Spektrofotometri UV PENELAAHAN PUSTAKA

gelembung dan adanya kavitasi digunakan untuk pembentukkan, pertumbuhan, dan hancurnya gelembung mikro dalam cairan. Gelembung tersebut dapat terbentuk karena terdapat gaya atau energi yang diberikan pada suatu medium yang dapat menyebabkan molekul di dalamnya bergetar. Adanya getaran menyebabkan struktur molekul akan meregang. Jika energi yang diberikan terus ditingkatkan maka akan dicapai suatu kondisi maksimum dimana gaya intramolekul tidak dapat lagi menahan struktur molekul, akibatnya molekul itu pecah dan terbentuklah lubang yang disebut gelembung kavitasi. Pada penelitian isolasi metabolit sekunder dan uji toksisitas ekstrak metanol daun tanaman srikaya Tripiana, Teruna dan Balatif, 2013 menggunakan ultasonikasi sebagai metode ekstraksi. Gelombang ultasonik yang terjadi menghasilkan rambatan energi yang berupa getaran, sehingga analit-analit yang terdapat dalam sampel akan keluar dan larut dalam pelarut yang digunakan. Penelitian lainnya yang melakukan ekstraksi menggunakan metode ultrasonikasi adalah optimised ultrasonic-assisted extraction of flavonoids from folium Eucommiae and evaluation of antioxidant activity in multi-test systems in vitro Huang, Xue, Niu, Jia and Wang, 2009.

D. Spektrofotometri UV

Spektrofotometri UV adalah teknik analisis yang digunakan dengan cara mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang pada 200-400 nm. Pada analisis menggunakan spektrofotometri UV, dilakukan pembacaan absorbansi penyerapan atau transmitansi penerusan radiasi elektromagnetik oleh suatu molekul. Hasil pembacaan absorbansi disebut sebagai absorban A dan tidak memiliki satuan T Mulja dan Suharman, 1995. Sinar UV memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Keadaan paling rendah disebut keadaan dasar ground state. Transisi- transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai dan terjadi eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut orbital elektron antiikatan Gandjar dan Rohman, 2007. Transisi elektronik yang mungkin terjadi yaitu σ σ, π π, n π, n σ. Transisi σ σ membutuhkan energi sinar yang frekuensinya terletak diantara UV vakum kurang dari 180 nm, dan jenis transisi ini kurang begitu bermanfaat un tuk analisis dengan cara spektrofotometri UV. Transisi π π, n π terjadi pada molekul organik yang memiliki gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital phi yang diperlukan. Jenis transisi ini cocok untuk analisis, sebab senyawa yang dianalisis berada pada panjang gelombang 200- 700 nm. Transisi n σ terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan elektron n. Energi yang dibutuhkan kecil dan sinar yang diserap memiliki panjang gelombang 150-200 nm Gandjar dan Rohman, 2007. Menurut hukum Lambert, absorban berbading lurus terhadap ketebalan kuvet yang disinari. Menurut hukum Beer, hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, absorban berbading lurus dengan konsentrasi banyak molekul zat. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa absorban berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan kuvet, yang dapat ditulis dalam persamaan : A = log 1 T = ɛ.b.c Keterangan: T = transmitan A = absorban  = absorptivitas molar L.mol -1 .cm -1 b = tebal larutan cm c = konsentarsi mol .L -1 Hubungan antara nilai E 1cm 1 dengan absorptivitas molar  adalah sebagai berikut:  = E 1cm 1 x BM 10 M -1 . cm -1 Nilai  merupakan absorptivitas molar atau koefisien ekstingsi. Nilai  tiap molekul atau ion dalam pelarut tertentu memiliki karakter masing-masing, pada panjang gelombang tertentu serta tidak berpengaruh terhadap konsentrasi dan panjang gelombang lintasan radiasi Sastrohamidjojo, 2001. Nilai  sangat mempengaruhi puncak spektra yang dihasilkan suatu zat. Rincian nilai  terhadap puncak spektra adalah: 1-10 M -1 .cm -1 : sangat lemah; 10-10 2 M -1 .cm -1 : lemah; 10 2 - 10 3 M -1 .cm -1 : sedang; 10 3 -10 4 M -1 .cm -1 : kuat; 10 4 -10 5 M -1 .cm -1 : sangat kuat Mulja dan Suharman, 1995. Pada umumnya spektrofotometri UV dalam analisis senyawa organik digunakan untuk: 1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik. 2. Menjelaskan informasi struktur bedasarkan panjang gelombang absorbansi maksimum suatu senyawa organik. 3. Mampu menganalisis senyawa organik secara kuanitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Beer Dachriyanus, 2004. Aspek penggunaan spektrofotometri UV dalam analisis kualitatif dilihat dari parameter panjang gelombang maksimum, intensitas, nilai absortivitas molar, nilai absorptivitas yang spesifik untuk senyawa yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Aspek dalam analisis kuantitatif, terjadi ketika sampel dikenakan suatu radiasi dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Analisis kuantitatif juga dilakukan dengan menggunakan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan garis regresi yang didasarkan pada nilai absorbansi dan konsentrasi baku yang dibuat dalam beberapa konsentrasi. Absorban sampel yang didapat setelah pengukuran dimasukkan ke persamaan garis regresi baku pirantel pamoat. Persyaratannya, pembacaan nilai absorban sampel dan baku tidak jauh berbeda. Pada pengkuran absorbansi senyawa digunakan pada panjang gelombang maksimum untuk mendapatkan absorbansi yang maksimum Mulja dan Suharman, 1995. Beberapa alasan harus digunakan panjang gelombang maksimal, yaitu: a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. b. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi karena pada kurva datar nilai epsilon yang dihasilkan sama, sehingga absorbansi yang dihasilkan sesuai dengan konsetrasi yang diukur dan akan menghasilkan garis lurus antara kosentrasi yang diukur dan absorbansi yang dihasilkan. c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka akan memberikan kesalahan yang kecil, ketika digunakan panjang gelombang maksimal Gandjar dan Rohman, 2007. Dilihat dari sistem optik spektrofotometer dapat digolongkan menjadi: 1. Sistem optik radiasi berkas tunggal single beam Gambar 2. Spektrofotometer single beam 2. Sistem optik radiasi berkas ganda double beam Gambar 3. Spektrofotometer double beam Spektrofotometer single beam melakukan pengukuran absorbansi dengan cara, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukkan. Keuntungan lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan spektrofotometer double beam, kelemahannya adalah tidak dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat turbiditas sampel atau perbedaan intensitas cahaya baik dari sumber radiasi maupun dari pengaruh luar. Spektrofotometer double beam merupakan alat pengembangan dari spektrofotometer single beam karena keterbatasan yang dimiliki oleh spektrofotometer single beam. Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blanko dan sinar kedua melewati sampel, dengan dilakukannya sistem ini maka spektrofotometer double beam dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat perbedaan intensitas cahaya, fluktuasi pada kelistrikan instrumen dan absorbansi blanko Haven, Tetrault, and Schenken, 1994.

E. Landasan teori