Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Tabel I. Data uji keseragaman kandungan aSamp el Absorbansi Kadar pirantel pamoat terukur µgmL Bobot terukur pirantel pamoat mg100mL release Kadar pirantel pamoat Bobot terukur basa pirantel mg5mL release Kadar basa pirantel 1 0,765 19,985 49,9625 99,85 359,96 99,90 2 0,770 20,110 50,275 100,47 362,21 100,52 3 0,751 19,635 49,0875 98,10 353,66 98,15 4 0,754 19,710 49,275 98,48 355,01 98,52 5 0,759 19,835 49,5875 99,10 357,26 99,15 6 0,781 20,385 50,9625 101,85 367,16 101,89 7 0,768 20,06 50,15 100,23 361,31 100,27 8 0,773 20,185 50,4625 100,85 363,56 100,90 9 0,760 19,860 49,65 99,23 357,71 99,27 10 0,759 19,835 49,5875 99,10 357,26 99,15 Rata-rata 19,96 SD 0,229431655 CV 1,15 Pada tabel I, dapat dilihat bahwa semua sampel memenuhi persyaratan keseragaman kandungan, karena tidak ditemukan sampel yang kadar dan nilai simpangan baku relatifnya atau koefisien variasi kurang atau melebihi persyaratan yang telah ditentukan Farmakope edisi IV. Kadar basa pirantel 10 sampel terdapat pada rentang 98,15-101,89 release , kadar tersebut memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia IV yaitu 85-110. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi dari 10 sampel adalah 1,15, nilai simpangan baku relatif atau koefisien variasi memenuhi syarat yang ditetapkan Farmakope Indonesia IV untuk syarat kurang dari atau sama dengan 6,0.

C. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang gelombang maksimum merupakan parameter yang sangat penting dalam analisis secara spektrofotometri. Tujuan penetuan penelitian ini, untuk menetapkan panjang gelombang maksimum dari pirantel pamoat. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh kemudian digunakan untuk mengukur absorbansi pirantel pamoat. Pemilihan panjang gelombang maksimum, karena pada panjang gelombang maksimum memberikan kepekaan yang maksimal sehingga setiap perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Pengukuran panjang gelombang maksimum pada pirantel pamoat dilakukan pada tiga konsentrasi yang berbeda, tujuannya untuk melihat apakah dengan adanya perbedaan konsentrasi akan memberikan hasil panjang gelombang maksimum yang sama atau tidak. Konsentrasi larutan pirantel pamoat yang digunakan adalah 10; 20 dan 30 µgmL dalam metanol. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang 200- 400 nm. Pemilihan rentang panjang gelombang ini dilakukan untuk mencakup daerah UV yang terletak pada panjang gelombang antara 200-400 nm. Berikut ditampilkan spektra hasil pengukuran panjang gelombang maksimum: Gambar 4. Spektra absorbansi maksimum pirantel pamoat pada 3 konsentrasi λ = 301 nm Menurut Dibbern 2002 panjang gelombang maksimum teoritis pirantel pamoat dalam pelarut metanol adalah pada 288 dan 300 nm. Pada Farmakope Indonesia edisi IV, toleransi yang diperkenankan lebih kurang 1 nm untuk jangkauan 200-400 nm terhadap panjang gelombang hasil percobaan. Bedasarkan percobaan data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum pirantel pamoat yaitu 301 nm. Hasil panjang gelombang tersebut tidak menyimpang lebih dari 1 nm dari panjang gelombang teoritis 300 nm, sehingga dapat dipastikan bahwa senyawa tersebut merupakan pirantel pamoat. Bergesernya panjang gelombang maksimum yang didapatkan dari hasil percobaan disebabkan karena kondisi penelitian, spesifikasi dari alat dan bahan-bahan yang digunakan berbeda. Penetapan panjang gelombang maksimum pada pirantel pamoat digunakan acuan 300 nm karena pada percobaan ini, panjang gelombang 300 nm tidak terdapat gangguan absorbansi pelarut. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimetil sulfoksida DMSO yang memiliki UV Cut off 268 nm dan metanol pada 205 nm Snyder et al., 2010. Suatu senyawa dapat diukur absorbansinya pada daerah UV apabila senyawa tersebut memiliki gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor mengandung elektron valensi dengan tingkat energi eksitasi yang relatif rendah, sedangkan gugus auksokrom merupakan gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas mengakibatkan pergeseran pita absorbansi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar. Gambar 5. Gugus kromofor dan auksokrom pada pirantel pamoat

D. Pembuatan Kurva Baku Pirantel Pamoat