BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kosmetika sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari
Wasitaatmadja, 1997. Kulit merupakan ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus keratinisasi dan pelepasan sel- sel yang sudah mati Tranggono dan Latifah, 2007.
Kulit juga mengandung lapisan lemak yang berfungsi untuk mengontrol penguapan air, tetapi kulit juga mengeluarkan cairan pelembab alami.
Kesetimbangan kandungan air dalam kulit sangat penting untuk diperhatikan Ditjen POM, 1985.
Kekeringan pada kulit dapat terjadi jika bahan-bahan yang melindungi kulit dari kekeringan terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian. Bahan-
bahan tersebut terangkat jika tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Penggosokan berkali-kali dengan sabun dan detergan juga akan
menimbulkan kekeringan pada kulit. Kelembaban udara juga diketahui berpengaruh terhadap kekeringan kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
Pada kondisi kulit tertentu pelembaban diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Oleh karena beberapa faktor baik faktor
yang berasal dari dalam maupun dari luar, kulit dapat menjadi lebih kering. Secara alamiah kulit berusaha untuk melindungi dirinya. Namun, dalam kondisi tertentu
faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi untuk melindungi kelembaban kulit dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah
yang berasal dari luar kulit yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit Wasitaatmadja, 1997 .
Menurut Rindengan 2004 pelembab yang ideal adalah pelembab yang mampu melembutkan kulit dan melindunginya dari kerusakan. Umumnya
kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan
kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan dari minyak kulit semula
Wasitaatmadja, 1997. Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetika yang beredar adalah
sediaan minyak dalam air, karena mudah menyebar dan merata pada permukaan kulit. Dengan pemilihan komponen yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak
berlemak dan tidak lengket sehingga dapat dengan mudah dihilangkan dengan pencucian Ditjen POM, 1985.
Emulsi minyak dalam air mengandung bahan-bahan emulgator nonionik, sabun-sabun trietanolamine dan humektan seperti gliserol,sirup sorbitol, propilen
glikol dan lain-lain yang
dapat berguna
sebagai pelembab
kulit Tranggono dan Latifah, 2007.
Minyak kelapa murni merupakan pelembab kulit alami karena mampu mencegah kerusakan jaringan dan memberikan perlindungan terhadap kulit
tersebut. Minyak kelapa murni pun mampu mencegah berkembangnya bercak- bercak di kulit akibat penuaan dan melindungi kulit dari cahaya matahari. Bahkan
minyak kelapa murni dapat memperbaiki kulit yang rusak atau sakit. Oleh karena itu, penggunaan minyak kelapa murni akan mampu menampilkan kulit lebih muda
Rindengan dan Novarianto, 2004. Indonesia yang merupakan negara tropis dengan banyaknya pulau
merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Tidak heran jika pohon kelapa telah mendampingi kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang
ribuan tahun yang silam. Semua bagian pohon kelapa memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari Rindengan dan Novarianto, 2004.
Semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan menjadi bahan pangan atau bahan baku industri. Dari sabut kelapa, air kelapa, buah, sampai tempurung
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Selama ini, orang memanfaatkan daging buah kelapa untuk kopra. Dari kopra ini nantinya dijadikan sebagai bahan untuk
pembuatan minyak goreng. Hasil sampingan pembuatan minyak goreng, berupa blondo masih dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan roti. Dan hasil
sampingan lain berupa ampas kelapa banyak digunakan oleh peternak sebagai pakan ternak Setiaji dan Prayugo, 2006 .
Menurut Wardani 2007 Virgin Coconut Oil VCO atau minyak kelapa murni merupakan minyak murni yang dalam proses pembuatannya tidak
mengalami proses pemanasan atau tambahan bahan apapun sehingga komponen antioksidan nya tidak mengalami kerusakan. Dalam pembuatan minyak kelapa
murni tidak mengalami proses fermentasi ataupun penambahan enzim, sehingga hasil yang diperoleh berupa VCO yang berwarna bening, tidak berbau tengik
tetapi beraroma khas kelapa Andi, 2005. Karena tidak mengalami proses pemanasan, maka pembuatan minyak
kelapa murni dilakukan dengan proses dingin yaitu dapat dilakukan dengan cara pengadukan, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan
kelapa secara cepat dan lain-lain Darmoyuwono, 2006 . Minyak kelapa sudah sejak lama digunakan untuk kulit agar tetap halus,
lembut dan mulus. Susunan molekular dari minyak kelapa murni memberikan tekstur lembut dan halus pada kulit. Minyak yang dioleskan pada kulit akan
mempengaruhi jaringan tubuh, terutama jaringan konektif. Bersatunya jaringan konektif membuat kulit menjadi kuat Rindengan dan Novarianto, 2004.
Minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil memiliki banyak manfaat di bidang farmasi dan kesehatan. Minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil juga
memiliki kandungan antioksidan dan pelembab yang sangat tinggi dimana antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas
tubuh Nilamsari, 2006. Kandungan antioksidan dari minyak kelapa murni Virgin Coconut Oil tidak mengalami kerusakan dan masih lengkap dalam
jumlah yang seimbang dengan pemanasan pada suhu 60-75⁰ C
Setiaji dan Prayugo, 2006 . Berdasarkan uraian di atas dan sebagai gerakan kembali ke alam dengan
memanfaatkan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil VCO, maka penulis tertarik untuk menggunakan minyak kelapa murni atau virgin coconut oil VCO
sebagai pelembab dalam sediaan krim.
1.2. Perumusan Masalah