LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN
Menurut Ketua Asosaisi Asuransi Jiwa Indonesia Hendrisman Rahim, agen merupakan salah satu aset terpenting bagi industri asuransi
jiwa. Agen asuransi jiwa memiliki peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan industri. Sebagai ujung tombak perusahaan atau organisasi
asuransi, agen asuransi mengemban tugas mulia untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya asuransi jiwa dan membantu mereka memiliki
perencanaan keuangan serta meraih kesejahteraan di masa depan. http:ekonomi.metrotvnews.commikroVNx95ayb-aaji-profesi-agen-
asuransi-ujung-tombak-pertumbuhan-asuransi Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI
Hendrisman Rahim menyatakan penetrasi asuransi jiwa di Indonesia sulit untuk terkerek naik. Kondisi ini, kata Hendrisman, merupakan tantangan
bagi industri
maupun asosiasi.
Oleh karena
itu, Hendrisman
mengungkapkan, industri asuransi jiwa Indonesia harus duduk bersama dan memikirkan cara dan formulasi agar penetrasi asuransi jiwa dapat
meningkat. http:bisniskeuangan.kompas.comread20160610211644126penetrasi.a
suransi.jiwa.indonesia.susah.meningkat Di Indonesia, umumnya para agen asuransi menjalankan profesi ini
sebagai pekerjaan sambilan pada awalnya. Kondisi yang sama juga terjadi di negara-negara ASEAN dan kawasan Asia, misalnya di China dan India.
Karena bernuansa sebagai pekerjaan sambilan, pada mulanya turnover tingkat perpindahan para agen sangatlah tinggi, yakni berkisar antara 60-
80 setiap tahunnya. Artinya, dari 100 orang agen yang mulai menggeluti profesi ini, dalam setahun hanya menyisakan 20-40 orang yang meneruskan
karier hingga tahun berikutnya, dan selebihnya keluar dari profesi ini. Pada mulanya sebagian besar di antara para agen hanya coba-coba dalam meniti
karier sebagai agen asuransi. Mereka hanya mendapatkan pendidikan dan pelatihan secukupnya sehingga produktivitas mereka pun rendah. Rata-rata
penjualan produk asuransi yang mereka bukukan kurang dari satu polis per bulan. Pola penjualan mereka umumnya dengan cara mendorong produk
kepada calon nasabah dan belum berdasarkan kebutuhan nasabah. http:economy.okezone.comread2009060223225212standar-profesi-
agen-asuransi-jiwa Menurut Mobley 1986 turnover adalah berhentinya individu
sebagai anggota suatu organisasi dengan disertai pemberian imbalan keuangan oleh organisasi yang bersangkutan. Senada dengan hal tersebut
Spector 2008 menyatakan bahwa turnover berarti keluarnya karyawan dari perusahaan. Menurut APA Dictionary of Psychology 2006 turnover adalah
jumlah karyawan yang keluar dari pekerjaan mereka selama jangka waktu tertentu.
Menurut Mobley 1986 ada beberapa kerugian akibat turnover yaitu, biaya pemutusan hubungan kerja, biaya pergantian karyawan, biaya
pelatihan karyawan dan turunnya tingkat produktivitas Mobley, 1986. Schultz Schultz 2010 menyatakan bahwa turnover sangat merugikan
organisasi atau perusahaan karena setiap karyawan yang keluar, perusahaan
harus merekrut, memilih, melatih serta membutuhkan waktu agar karyawan baru memiliki pengalaman yang baik dalam pekerjaanya.
Senada dengan hal tersebut Sirait 2006 menyebutkan dampak kerugian dari turnover antara lain biaya untuk pengangkatan, menyangkut
waktu dan fasilitas-fasilitas untuk perekrutan, wawancara, biaya pelatihan, menyangkut waktu supervisor dan departemen personalia, upah seseorang
karyawan yang lebih besar dari pada produktivitasnya, hilangnya produksi selama selang waktu antara pemisahan karyawan dan pergantian karyawan
baru. Riggio 2008 juga mengungkapkan bahwa dengan terjadinya turnover membuat produktivitas menurun dan biaya operasional meningkat.
Spector 2008 menyatakan bahwa niat seringkali menjadi pemicu dari terjadinya turnover. Ajzen 2005 mengungkapkan bahwa niat
merupakan kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku. Intensi juga berarti perjuangan untuk mencapai suatu tujuan Chaplin, 2004.
Perusahaan dapat mengetahui atau memprediksi turnover dengan cara melihat intensi turnover Spector, 2008. Intensi turnover adalah
keinginan yang dilakukan secara sadar untuk meninggalkan organisasi Tett Meyer, 1993. Senada dengan hal tersebut Lyer dan Rudramuniyaiah
2008; dalam Bothma 2013 mengungkapkan bahwa intensi turnover adalah sejauh mana seseorang karyawan memiliki rencana untuk meninggalkan
organisasi. Secara khusus para agen asuransi memiliki alasan tertentu untuk
meninggalkan sebuah organisasi atau perusahaannya. Schultz Schultz
2010 menyatakan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang melakukan intensi turnover adalah kepuasan kerja, stress kerja dan
komitmen organisasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah antara kesesuaian pekerjaan dengan kemampuan atau keterampilan
seseorang. Semakin sesuai antara pekerjaan dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki seseorang maka akan mempengaruhi tingkat
kepuasan kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu manajer di suatu
perusahaan asuransi di Yogyakarta manajer tersebut mengatakan bahwa para agen sering kali kehabisan calon nasabah atau klien karena kurangnya
kemampuan komunikasi yang dimiliki Wawancara, 6 Mei 2016. Hasil peneltian yang dilakukan oleh Dewi dan Martjiono 2008 pada sebuah
perusahaan asuransi di Surabaya menyatakan bahwa salah satu penyebab agen asuransi melakukan intensi turnover adalah kehabisan calon prospek
dan kurangnya kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang baru. Berdasarkan fenomena tersebut seorang agen asuransi dalam menjalin relasi
dengan orang baru tentunya membutuhkan keterampilan atau kompetensi komunikasi.
Keterampilan atau kompetensi komunikasi adalah kemampuan seseorang dalam melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan
mengandalkan pengetahuan knowledge, keterampilan skills, kepekaan sensivity, serta nilai-nilai values dan menggunakan hal tersebut dengan
tepat dalam berkomunikasi Shockley Zalabak, 2009. Seorang agen
asuransi harus mampu menggunakan pengetahuan, keterampilan, kepekaan dan nilai-nilai agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi yang baik tentunya akan dapat menjalin hubungan dengan orang baru secara baik pula,
sebaliknya seseorang yang memiliki kompetensi komunikasi yang kurang maka akan kesulitan ketika akan menjalin hubungan dengan orang baru.
Ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain menyebabkan agen tidak mendapatkan calon nasabah baru, sehingga agen merasa tidak
mampu untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai agen asuransi. Hal ini dapat membuat agen tidak ingin melanjutkan pekerjaan atau beralih ke
pekerjaan lain. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan variabel kompetensi komunikasi dengan
variabel intensi turnover pada agen asuransi.