untuk merespon perubahan lingkungan di sekitarnya. Adanya komunikasi antar sel bakteri sangat penting terutama dalam menghadapi kondisi lingkungan sekitar. Salah
satu bentuk respon yang ditunjukkan bakteri adalah membentuk senyawa metabolit sekunder sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan mikroba lain Nofiani et al.
2009.
Beberapa isolat menunjukkan potensi yang cukup besar dalam menghambat pertumbuhan. Isolat S2T16-1 mampu menghambat pertumbuhan C. albicans dengan
diameter zona hambat sebesar 20 mm, S3T32-4 mampu menghambat pertumbuhan S. mutans
dengan diameter zona hambat sebesar 14,8 mm, dan S3T33-3 mampu menghambat E. coli dan S. mutans dengan diameter zona hambat masing-masing
sebesar 12,5 mm dan 10,1 mm. Berdasarkan kemampuan ini diperkirakan bahwa bahan antimikroba yang dihasilkan oleh masing-masing isolat berbeda. Antibiosis dan
antimikroba merupakan fenomena yang umum dijumpai pada bakteri Pseudomonas spp., Bacillus spp., Streptomyces spp., dan jamur Trichoderma spp. Alabouvette et al.
2006. Antimikroba dihasilkan jika terdapat inisiasi misalnya oleh keterbatasan nutrisi dan pengaruh organisme patogen lain yang mengancam di sekitarnya Hosoya et al.
1998.
4.2. Asai Ekstrak dengan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat
Dari beberapa isolat yang berpotensi dalam menghasilkan antimikroba, dipilih 3 isolat yang paling besar zona hambatnya terhadap mikroba uji, yaitu isolat S2T16-1, S3T32-3,
dan S3T33-3. Mikroba uji yang digunakan merupakan mikroba uji yang sama dengan ketika uji antagonis isolat bakteri potensial ditambah dengan jamur berfilamen F.
oxysporum , G. boninense, dan S. aureus yang semuanya merupakan mikroba patogen
baik terhadap manusia, hewan maupun terhadap tumbuhan Bivi et al, 2010; Mekawey 2010; Oskay 2009. Ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut metanol, etil asetat, dan
n-heksana. Aktivitas antimikroba dari ekstrak bakteri menggunakan ketiga pelarut
Universitas Sumatera Utara
tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji Gambar 3.
Gambar 3. Asai ekstrak metanol terhadap S. aureus A dan terhadap G. boninense B. C: kloramfenikol; K: ketokonazol
Hasil uji ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana isolat-isolat potensial terhadap mikroba uji dapat dilihat pada Lampiran 19. Ekstrak metanol isolat S2T16-1
tidak menunjukkan kemampuan dalam menghambat mikroba uji E. coli dan S. aureus. Namun ekstrak dari isolat ini menunjukkan kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan C. albicans, Fusarium sp dan Ganoderma sp dengan zona hambat terbesar berturut-turut yaitu 10 mm, 1,53 mm dan 9, 40 mm pada konsentrasi 100.
Dari hasil pengujian terhadap perlakuan pelarut, isolat, dan konsentrasi dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis ekstrak, ekstrak etil asetat isolat S3T32-3 menunjukkan
potensi menghambat paling besar terhadap E. coli pada tiap konsentrasi diikuti dengan ekstrak metanol isolat S3T33-3 dan n-heksana isolat S3T33-3. Zona hambat yang
dihasilkan terbesar diperoleh pada ekstrak etil asetat isolat S3T32-3 4,64 mm pada konsentrasi 100, metanol isolat S3T33-3 4,50 mm pada konsentrasi 100, dan n-
heksana isolat S3T33-3 4,36 mm pada konsentrasi 100 Tabel 3. dan Gambar 4..
B A
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Nilai rata-rata zona hambat pada perlakuan pelarut, konsentrasi, dan isolat pada mikroba uji E. coli
Metanol n-heksana
Etil asetat
Konsentrasi
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
0 0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
40 0.71
a
0.71
a
3.68
bc
0.71
a
0.71
a
1.45
a
0.71
a
3.93
bc
0.71
a
60 0.71
a
0.71
a
3.99
bc
0.71
a
0.71
a
3.05
b
0.71
a
3.97
bc
0.71
a
80 0.71
a
0.71
a
4.21
bc
0.71
a
0.71
a
1.87
ab
0.71
a
4.32
c
0.71
a
100 0.71
a
0.71
a
4.50
c
0.71
a
0.71
a
4.36
c
0.71
a
4.64
c
0.71
a
Keterangan: Data merupakan hasil transformasi menggunakan rumus √zona hambat + ½. Angka yang
diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 0.05
Gambar 4. Daya hambat ekstrak isolat potensial terhadap pertumbuhan mikroba uji E. coli
Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis ekstrak, ekstrak metanol isolat S3T33-3 menunjukkan potensi menghambat paling besar
terhadap S.aureus pada tiap konsentrasi dan zona hambat yang dihasilkan terbesar diperoleh pada konsentrasi 100 3,91 mm. Ekstrak n-heksana dan etil asetat untuk
Universitas Sumatera Utara
semua isolat tidak menunjukkan hambatan, sedangkan metanol isolat S2T16-1 dan S3T32-3 tidak menunjukkan hambatan Tabel 4. dan Gambar 5..
Tabel 4. Nilai rata-rata zona hambat pada perlakuan pelarut, konsentrasi, dan isolat pada mikroba uji S. aureus
Metanol n-heksana
Etil asetat
Konsentrasi
S 2T
1 6-
1 S
3T 32
-3 S
3T 33
-3 S
2T 16
-1 S
3T 32
-3 S
3T 33
-3 S
2T 16
-1 S
3T 32
-3 S
3T 33
-3
0 0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
40 0.71
a
0.71
a
3.46
b
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
60 0.71
a
0.71
a
3.45
b
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
80 0.71
a
0.71
a
3.50
b
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
100 0.71
a
0.71
a
3.91
c
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
Keterangan: Data merupakan hasil transformasi menggunakan rumus √zona hambat + ½. Angka yang
diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 0.05
Gambar 5. Daya hambat ekstrak isolat potensial terhadap pertumbuhan mikroba uji S. aureus
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis ekstrak, ekstrak metanol isolat S3T32-3 menunjukkan potensi menghambat paling besar terhadap
Universitas Sumatera Utara
C.albicans 4,44 mm pada tiap konsentrasi diikuti dengan metanol isolat S3T33-3
4,20 mm dan isolat S2T16-1 3,24 mm Tabel 5. dan Gambar 6..
Tabel 5. Nilai rata-rata zona hambat pada perlakuan pelarut, konsentrasi, dan isolat pada mikroba uji C. albicans
Metanol n-heksana
Etil asetat
Konsentrasi
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
40 2.34
b
4.13
d
3.70
cd
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
60 3.06
c
4.44
d
3.87
d
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
80 2.30
b
4.41
d
4.16
d
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
100 3.24
cd
4.44
d
4.20
d
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
Keterangan: Data merupakan hasil transformasi menggunakan rumus √zona hambat + ½. Angka yang
diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 0.05
Gambar 6. Daya hambat ekstrak isolat potensial terhadap pertumbuhan mikroba uji C. albicans
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis ekstrak, ekstrak metanol dan n-heksana untuk semua isolat merupakan pelarut yang menunjukkan
potensi menghambat paling besar terhadap F. oxysporum pada tiap konsentrasi namun
Universitas Sumatera Utara
zona hambat terbesar diperoleh pada ekstrak methanol dan n-heksana isolat S3T32-3 1,58 mm diikuti oleh ekstrak metanol isolat S2T16-1 1,41 mm dan isolat S3T33-3
1,39 mm. Ekstrak etil asetat menunjukkan aktivitas menghambat hanya pada isolat S3T33-3 konsentrasi 80 dan 100 saja Tabel 6. dan Gambar 7..
Tabel 6. Nilai rata-rata zona hambat pada perlakuan pelarut, konsentrasi, dan isolat pada mikroba uji F. oxysporum
Metanol n-heksana
Etil asetat
Konsentrasi
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
40 1.14
a
1.24
ab
1.27
ab
0.71
a
0.88
ab
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
60 1.08
ab
1.44
b
0.74
ab
0.71
a
1.05
ab
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
80 1.11
ab
1.36
b
1.18
b
0.71
a
1.08
ab
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.97
ab
100 1.41
b
1.58
b
1.39
b
0.71
a
1.58
b
0.71
a
0.71
a
0.71
a
1.20
b
Keterangan: Data merupakan hasil transformasi menggunakan rumus √zona hambat + ½. Angka yang
diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 0.05
Gambar 7. Daya hambat ekstrak isolat potensial terhadap pertumbuhan mikroba uji F. oxysporum
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis ekstrak, ekstrak metanol isolat S3T32-3 menunjukkan potensi menghambat paling besar terhadap
G.boninense pada tiap konsentrasi diikuti dengan n-heksana dan etil asetat. Zona
hambat yang dihasilkan terbesar diperoleh pada pelarut metanol isolat S3T32-3 3,38 mm pada konsentrasi 100 Tabel 7. dan Gambar 8..
Tabel 7. Nilai rata-rata zona hambat pada perlakuan pelarut, konsentrasi, dan isolat pada mikroba uji G. boninense
Metanol n-heksana
Etil asetat
Konsentrasi
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
S 2T
16 -1
S 3T
32 -3
S 3T
33 -3
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
0.71
a
40 2.47
b
2.75
b
2.23
b
1.51
ab
2.80
b
2.45
b
2.76
b
2.48
b
0.71
a
60 2.71
b
2.43
b
2.99
b
1.55
ab
2.92
b
1.89
ab
2.72
b
2.28
b
0.71
a
80 2.79
b
3.12
b
2.81
b
2.28
b
3.01
b
1.57
ab
2.69
b
2.48
b
0.97
ab
100 3.07
b
3.38
b
2.71
b
2.67
b
3.04
b
2.52
b
2.60
b
2.88
b
1.20
ab
Keterangan: Data merupakan hasil transformasi menggunakan rumus √zona hambat + ½. Angka yang
diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 0.05
Gambar 8. Daya hambat ekstrak isolat potensial terhadap pertumbuhan mikroba uji G. boninense
Universitas Sumatera Utara
Diantara semua pengujian menggunakan ekstrak, metanol menunjukkan spektrum yang lebih luas dalam menghambat mikroba uji dibandingakan etil asetat dan
n-heksana. Dari semua mikroba uji yang digunakan, G. boninense merupakan mikroba yang paling peka terhadap semua jenis ekstrak. Perbedaan efektifitas ekstrak dalam
menghambat mikroba uji kemungkinan disebabkan oleh perbedaan kelarutan senyawa aktif yang terkandung terhadap ketiga jenis pelarut. Adanya perbedaan polaritas antara
senyawa aktif yang terkandung dengan pelarut yang digunakan untuk mengekstrak senyawa tersebut menyebabkan perbedaan efektisitas ekstrak yang dihasilkan.
Berdasarkan penelitian lain disebutkan bahwa metanol merupakan pelarut yang baik digunakan dalam metode ekstraksi suatu bahan, metanol juga menghasilkan rendemen
yang lebih besar jumlahnya dibandingkan pelarut lain Ahameethunisa Hopper 2010; Khyade Vaikos 2009. Di samping itu, penambahan atau penggunaan metanol pada
saat maserasi akan menyebabkan pH ekstra sel menurun dan akan meningkatkan konsentrasi proton di dalam sel Purwoko 2007. Konsekuensinya terjadi akumulasi
proton di dalam sel yang dapat menyebabkan lisisnya sel sehingga senyawa metabolit yang ada berdifusi ke pelarut dan memperbesar kemungkinan ekstrak yang diperoleh
lebih banyak.
Jika dibandingkan dengan kontrol zona hambat yang dihasilkan oleh cakram kloramfenikol
30 µg sebagai kontrol positif untuk bakteri yaitu sebesar 20,7 mm pada E. coli
dan 19,14 mm pada S. aureus, sedangkan cakram yang berisi ketokonazol 200 µgml Yulian 2007 sebagai kontrol positif untuk jamur yaitu sebesar 10,5 mm pada C.
albicans , 5,12 mm pada F. oxyporum, dan 9,8 mm pada G. boninense. Standar diameter
zona hambat antibiotik kloramfenikol terhadap Staphylococcus spp. dan Enterobacteriaceae
menurut Clinical Laboratory Standard Institute CLSI, 2010 yaitu: kandungan cakram kertas 30 µg. Peka, zona:≥ 18 mm, sedang, zona: 13-17 mm dan
resisten, zona ≤ 12 mm.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya zona hambat melebihi kontrol tersebut menunjukkan adanya potensi dari isolat untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut untuk diisolasi senyawa
metabolit sekunder berupa antimikroba atau mungkin antibiotik yang dihasilkan sehingga diharapkan dapat memberikan solusi untuk masalah resistensi. Adanya variasi
besar zona hambat yang diperoleh mungkin disebabkan oleh perbedaan sifat yang dimiliki bakteri uji yang digunakan baik secara morfologi dan fisiologi. Selain itu, juga
disebabkan oleh senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh masing-masing isolat memiliki struktur kimia, komposisi dan kandungankonsentrasi yang berbeda
dengan antibiotik kontrol Dharmawan et al. 2009.
Hambatan yang dihasilkan oleh ekstrak terhadap mikroba uji kemungkinan disebabkan karena ekstrak tersebut memiliki aktifitas antimikroba yang bisa saja
menyebabkan perusakan sel dengan cara menghambat pembentukan dinding dan membran sel yang dapat mengganggu permeabilitas sel atau mungkin menghambat
sintesis protein dan asam nukleat sehingga sel tidak dapat lagi melangsungkan hidupnya karena proses utama dalam hidupnya sudah dirusak oleh ekstrak tersebut Ruzin et al,
2003; Berdy 2005. Secara umum mekanisme yang dilalui mikroba dalam menghambat jamur patogen di rizosfer antara lain melalui persaingan terhadap nutrisi, oksigen, atau
ruang, parasitisme atau perusakan dinding sel jamur oleh enzim hidrolitik yang dihasilkan oleh antagonistik, antibiosis atau penghambatan terhadap suatu mikroba
melalui produksi senyawa tertentu oleh mikroba lain dan atau melalui kombinasi sinergis dari mekanisme tersebut Getha Vikineswary 2002.
Dari hasil keseluruhan dapat dilihat bahwa ekstrak bakteri dengan menggunakan ketiga pelarut tersebut lebih aktif terhadap bakteri Gram-negatif, kemudian diikuti oleh
Gram-positif, sedangkan terhadap jamur ekstrak bakteri secara keseluruhan lebih aktif terhadap G. boninense diikuti oleh F. oxysporum dan C. albicans. Hal ini mungkin
disebabkan karena senyawa metabolit sekunder yang aktif dalam menghambat C. albicans
dapat ditarik dengan baik oleh pelarut metanol tidak dengan dua pelarut
Universitas Sumatera Utara
lainnya, sedangkan senyawa metabolit sekunder yang aktif dalam menghambat G. boninense
dapat ditarik dengan baik oleh semua jenis pelarut, hal ini mungkin disebabkan karena metabolit sekunder yang terdapat dalam suatu mikroba memiliki
sifat kepolaran yang berbeda-beda. Oleh karena penggunaan pelarut yang berbeda, senyawa metabolit yang dapat ditarik pun berbeda jenis dan sifatnya sehingga
menunjukkan aktifitas yang berbeda terhadap mikroba uji. Sedangkan terhadap F. oxysporum
, menurut penelitian lain yang telah dilakukan menyatakan bahwa Fusarium spp. juga dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain, sehingga diduga ada pengaruhnya terhadap keefektifan senyawa antimikroba lain terhadap dirinya Mekawey 2010.
Ada beberapa dugaan lain mengapa suatu isolat bakteri tidak menunjukkan senyawa antimikroba, pertama, isolat bakteri tersebut memiliki gen untuk mengkode
terbentuknya senyawa metabolit namun tidak terekspresi pada keadaan normal sehingga perlu diinduksi oleh senyawa tertentu Demain 1998, kedua, bakteri tersebut
menghasilkan senyawa antimikroba namun tidak bersifat aktif terhadap bakteri uji, dan yang ketiga, bakteri tersebut menghasilkan senyawa antimikroba intraseluler sehingga
senyawa tersebut tidak terekskresi dan terakumulasi di dalam sel Nofiani et al. 2009.
4.3. Abnormalitas Hifa Akibat Antagonisme Ekstrak Terhadap Jamur Uji