1.2. Perumusan Masalah
1. Apakah minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma. 2.
Apakah minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim.
1.3. Hipotesa
1. Minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma.
2. Minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim. 1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil
dalam sediaan krim dengan tipe emulsi ma. 2.
Untuk menguji seberapa besar kemampuan minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan
kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dari minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil sehingga semakin banyak di
produksi dan digunakan oleh masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni VCO 2.1.1 Minyak Kelapa murni VCO
Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan
kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat, tanpa efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan
yang memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air
kelapa, santan, dan minyaknya Darmoyuwono, 2006 . Belakangan ini, pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif.
Virgin coconut oil VCO merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru- baru ini banyak diproduksi orang. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal
dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni Setiaji dan Prayugo, 2006 .
Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai
dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi
tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh karena itu, dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik
pengolahan minyak kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan
mutu yang lebih baik dari cara sebelumnya. Minyak kelapa yang dihasilkan memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,
serta berbau harum. Daya simpannya pun menjadi lebih lama, bisa lebih dari 12 bulan Rindengan dan Novarianto, 2004 .
Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans- fatty acid TFA atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat
proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi,
pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara cepat dan lain-lain Darmoyuwono, 2006 .
Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain : 1.
penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum 2.
aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel 3.
kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol 1:1 4.
berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C 5.
pH : tidak terukur, karena tidak larut dalamair. Namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7
6. persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21⁰C 0
7. titik cair : 20-25⁰C
8. titik didih : 225⁰C
9. kerapatan udara Udara = 1 : 6,91
10. tekanan uap mmHg : 1 pada suhu 121⁰C
11. kecepatan penguapan Asam Butirat = 1 : tidak diketahui
Darmoyuwono, 2006 .
2.1.2 Kandungan Minyak Kelapa Murni VCO
Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah
penimbunan di dalam tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini
berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh Setiaji dan Prayugo, 2006.
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90 dan asam lemak tak jenuh sekitar 10. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam
laurat . VCO mengandung ± 53 asam laurat dan sekitar 7 asam kaprilat. Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium
Chain Fatty Acid MCFA. Sedangkan menurut Price 2004 VCO mengandung 92 lemak jenuh, 6 lemak mono tidak jenuh dan 2 lemak poli tidak jenuh
Wardani, 2007.
2.1.3 Pembuatan Minyak Kelapa Murni VCO
Ada beberapa cara pembuatan minyak kelapa murni VCO yaitu: a. Cara Tradisional
Cara ini sudah lama dipraktikkan oleh ibu-ibu di pedesaan. Umumnya, VCO yang dihasilkan digunakan untuk minyak goreng. VCO yang dihasilkan
dengan cara tradisional berwarna agak kekuningan dan memiliki daya simpan yang tidak lama. Kandungan antioksidan dan asam lemak rantai sedang juga
sudah banyaj yang hilang. Cara pembuatannya yaitu sabut buah kelapa dikupas kemudian dibelah dan daging buahnya dicongkel. Daging buah tersebut
dibersihkan dengan air mengalir kemudian diparut. Hasil parutan kelapa di
campur dengan air dengan perbandingan 10:6. Endapkan santan sekitar 1 jam sampai terbentuk krim santan dan skim santan. Ambil krim santan dan panaskan
hingga mendidih pada suhu sekitar 100-110⁰ C. Matikan api bila sudah terbentuk minyak dan blondo. Lama waktu yang dibutuhkan sekitar 3-4 jam. Minyak yang
sudah diperoleh disaring dengan menggunakan kain dan kertas saring. b. Cara Pemanasan Bertahap
Cara ini dilakukan untuk menyempurnakan pembuatan VCO cara tradisonal. Minyak yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan cara tradisional. Minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti kristal dan memiliki daya simpan yang lebih lama berkisar 10-12 tahun.
Kandungan asam lemak tidak banyak yang berubah dan kandungan antioksidannya pun masih lengkap dalam jumlah yang seimbang. Cara
pembuatan dengan metode ini sama dengan cara pembuatan dengan cara tradisional, yang berbeda terletak pada suhu pemanasan. Dimana, pada
pemanasan bertahap suhu yang digunakan sekitar 60-75⁰ C. Bila suhu mendekati angka 75⁰ C matikan api dan bila suhu mendekati angka 60⁰C nyalakan lagi api.
Demikian seterusnya sampai terbentuk minyak dan blondo. Kemudian lakukan penyaringan.
c. Cara Enzimatis Cara ini merupakan cara pembuatan VCO tanpa proses pemanasan.
Minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti kristal. Kandungan asam lemak rantai sedang dan antioksidannya tidak banyak berubah sehingga tidak mudah
tengik. Enzim yang dibutuhkan adalah enzim protease, enzim papain daun papaya, enzim bromelin buah nanas, dan enzim protease dari kepiting sungai.
Cara pembuatan santan sama dengan dua metode di atas. Setelah terbentuk santan diamkan selama 1 jam sampai terbentuk krim dan skim santan. Buang bagian
skim santan dengan menggunakan selang. Parut nanas hingga halus. Jika menggunakan daun papaya iris tipis-tipis sampai mengeluarkan getah. Jika
menggunakan kepiting sungai maka kepiting tersebut dihaluskan. Campurkan santan dengan enzim bromelin atau enzim papain atau enzim protease kepiting
sungai dengan cara diaduk. Diamkan selama 20 jam hingga terbentuk 3 lapisan yaitu minyak, blondo dan air. Buang air dengan selang dan ambil minyak dengan
sendok besar secara hati-hati agar blondo tidak ikut. Lalu lakukan penyaringan. d. Cara Pengasaman
Cara ini tidak memerlukan pemanasan sehingga minyak yang dihasilkan bening, tidak cepat tengik, dan daya simpannya sekitar 10 tahun. Cara pembuatan
santan sama dengan cara diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim kemudian tambahkan beberapa ml asam cuka kedalam krim
santan. Ambil kertas lakmus, celupkan kedalam campuran santan-cuka. Cek pH nya. Jika kurang dari 4,3 maka, tambahkan lagi asam cuka. Jika lebih dari 4,3
maka, tambahkan lagi air. Jika pH sudah cocok diamkan campuran tersebut selama 10 jam hingga terbentuk minyak, blondo, dan air. Buang bagian air dan
ambil bagian minyak kemudian lakukan penyaringan. e. Cara Sentrifugasi
sentrifugasi merupakan cara pembuatan VCO dengan cara mekanik. Cara ini membutuhkan biaya yang mahal karena menggunakan alat yang mahal. Cara
ini lebh cocok digunakan dalam skala besar seperti di pabrik. Waktu yang diperlukan relatif cepat yaitu sekitar 15 menit. Cara pembuatan santan sama
dengan yang di atas. Diamkan santan selama 1 jam. Masukkan krim santan kedalam alat sentrifuse. Atur pada angka 20.000 rpm dan waktu pada angka 15
menit. Kemudian nyalakan alat sentrifuse. Diamkan sentrifuse dan diamkan sebentar. Ambil tabung dimana di dalam tabung terbentuk 3 lapisan. Ambil
bagian VCO dengan menggunakan pipet tetes. f. Cara Pemancingan
Cara ini ditemukan untuk memperbaiki cara-cara pembuatan VCO sebelumnya. Untuk mendapatkan VCO yang baik maka, pada cara ini
memerlukan VCO sebagai umpan. Cara pembuatan santan sama dengan cara diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim
kemudian tambahkan VCO kedalam bagian krim dengan perbandingan 1:3. Aduk rata sekitar 5-10 menit. Diamkan selama 10 jam sampai terbentuk VCO, blondo
dan air. Buang bagian air dengan selang. Ambil VCO dengan sendok. Kemudian lakukan penyaringan dengan cara yang sama seperti yang di atas.
2.2 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh Wasitaatmadja, 1997. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel yang terdiri atas stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis Wasitaatmadja, 1997.
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis Tranggono dan Latifah, 2007.
2. Lapisan dermis korium, kutis vera, true skin yang terdiri dari pars papilaris
yaitu dan pars retikularis Wasitaatmadja, 1997. 3.
Lapisan subkutis hypodermis Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi
sel-sel lemak didalamnya Wirakusumah, 1994.
2.2.1 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Fungsi tersebut antara lain :
1. Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,
seperti zat-zat kimia iritan lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet,
gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus Wasitaatmadja, 1997. Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara
mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Tranggono dan Latifah, 2007.
2. Fungsi Absorpsi
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang
menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
3. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia
dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering. 4.
Fungsi Pengindra Sensori Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Badan ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krause.
5. Fungsi Pengaturan suhu Tubuh Termoregulasi
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh
meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kaloripanas
tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen Melanogenesis
Sel pembentuk pigmen kulit melanosit terletak di lapisan basal epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang
terbentuk menentukan warna kulit. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
7. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama : keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal
yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula
menjadi sel granulosum. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara
baik. 8.
Fungsi Produksi Vitamin D Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D.
9. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam
jiwa manusia Wasitaatmadja, 1997.
2.2.2 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit umumnya terdiri atas 3 jenis, dengan tambahan jenis kulit kombinasi dan kulit yang bermasalah.
1. Kulit normal; merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau
kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup. 2.
Kulit berminyak; adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam,
biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit kering; adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang
kurang atau sedikit sehingga pada permukaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan
mudah terlihat kerutan. 4.
Kulit campuran atau kombinasi; yaitu kulit seseorang yang sebagian normal sebagian lafi kering atau berminyak.
5. Kulit sensitif; yaitu kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia di atasnya.
6. Kulit berjerawat; yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya
berminyak 7.
Kulit hiperpigmentasi; yaitu kulit yang disertai dengan bercak hitam Wasitaatmadja, 1997.
2.3 Kosmetika Pelembab
Kosmetika berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Dalam defenisi tersebut, yang dimaksud
dengan ‘tidak dimaksudkan untuk mengobati dan menyembuhkan suatu penyakit’ adalah sediaan tersebut seyogiyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit
Tranggono dan Latifah, 2007. Kosmetika pelembab merupakan jenis kosmetika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penguapan air yang berlebihan dari kulit. Mekanisme dimana kulit mengalami kekeringan belum jelas dipahami. Beberapa orang dapat
mengalami kulit kering pada waktu dan berbagai kondisi lingkungan tertentu, tetapi pada beberapa orang lainnya jarang mengalami gejala yang sama pada
berbagai kondisi lingkungan. Kekeringan pada umumnya terlihat pada keadaan udara dingin dan ketika kelembaban relatif rendah Navarre, 1975.
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan
lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Selain itu, kulit juga dilindungi oleh
bahan-bahan yang bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentose, choline, dan derivate asam fosfat yang jumlah totalnya 20 dari berat lapisan stratum
corneum Tranggono dan Latifah, 2007. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih dari 10, bila terjadi
penguapan air berlebihan maka nilai kandungan air tersebut berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah :
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak oklusif.
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan salam
kulit. 3.
Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruhnya yang
mengeringkan kulit Wasitaatmadja, 1997. Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati,
hewan maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi
penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan dari minyak kulit semula Wasitaatmadja, 1997.
Ada dua macam kosmetika pelembab, yaitu : a.
Kosmetika pelembab berdasarkan lemak
Kosmetika pelemban tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,