nyah”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

f. Lama kelamaan

Lama kelamaan, Nyah Gedhe menjadi jengkel hatinya, merasa diabaikan.


(59)

g. Suatu hari

Suatu hari, Nyah Gedhe bermaksud akan melihat secara langsung bagaimana kenyataanya.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

3. Latar Sosial

a. Seorang Cina kaya raya

Di kota Yogyakarta adalah seorang Cina yang kaya raya, tinggal didalam kota, letaknya di sebelah Selatan Loji.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

4.1.4 Analisis Tema

Dalam cerita rakyat yang berjudul Blunyah Gedhe ini mengandung tema peduli sosial. Hal ini dapat dilihat dari pengorbanan hamba yang telah diberi hadiah uang yang cukup ia pergunakan untuk membangun rumah yang sangat besar, namun tak digunakan untuk rumahnya(1). Dia justru membuatkan bendungan dan saluran air untuk para petani disekitar lingkunganya, karena ia tau para petani itu kesulitan untuk mendapatkan air untuk sawahnya (2). Berikut kutipannya.

(1)

Melihat Nyah Gedhe datang, hamba itu segera menjemputnya. “Mana rumahmu? Sudah jadi?” tanya Nyah Gedhe. “Itu, Gubug kecil itu” jawab si hamba.


(60)

membangun rumah besar dan bagus pasti cukup”.“Begini,

Nyah Gedhe . . .. .”kata si hamba.“ Uang pemberian Nyah

Gedhe itu telah kumanfaatkan. Sebagian untuk membeli

tanah ini. Sebagian untuk membuat gubug itu”.

“Sisanya lagi kau gunakan untuk apa?”tanya Nyah Gedhe.

“Seharusnya cukup kau gunakan untuk membangun rumah

gedung yang besar, mengapa yang kau bangun hanya

gubug kecil itu?”

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 60-61)

(2)

“memang sengaja saya membangun hanya gubuk kecil

saja, sebab saya belum punya anak. Meski hanya gubug kecil saja cukup kutempati. Uang sisanya , saya gunakan untuk membangun bendungan, pintu air dan saluran air, untuk mengairi sawah di sekitar tempat ini. Kasihan para petani sawah mereka kering, itulah sebabnya saya membantu mereka membuatkan saluran air dan

bendungan”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

4.1.5 Analisis Pendidikan Karakter

Dalam analisis pendidikan karakter terdapat hubungan antara nilai pendidikan karakter dengan tokoh, alur, latar, tema. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut tercermin dalam analisis tokoh, alur, latar dan tema dalam cerita “Blunyah Gedhe”. Dari hasil analisis tokoh, alur, latar, dan tema maka peneliti dapat menemukan enam nilai pendidikan karakter

yaitu kerja keras, mandiri, menghargai prestasi, rasa ingin tahu, jujur,

dan peduli sosial. Adapun keenam nilai tersebut terdapat dalam uraian


(61)

1. Kerja Keras

Nilai kerja keras terdapat dalam alur yang menceritakan bagaimana Babah Kidul Loji mencari obat untuk kesembuhan anaknya (3). Nilai kerja keras yang kedua terdapat pada alur saat hamba yang setia berusaha keras kesana kemari mencari obat guna kesembuhan anak dari Babah Kidul Loji (4). Berikut ini kutipannya.

(3)

Tidak kuranglah usaha orang tuanya agar anak satu-satunya itu dapat sembuh, tetapi belum juga berhasil. Banyak sudah dukun dan dokter dipanggil untuk mengobati anak perempuannya itu, tapi nampaknya tak ada kemajuan sedikitpun.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

(4)

Mengetahui tuannya bersedih hati karena anak perempuannya sakit-sakit, hamba itupun berusaha, kesana kemari mencari dukun untuk mengobati anak perempuan tuannya.


(62)

2. Mandiri

Terlihat jelas nilai kemandirian ada dalam diri hamba yang setia. Dia tidak menunggu tuannya untuk menyuruhnya bekerja namun dengan kesadarannya ia mengerjakan semua tugasnya tanpa menunggu orang lain mengingatkan.

Semua pekerjaan dikerjakan, tidak memilih-milih mana yang kasar mana yang halus, mana yang gampang mana yang sukar. Tidak pernah menantikan perintah, hamba itu tak henti-hentinya senantiasa bekerja.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 59)

3. Menghargai Prestasi

Nilai mengahargai prestasi yang pertama saat Babah Kidul Loji beserta Istri memberikan hadiah kepada hambanya yang telah membuat putrinya sembuh dari penyakitnya (5). Sedangkan nilai menghargai prestasi yang ke dua ada pada saat Nyah Gedhe memberi tambahan uang kepada hambanya karena hambanya telah membuatkan bendungan untuk para petani disekitar rumahnya (6). Berikut kutipannya.

(5)

Maka Babah Kidul Loji berserta isteri sangatlah senang hatinya. Hamba yang baik hati itu dihadiahi uang banyak sekali, cukup untuk membangun gedung besar.


(63)

(6)

Nyah Gedhe menambah lagi pemberian uang kepada hambanya itu, sehingga cukup untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya di tanah yang telah dibelinya.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

4. Rasa Ingin Tahu

Cerita ini memiliki dua nilai rasa ingin tahu. Nilai rasaingin tahu tercermin dalam alur yang menceritakan Nyah Gedhe bertanya pada hambanya tentang penyelesain rumah yang telah dibangunnya dengan uang pemberian Nyah Gedhe. Berikut kutipannya.

Selang beberapa bulan sesudah itu, Nyah Gedhe (dari kata Nyonyah Gedhe, Nyoyah Besar : yang dimaksud ialah isteri Babah Kidul Loji) bertanya pada si hamba, sudah selesai atau belumkah dia membangun rumahnya.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

5. Jujur

Nilai kejujuran terdapat pada jawaban si hamba yang setia kepada Nyah Gedhe. Setiap ia ditanya tentang rumah yang sedang dibangunnya ia selalu menjawab belum, karena memang rumah yang dibangunnya belum selesai . Berikut kutipannya.


(64)

rumahmu?”

Dan tiap-tiap kali hamba itu menjawab : “Belum Nyah”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

6. Peduli Sosial

Cerita ini terdapat tiga nilai peduli sosial. Nilai peduli sosial yang pertama tercermin pada tindakan Nyah Cilik yang membantu hambanya karena mengira ia kekurangan biaya dalam membangun rumahnya (7). Nilai peduli sosial yang kedua terdapat dalam alur yang menceritakan tentang hamba yang tidak membangun rumah yang besar dengan uang pemberian tuannya, namu justru membuat bendungan untuk mengairi sawah orang banyak (8).

Sedangkan nilai peduli sosial yang ketiga terdapat dalam alur yang menceritakan bahwa Nyah Gedhe jadi marah kepada hambanya, karena uang yang ia berikan bisa untuk kebutuhan orang banyak bahkan orang kota (9). Berikut kutipannya.

(7)

Nyah Cilik tau, hamba itu setiap ditanya tentang rumahnya

senantiasa menjawab “Belum”, maka ia mengira si hamba

kurang biaya untuk menyelesaikan pembangunan rumahnya. Dia lalu mengulurkan uang sumbangan, untuk menunjang agar rumah si hamba selesai dibangun.


(65)

(8)

“memang sengaja saya membangun hanya gubuk kecil

saja, sebab saya belum punya anak. Meski hanya gubug kecil saja cukup kutempati. Uang sisanya , saya gunakan untuk membangun bendungan, pintu air dan saluran air, untuk mengairi sawah di sekitar tempat ini. Kasihan para petani sawah mereka kering, itulah sebabnya saya membantu mereka membuatkan saluran air dan

bendungan”.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

(9)

Tidak mengapa. Uang yang kuberikan kepada dia itu bermanfaat bagi kesejahteraan orang banyak.

(Ceritera Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm 61)

4.2 Relevansi Penelitian dalam Pembelajaran Sastra di SMA

Dalam penelitian ini terdapat relevansi hasil penelitian dengan pembelajaran sastra di SMA kelas X semester 2. Relevansi ini membicarakan bagaimana hubungan penelitian yang diteliti terhadap pembelajaran di kelas. Relevansi ini berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).


(66)

49 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang berjudul “ Nilai Pendidikan Karakter

dalam Cerita Rakyat “Blunyah Gedhe”dan Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA Kelas X Semester 2, mencangkup tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, dan nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat yang berjudul

““Blunyah Gedhe””. Dalam penelitian terhadap cerita ““Blunyah Gedhe””

ini terdapat tokoh-tokoh di dalamnya antara lain, Babah Kidul Loji, seorang yang tidak mudah putus asa dan sangat sayang kepada putrinya. Hamba (Sahaya), seorang yang setia terhadap tuannya dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Nyah Gedhe, seorang yang sangat perhatian terhadap orang lain. Nyah Cilik, seorang yang suka menolong dan peduli terhadap orang lain.

Analisis alur dalam cerita ““Blunyah Gedhe”” ini menggunakan tiga struktur alur yaitu awal, tengah, dan akhir. Bagian awal dimulai dengan paparan pada masa pemerintahan Sultan yang merupakan raja di Yogyakarta kotanya belum selebar sekarang ini. Di kota Yogyakarta terdapat seorang Cina yang sangat kaya yang tinggal di dalam kota. Tidak ada yang tau nama dari orang Cina yang kaya itu, tapi karena tinggal di sebelah Selatan rumah Loji, maka orang-orang memanggilnya Babah Kidul Loji. Babah Kidul loji mempunyai anak tunggal perempuan yang sangat ia cintai. Anaknya berwajah


(1)

53

BIOGRAFI PENULIS

Monica Ayu Kusumasari Tresna Purbalaras dilahirkan

di Yogyakarta pada 30 Januari 1990. Penulis

menamatkan pendidikan dasar di SD Kanisius

Demangan Baru dan dinyatakan lulus tahun 2002.

Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Pangudi Luhur I Yogyakarta, lulus pada tahun 2005.

Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial

dan dinyatakan lulus pada 2008. Penulis mendapat

kesempatan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan

memilih Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

sebagai wadahnya dalam mengembangkan kemampuan.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Tugas akhir ditempuh dengan skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Dalam

Cerita Rakyat

“Blunyah Gedhe” dan Relevansi Terhadap Pembelajaran SMA

Kelas X Semester 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

54


(3)

SILABUS Nama Sekolah : SMA/MA ...

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2

Standar Kompetensi : Mendengarkan

13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber/ Bahan/ Alat 13.1 Menemukan

hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang

disampaikan secar langsung dan atau melalui rekaman.

Rekaman cerita rakyat atau yang disampaikan secara langsung

•Ciri-ciri cerita rakyat

•Unsur-unsur intrinsik cerita rakyat (tema, penokohan, latar, alur, sudut pandang)

•Nilai-nilai (budaya, moral, agama)

•Cara membuat sinopsis

•Hal-hal yang menarik tentang tokoh

•Mendengarkan rekaman cerita rakyat (penuturan cerita sesuai dengan daerah setempat)

•Mengidentifikasi

karakteristik cerita rakyat yang didengarkan

•Menemukan hal-hal menarik tentang tokoh cerita rakyat

•Mengutarakan secara lisan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan memerhatikan pelafalan kata, dan kalimat yang tepat

•Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan menggunakan kalimat efektif

•Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

•Mengidentifikasi karakteristik cerita rakyat yang didengarkan

•Manentukan isi dan atau amanat yang terdapat didalam cerita rakyat

•Menemukan hal-hal menarik tentang tokoh cerita rakyat

•Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan

menggunakan kalimat yang efektif

•Mengungkapkan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis

•Jenis Tagihan : tugas individu

•Bentuk Instrumen : uraian bebas

2JP • Cerita takyat, tuturan cerita rakyat

• Buku cerita rakyat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

14.

BLUNYAH GEDHE.

l

Jaman dahulu Yogyakarta masih dikuasai

oleh

Sultan.

Kota-nya belum sebesar dan selebar sekarang ini.

Di kota

Yogyakarta adalah seorang Cina yang kaya raya, ting-gal

di

dalanr kota. letaknya di sebelah selatan

Loji.

Siapakah nama

sebenarnya Cina tersebut, tak diketahui.orang banyak. Yang

dike-tahui

urnum, Cina kaya

itu

terkenal dengan nama Babah Kidul

Loji.

Babair

Kidul

[-oji mempunyai seorang anak tunggal

perempu-an, berparas cantik. Sayang, anak perempuan

itu

sakit-sakitan saja.

Babah

Kidul

Loji

sangat sedih hatinya, punya anak hanya seorang

sakit-sakitan terus.

tak

sembuh-sembuh.

Tidak

kuranglah usaha

orang tuanya agar anak satu-satunya

itu

dapat sembuh, tetapi

be-lum juga

berhasil.

Banyak

sudah

dukun dan dokter

dipanggil

r"rntuk mengobati anak perempuan

itu,

tetapi nampaknya

tak

ada

kemajuannya sedikit jua.

Babah

Kidul

Loji

itu

mempunyai sahaya yang setia terhadap

tuannya

sekelriarga. Sahayanya memang

tidak

hanya

seorang,

Hambanya bany'ak, karena

dia

kaya raya.

Tetapi

hanya seorang

itulah

yang setia dan

cinta

terhadap tuannya sekeluarga. Hamba

setia

itu

sangai

raiin

beke4a. Semua pekerjaan dikerjakan, tidak rnemilih-milih niana yang kasar mana yang halus, mana yang

gam-pang mana y,'ans slrkar. Tidak pernah menantikan perintah, hamba

itu

tak henti-hentirrya senantiasa bekerja.

Di

sar:rping

rajin

bekerja, ternyata hamba setia

itu

mempu-n-vai kelebihan ciari hamba-hamba lainnya. Dia mau membantu

ke-repotan triann-va sekeluarga. Kesusahan tuannya adalah kesusahan

dirinya juga. Penderitaan tuannya adalah penderitaan dirinya pula.

N{engetahui tuannya bersedih

hati

karena

anak

perempuannya

sakit-sakit, hamba

itupun

ikut

berusaha, ke sana ke mari mencari

dukun untuk mengobati anak perempuan tuannya.

Ternyata

jerih

payah

itu

ada hasilnya,

dan

anak perempuan

tuannya

itu

dapat sembuh. Maka Babah

Kftlul Loji

beserta isteri

sangatlah senang

hatinya.

Hamba yang

baik hati

itu

dihadiahi

ruang banyak sekali, cukup untuk membangun gedung besar.

Oleh

si

tramba, uang

itu

dibelikannya sebidang

tanah

yang

cukup

luas,

terletak

di

sebelah

utara kota,

tepatnya

di

sebelah

utara

Tugu

Lancip. Yang dinamakan

Tugu

Lancip, adalah tugu yang sampai sekarang masih ada, terletak

di

sebelah depan toko


(5)

buku Gunung Agung.

,

,Selan beberapa bulan sesudah

itu,

Nyah Gedhe (dari kata

Nyo-nyah

Gedhe,

Nyonyah

Besar; yang dimaksud ialah

isteri

Bapah

Kitlul

Loji)

bertanya kepada si hamba, sudah selesai atau

belum-kah dia

membangun rumahnya. Karena nyatanya rumah belum

jadi, maka hamba

itu

lalu menjawab : l'Belum

Nyah"

(maksudnya: belum nyah).

Tiap-tiap

kali

Nyah Geclhe bertanya: "Bagaimana rumahmu?" Dan tiap-tiap kali hamba

itu

menajwab

:

"Belum Nyahl',

,,:

,Suatu ketika, anak peretnpuan Babah

Kidul Loji

yang dahulu

sakit-sakit

itu

telah menginjak dewasa, dan kawin. Dengan

demi-kian, anak perempuan

itu

kini

berhask memperoleh sebutan

Nyo-nyah.

Hamba-hambanya memanggil dia dengan sebutan Nyah

Ci

lik

(Nyonyah Kecil).

Nyah

cilik

tahu betapa besar jasa hamba setia itrr terhadap

ke-luarga orang

tuanya,

bahkan terhadap nasib dan

hidup

dirinya.

Karena

jerih

payah hamba itulah dia dapat sembttli dari sakit }'aiig

senantiasa menjerat hiclupnya ketika rnasih kecil. Nyah

cilik

tahu,

hamba setia

itu

setiap ditanya tentang rumahnya settantiasa

tnen-iawatr

"Belum",

maka

dia

mengira si harnba kurang biaya urttuk

menyelesaikan pembangunan rumahnya.

Dia

lalu

mengulitrkan

uang sumbangan,

untuk

menunjang agar rttmah si hamba segera

selesai clibangrm.

,

setelah lewat beberapa brr.lan, ternyata jawaban si hamba tiap ditanya masih seperti semula, tiap-tiap lcali

{ia

menjarvab

:

"Belum

Nyahl]- Kalau yang bertanya Nyah GeChe- dia menjawab

:

"Behtm

Nyah Cedhe".

Dan katau yang bertanya Nyah

Cilik,

dia

rnettja-rvab : "Belum Nyah

Ciiik".

Lanra lielan:aan, Nyah Gedhe nrenjarii;engkel h.",tinya, merasa

diabaikan.'lsuatu hari, Nyah Gedhe bermaksud akan n:elihat secara

langsungbagaimanakenyataanny,i. Ia pergi ke tempal yang

dikata-kan oleh hanrbanya tentang letak tap:rh 'yang drbeli. -vaitu di se[e'

liih

utara Tugu I anr:ip. Sampai

di

sana. tridang tattah yang

dirriak-sud

memarrg didarratkannya Tetapi ruma.li

yalg

diperkirakarr

,ti-bangun oleh sr-trarr)Da, santft sckali

tak

tatttpak. \'ang didapairtf u.

bukanlya

rumah besar yang bagus dar: :ttegall sesttci clengait Lriaya

yang telah diberikannya kepada hantbanya, melainkatr hanya

se-buah gubug yarrg kecil dan tidak baik.

Melihat N],alt Gedhe datang, hamba

itu

segera ntenjentputnya. "Mana rumahmu? Sudah

jati?"

tanya Nyah Gedhe.

60

.: ;i; :.,1'lti: :':} ::'iE a:',+'' -''E ;:':# :.:a*-::,".9a ::':+* .E ,# a -{i .'..a:,tr ,:-::idl

.

,,1&

,.:.r$

::;tt

,

...::?;. : ::i"k :aa;.a+

-

"a't ...n: 4. . .: :r.x,|Et 't::j"i

:*

'.,i* :.:::;i a;+ it:., . -t::{. . ,.:,tiE: :l:.j' :ax :::::i.*i

, : it.,.Pt

' t :::ilt

't-:*'

::l-& j.::,i+

. .::::a,-\at: .,'a,:?i. :t.ir. ',.,:.#. ,.;igt: .;n4.. .:.:::)i{.. ,..:::;.':

, . : , '.:::,;F; r:;lr,

: .,,:t;ii

t:.:.:ir:.

,:.tt,

:.\,;,. . ";,ii' .; ::il.iF ,.:i,.4,', :,.,..;1;,5. . .,,!:1:

, . ;::li-: ,'ih;::li-:;::li-: tirff;l .'b

# t.N:

!b

,: :t'.'.&!; : r/dff

*

,::;r*it. '.',,,',,:iVt, . ..: r#j;:

. ..,at:,::i#t; :

, : | ::i!e;:,

::;&.

,;.*,{,.. : :;l:Ri::

i*,

:'.llB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

"ltu.

Gubug kecil

itu"

jarvab si hamba.

"Bukankah

aku

memberimu uang banyak

untuk

membangun

runrah besar dan bagus pasti cukup".

"Begini, Nyah Gedhe

.

. . .

."

kata si hamba. "Uang pemberian

Nyah Gedhe

itu

telah kurnanfaatkan. sebagian untuk rnembeli ta-nah

ini.

Sebagian untuk membuat gubug

itu".

"Sisanya

lagi kau

gunakan

untuk

apa?', tanya Nyah Gedhe.

"Seharusnya

cukup kau

gunakan

untuk

membangun rumah

ge-rlrrng

yang

besar, mengapa yang kau bangun harrya gubug kecil

itu?"

"I{emang sengaja saya membangul't hanya gubug kecil saja,

se-bab saya belum punya anak. Meski hanya gubug

kecil

saja cukup

kutempati. Uang sisanya, saya pergunakan untuk membangun

ben-clungan,

pintu

air dan saluran

air,

untuk mengairi sawah-sawah di

sekitar tempat

ini.

Kasihan para petani sawah mereka kering,

itu-Iali sebabnya saya membantu mercka membuatkan saluran air dan

L'rendungan".

Mendengar jawaban dernikian

itu,

Nyah Gedhe tidak jadi

jeng-kel

hatinya. Pantas saja, tiap ditanya senantiasa menjarvab berum

jadi,

sebab uangnya dipergunakan untuk membangun trendungan

dan saluran

air

untuk sawah-sawah pak tani. pembangunan saluran

air dan bendungan

itu

tentu rnemakan biaya ban.-,tak sekali. Tidak

mengapa. Uang yang l<uberikan kcpada

dia

itu

berrnanfaat bagi

kesejahteraan orang banyak. Begitu

pikir

Nyah GerJhe.

t{amba it,.r

tak jadi

dimarahi oleh Nyah Gedtre. Ir{eski uang

pemberiannya

tidak

digunakan

untuk

membangun rumatt gedung

seperti dikehendakinya, namun malah bermanfaat

untuk

mengairi

sawah-sawah

pak tani.

yang hasilnya cliresapi oleh orang banyak,

bukan hanya <rleh pak tani saja, nrelainkan juga oleh orang kota.

Nyah Cedhe menanrbah

lagi

pernberian uang kepada

hamba-ruya

itu,

sehingga cukup

untuk

nienyelesaikan pembangunall ru.

nrahnya

di

tanah yang telatr dibelinya. Ternpat tinggal hamba

itu

selanjutnya menjadi kampung yang ramai dan banyak penghuni-nya.

Adapun nama kampung

itu

ialah "Blun),alr,,, clari kata ,'Belum

Nyah", menirukan kata-kata hamba

itu

tiap-tiap

kali

ditanya ten-tang rumahnya. Kampung

itu

terbagi menjadi dua, ialah Blunyalr

Gedhe dan Blunyah Cilik,

dari

"Belum Nyah Gedhe', dan ,,Belum

Nyah

Cilik".

-*****