DASAR TEORI Hubungan antara kompetensi komunikasi dengan intensi turnover pada agen asuransi.
terlebih dahulu serta membandingkannya dengan pekerjaan saat ini. Dari perbandingan tersebut akan memunculkan hasil apakah akan tetap
pada organisasi atau meninggalkan organisasi.
Bagan 1. Model Hubungan Mobley
Dari model hubungan perantara Mobley 1986; Coverdale Terborg, 1980; Spencer, Steers Mowday; 1983; Bannister, 1986;
Dallesio, Silverman Schuck, 1986; maka dapat tarik kesimpulan bahwa terdapat aspek dari intensi turnover yaitu :
Evaluasi mengenai pekerjaan yang sedang dijalani Hasil dari evaluasi yang berupa puas atau ketidakpuasan terhadap
pekerjaan Berpikir untuk keluar
Evaluasi mengenai dampak dari pengunduran diri Keinginan untuk mencari alternatif pekerjaan lain
Mencari alternatif pekerjaan yang lain Evaluasi mengenai alternatif pekerjaan yang lain
Membandingkan antara pekerjaan saat ini dengan alternatif pekerjaan yang lain
Keinginan untuk keluar atau tinggal
Keluar atau tinggal
1
2
1
3
1. Berpikir untuk keluar dari organisasi, setelah melakukan berbagai pertimbangan
2. Intensi atau keinginan untuk mencari alternatif pekerjaan lain 3. Intensi atau keinginan untuk keluar dari organisasi
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa intensi turnover memiliki 3 aspek yaitu berpikir untuk keluar, intensi
untuk mencari alternatif pekerjaan lain, dan intensi untuk keluar dari organisasi.
4. Faktor-faktor Penybab Intensi Turnover Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
intensi turnover Schultz Schultz,2010; Tett Meyer, 1993; Jeswani Dave;2012; Mobley;1986; Glimer,1966; dan Smither;1994.
a. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja mengacu pada sikap positif maupun negatif
terhadap pekerjaanya Schultz Schultz, 2010. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap terjadinya turnover Schultz Schultz, 2010.
Beberapa faktor yang terdapat dalam kepuasan kerja antara lain: kemampuan kognitif dan kesesuaian pekerjaan.
Kemampuan kognitif juga menjadi salah satu faktor dari kepuasan kerja, meskipun tidak terlalu signifikan. Seseorang yang
pekerjaanya tidak sesuai dengan tingkat kemampuan kognitifnya memiliki ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang cukup besar
Schultz Schultz, 2010.Selain itu kesesuaian pekerjaan dengan
kemampuan juga menjadi salah satu faktor kepuasan kerja. Semakin tinggi kesesuaian kemampuan dengan pekerjaan yang dimiliki maka
akan memliki kepuasan pekerjaan yang lebih tinggi Schultz Schultz, 2010. Senada, dengan hal tersebut Martoyo 1992
menyatakan bahwa kepuasan kerja pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya, seseorang akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan
pekerjaan yang di hadapi. b. Stress Kerja
Banyak faktor yang menyebabkan stress seperti pekerjaan yang terlalu banyak atau perkerjaan yang terlalu sedikit, perubahan
organisasi dan burnout Schultz Schultz, 2010.Terlalu banyak pekerjaan dibagi menjadi dua tipe yaitu kuantitaif dan kualitatif.
Stress dari kuantitatif disebabkan oleh terlalu banyak pekerjaan dan waktu yang tersedia tidak mencukupi sedangkan pada tipe kualitatif
yaitu pekerjaan yang terlalu sulit atau diatas kemampuan pekerja akan menimbulkan stress Schulzt Schultz, 2010. Pekerjaan yang
terlalu sedikit juga akan menimbulkan stress karena pekerja tidak menggunakan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk
melakukan pekerjaan. Schultz Schultz, 2010.Perubahan organisasi jadi salah satu faktor dalam munculnya stress kerja.
Pekerja yang melihat perubahan organisasi sebagai ancaman akan
menimbulkan stress Schultz Schultz, 2010. Selain itu, burnout merpakan stress yang berasal karena melakukan pekerjaan yang
berlebihan. Pekerja yang mengalami burnout akan menjadi tidak berenergi dan tidak tertarik dengan pekerjaan mereka. Schultz
Schultz, 2010. c. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi saling terkait dengan kepuasan kerja yang akan mendorong intensi turnover Tett Meyer, 1993.
Seseorang yang memiliki komitmen organisasi harus menerima nilai dan tujuan dari organisasi, memliki kesediaan untuk berusaha untuk
organisasi dan memiliki keinginan kuat untuk memajukan organisasi.Seorang yang bekerja dalam waktu yang lama dalam
organisasi maka memliki komitmen kerja dan juga memiliki kepuasan kerja yang tinggi Schultz Schultz, 2010.
d. Usia Banyak penelitian sebelumnya yang menyatakan ada
hubungan negatif antara usia dan turnover, karyawan yang berusia lebih muda memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk keluar
dari perusahaan atau organisasi Muchinsky Turtle, Price, Porter Steers, dalam Mobley 1986. Karyawan muda memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan pekerjaan baru dan memiliki tanggung jawab keluarga yang lebih kecil Mobley,
1986. Gilmer 1966 mengatakan bahwa tingkat turnover yang
cenderung tinggi pada karyawan berusia muda disebabkan karena mereka masih memiliki keinginan untuk mencoba-coba pekerjaan
serta ingin mendapatkan keyakinan diri yang lebih besar melalui cara “coba-coba” tersebut. Tahap perkembangan dewasa terbagi
dalam tiga tahap, yaitu usia 18-30 tahun masuk ke dalam tahap perkembangan dewasa awal, usia 31-50 tahun masuk ke dalam
tahap perkembangan dewasa tengah dan usia 51-65 tahun masuk ke dalam tahap perkembangan dewasa akhir Perlmutter Hall,
1985. B. Kompetensi Komunikasi
1. Definisi Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan mengandalkan pengetahuan knowledge, keterampilan skill, kepekaan sensivity,
serta nilai-nilai values dan menggunakan hal tersebut dengan tepat dalam berkomunikasi Shockley Zalabak, 2009. Jablin dan Sias
dalam Payne, 2005 menjelaskan bahwa komptensi komunikasi merupakan sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh seorang
komunikator untuk digunakan dalam proses komunikasi. Kompetensi komunikasi adalah pemanfaatan segala kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi secara baik dengan menggunakan pesan-pesan yang dianggap tepat dan efektif Meyers, 2012. Menurut Littlejohn dan
Jabusch 1982, dalam Shockley Zalabak, 2009 mendefinisikan
kompentensi komunikasi sebagai kemampuan dan kesadaran dari individu untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab atas suatu
transaksi dalam upaya untuk memaksimalkan hasil dari suatu proses diskusi. Menurut Shockley Zalabak 2009 dalam kompetensi
komunikasi juga terdapat interaksi antara teori, praktik dan analisis. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kompetensi komunikasi
adalah kemampuan
seseorang dalam
melakukan komunikasi secara efektif dengan tanggung jawab, mengandalkan pengetahuan, keterampilan, kepekaan dan nilai-nilai
serta menjalankan interaksi antara teori, praktik dan anlisis dalam prosesnya.
2. Aspek Kompetensi Komunikasi Shockley Zalabak 2009 mengemukakan aspek-aspek yang
terdapat didalam kompetensi komunikasi adalah sebagai berikut: a. Knowledge Competency
Knowledge competency
adalah kemampuan
untuk memahami lingkungan komunikasi. Knowledge atau pengetahuan
merupakan apa yang ingin kita ketahui mengenai bidang tertentu. Knowledge competencies merupakan suatu hal yang mendasari
yang digunakan untuk mendukung kepekaan diri ke dalam kehidupan berorganisasi, untuk menuntun agar kemampuan lebih
berkembang, sebagai penolong untuk memhami standar etika dan nilai-nilai pribadi di dalam berbagai aturan organisasi. Knowledge
competency dikembangankan melalui eksplorasi dari proses interaksi yang merupakan proses alami dari komunikasi.
b. Sensitivity Competency Sensitivity
competency adalah
kemampuan untuk
merasakan secara akurat mengenai arti organisasi. Hal ini terkait dengan kemampuan dan keinginan untuk memahami apa yang
orang lain rasakan. Sensitivity competency dikembangkan melalui pemeriksaan terhadap diri sendiri mengenai teori yang digunakan
mengenai komunikasi. c. Skills Competency
Skills competency adalah kemampuan untuk menganalisis situasi secara akurat dan untuk memulainya membutuhkan
penyampaian pesan secara efektif. Skill competency berfokus pada pengembangan kempuan analisis dan berkomunikasi secara efektif
di berbagai lingkungan.Aspek ini dikembangakan melalu mengaplikasikan pengetahuan dan kepekaan yang dimiiliki ke
dalam pengalaman pribadi. d. Values Competency
Values compentency berisi mengenai pentingnya untuk mengambil tanggung jawab pribadi untuk komunkasi yang efektif
sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap organisasi.Aspek ini dapat dikembangkan melalui diskusi dari partisipasi seseorang
dalam komunikasi organisasi.
3. Dampak Kompetensi Komunikasi Kemampuan atau kompetensi komunikasi memiliki dampak
terhadap relasi. Adanya kemampuan atau kompetensi komunikasi yang baik akan mendukung kualitas relasi yang dibangun Arroyo, 2011.
Semakin baik kemampuan atau kompetensi komunikasi yang dimiliki maka akan semakin mudah menjalin relasi dengan orang lain. Hasil
penelitian Leclerc 2014 melihat adanya penerimaan yang lebih baik ketika memiliki kompetensi komunikasi yang baik. Penelitian yang
dilakukan oleh Putri 2014 dan Denarihira 2012 mengungkapkan bahwa kompetensi komunikasi yang dimiliki seseorang mempengaruhi
kinerja, semakin baik kompetensi komunikasi yang dimiliki maka kinerja juga akan semakin baik dan begitu sebaliknya. Dalam penelitian
Griffith 2002 manajer yang memiliki kompetensi komunikasi yang baik dapat bekerja dalam lingkungan komunikasi yang berbeda-beda
sehingga dapat meningkatkan kualitas relasi dan meningkatkan kinerja. Dalam penelitian Handerson 2008, kepuasan dan produktivitas akan
meningkat dikarenakan
adanya kemampuan
atau kompetensi
komunikasi yang baik. Produktivitas yang tinggi memberikan kontribusi terhadap organisasi atau perusahaan, dan pada umumnya
memiliki intensi turnover yang rendah Harter, Schmidt, Hayes, 2002.
C. Dinamika Hubungan antara Kompetensi Komunikasi dengan Intensi Turnover Pada Agen Asuransi
Kompetensi komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan mengandalkan
pengetahuan knowledge, keterampilan skill, kepekaan sensivity, serta nilai-nilai values dan menggunakan hal tersebut dengan tepat dalam
berkomunikasi Shockley Zalabak, 2009. Kompetensi komunikasi memiliki empat aspek yaitu pengetahuan knowledge, keterampilan skill,
kepekaan sensivity, serta nilai-nilai values Shockley Zalabak, 2009. Keempat aspek tersebut harus digunakan sebaik mungkin ketika
berkomunikasi agar komunikasi efektif. Shockley Zalabak 2009 menjelaskan bahwa knowledge competency adalah kemampuan untuk
memahami lingkungan komunikasi yang ada. Skill competency adalah kemampuan untuk menganalisis situasi secara akurat dengan berkomunikasi
secara efektif. Sensivity competency adalah kemampuan untuk memahami apa yang orang lain rasakan. Values competency adalah kemampuan untuk
mengambil tanggung jawab untuk melakukan komunikasi yang efektif. Kompetensi komunikasi diperlukan oleh seorang agen asuransi.
Agen asuransi bekerja dengan memperkenalkan produk-produk asuransi dan hampir seluruhnya berhubungan dengan kegiatan komunikasi. Kegiatan
yang dilakukan untuk memperkenalkan produk-produk asuransi adalah dengan cara komunikasi tatap muka Karyadi Triwardhani, 2015.
Adanya kemampuan atau kompetensi komunikasi yang baik akan mendukung kualitas relasi yang dibangun Arroyo, 2011. Memiliki
kompetensi komunikasi yang tinggi maka akan dapat menjalin relasi yang baik, sehingga agen mampu memperkenalkan produk-produk asuransi
dengan baik. Dengan begitu produktivitas akan meningkat serta puas dengan hasil kerja yang telah dilakukan. Hasil peneltian Handerson 2008
menyatakan bahwa kepuasan dan produktivitas akan meningkat dikarenakan adanya kemampuan atau kompetensi komunikasi yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Trevor 2001 menemukan bahwa peningkatan dalam kepuasan kerja dapat mengurangi turnover dan dapat
meningkatkan produktivitas organisasi. Produktivitas yang tinggi memberikan kontribusi terhadap organisasi atau perusahaan, dan pada
umumnya memiliki intensi turnover yang rendah Harter, Schmidt, Hayes, 2002. Sedangkan agen yang memiliki kompetensi komunikasi
yang rendah maka agen tidak dapat menjalin relasi dengan baik sehingga bekerja tidak sesuai dengan target dan mengakibatkan produktivitas
menurun. Dengan menurunnya produktivitas maka agen merasa tidak mampu dan merugikan perusahaan sehingga agen merasa tidak puas dan
dapat memunculkan indikasi adanya intensi turnover. Produktivitas yang rendah dapat memunculkan keinginan untuk keluar dari organisasi karena
mendapat pengalaman kerja yang buruk dan gaya berpikir yang pesimis Seligman Schulman, 1986. Intensi turnover adalah keinginan yang
dilakukan secara sadar untuk meninggalkan organisasi Tett Meyer,
1993. Menurut Mobley 1986 intensi merupakan faktor peramal yang paling baik. Intensi perilaku seseorang dapat menjadi perilaku sebenarnya
Ajzen, 2005. D. Kerangka Berpikir
Kompetensi Komunikasi
Agen dengan Kompetensi Komunikasi Rendah
Agen dengan Kompetensi Komunikasi Tinggi
Komunikasi berjalan tidak lancar
Komunikasi berjalan lancar
Produktivitas Menurun
Produktivitas Meningkat
Intensi Turnover Tinggi
Intensi Turnover Rendah
Mampu menjalin relasi dengan baik
Tidak mampu menjalin relasi dengan baik
Merasa Tidak Mampu
Merasa Tidak Mampu
E. Hipotesis Berdasarkan dinamika penelitian tersebut peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut ada hubungan negatif antara kompetensi komunikasi dan intensi turnover pada agen asuransi. Hal tersebut berarti
bahwa semakin tinggi kompetensi komunikasi maka semakin rendah tingkat intensi turnover agen asuransi. Sebaliknya semakin rendah kompetensi
komunikasi maka semakin tinggi tingkat intensi turnover agen asuransi.
23