yaitu: Bahasa, Teknologi, Mata Pencaharian Ekonomi, Organisasi Sosial, sistem Pengetahuan, kesenian, dan sistem religi.
Sebagaimana telah terlebih dahulu di sampaikan penulis di awal bab II ini, maka yang akan dibahas didalam bab ini adalah mengenai ,Sejarah daerah
penelitian, Letak Geografi, Demografis, serta letak lokasi penelitian, begitu pula keadan masyarakat kota Sibolga dan hubunganya dengan budaya dan
adat istiadat yang dibahas secara ringkas
2.1 Sejarah Kota Sibolga
Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli, teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan di ketahui melalui
catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di abad ke -16 M, dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama
di pantai barat sumatera utara dengan Bandar pelabuhan nya Barus.
5
Mengutip apa yang di sampaikan oleh Tengku Luckman Sinar dalam tulisan nya yang bertajuk lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera
utara 1981 dimana dalam tulisanya tersebut beliau menyampaikan bagaimana kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu telah terjadi interaksi
antara masyarakat di pesisir pantai teluk tapian nauli dengan Orang-orang yang tinggal di pedalaman, yang sangat membutuhkan garam ,dan bahan
bahan lainya yang hanya dapat bisa di peroleh dari pesisir pantai,mereka melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka peroleh ,dengan garam dan
,
5
Tengku Luckman sinar , SH lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara, Harian Waspada 23 juni 1981
15
Universitas Sumatera Utara
lain-lain, hal ini sering dilakukan oleh “Parlanja”.
6
Dikarenakan taktik perang dan taktik wilayah dan untuk menjamin keperluan garam maka sekitar tahun 1700 M cucu Datu Horinjom bernama
Raja Luka Hutagalung yang dalam perjalanan sejarahnya kemudian lebih makin lama makin
banyak orang hilir mudik,dan menetap di pesisir pantai, Berdirinya sibolga berawal dari di bukanya kampung oleh Ompu Datu
Hurinjom yang berasal dari daerah Silindung Tapanuli Utara di Simaninggir yang pada saat ini Simaninggir merupakan wilayah yang termasuk keadalam
wilayah administratif KabupatenTapanuliTengah. letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat dengan teluk Tapian Nauli. Simaninggir Tinggir
yang dalam bahasa Toba Batak mempunyai arti tajam pendengaran pemantauan. oleh para parlanja daerah ini sering dijadikan sebagai tempat
istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai atau pun Sesudah sekembali dari Daerah pesisir pantai sebelum kembali ke daerahnya .
Semenjak Ompu Datu Hurinjom bermukim di Simaninggir, kawasan teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara
penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. walaupun demikian Ompu Datu Hurinjom yang memiliki postur tubuh tinggi besar
tidak gentar menghadapi keadaan, bahkan memindahkan pemukiman mendekati teluk ,yaitu di Simare-Mare salah satu daerah di kecamatan
sibolga kota di bawah kaki Dolok Simarbarimbing dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk
Tapian Nauli
6
Pengertian parlanja adalah orang yang membawa barang dengan pikulan
16
Universitas Sumatera Utara
dikenal sebagai Tuanku Dorong. membuka perkampungan baru di sekitar aliran sungai Aek Doras sungai di wilayah kecamatan Sibolga kota ,
Ompu Datu Horinjom sebagai pemuka kampung pertama di simaninggir merupakan seseorang yang dihormati oleh kalangan
masyarakatnya di samping memiliki postur tubuh tinggi besar ompu tersebut juga memilki kesaktiantenaga hal ini juga turun kepada anak dan cucunya
yang juga memilki tubuh tinggi besar. Dimana dalam masyarakat Batak adalah Tabu untuk menyebut nama
seseorang apalagi orang tersebut lebih tua dan di hormati. sehinnga yang ingin bertemu denganya sering di sampaikan dengan sebutan : beta tu huta ni
sibalga’i, yang apabila diartikan sebagai berikut ayo ke tempatkampung orang yang tinggi besar itu, kata tersebut merupakan awal kata dimana
kemudian dalam perjalanan sejarah berikutnya berkembang menjadi Sibolga
7
7
Lebih dalam dan detil lihat tulisan Drs. Raja Ja’far Hutagalung, “Sibolga Nama Legendaris Seorang Pejuang,” dalam Buku Hari Jadi Sibolga,” Pemko Sibolga 1998:111
. Periode 1815 pihak Inggris mengadakan perjanjian yang mana
perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Tigo Badusanak. dengan Raja Sibogah serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil disekitar teluk
Tapain Nauli yaitu pulau Poncan Ketek kecil dan Poncan Gadang besar yang saat itu tunduk dibawah kekuasan inggris, pihak inggris menyebut
Poncan dengan Fort Tapanooly di karenakan di sanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya.
17
Universitas Sumatera Utara
Menurut tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset seorang pembesar belanda EB.Kielstra: dalam periode 1833-1838 di Sibolga penuh
berdiam penduduk segala bangsa terutama orang batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat pemerintahan asisten
Residensi Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras, Sibolga menjadi ramai,meskipun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk asal batak
yang sudah beragama islam sudah menjadi “Pesisir”dengan adat sendiri yang sfesifik. Dimasa Sibolga dibagun, istana raja yang berada di tepi sungai Aek
doras dan perkampungan di sekelilingnya di pindahkan ke daerah baru di Sibolga ilir, dan sebagai pemangku adat berdasarkan data dan silsilah raja-
rajakepala kuria di Sibolga adalah sebagai berikut:
1. Raja Luka Hutagalaung gelar Tuanku Dorong pembuka kampung
pertama di sekitar sungai aek Doras yang kemudian berkembang menjadi kuria sibogah
2. Sutan Manukar
3. Raja Ombun
4. Sipalenta
5. Sultan Parhimpunan
6. Muhamad Sahib merupakan kepala kuria terakhir,karena setelah
zaman kemerdekaan istilah raja kepala kuria sudah tidak ada lagi
8
8
“ hari jadi sibolga , pemko sibolga ,1998. 13:111
18
Universitas Sumatera Utara
Periode selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi Tapanuli Selatan dan pada saat itu
Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernement”Propinsi dan Tapanuli menjadi salah satu “Resident”nya, dimana dengan Beslit Gubernur
Jenderal Hindia Belanda tanggal 7 desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi ibukota Residen Tapanuli yang dipimpin oleh seorang Afdelinghoof kepala
daerah.
Tabel 1. Afdeling Dibawah Karisidenan Sibolga
Wilayah yang termasuk distrik afdeling. Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Kolang, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau–pulau kecil di
depan teluk Tapian Nauli, yang mana setiap distrik di kepalai oleh seorang Districhoof Demang. Selanjutnya di tahun1871 Belanda menghapuskan
sitem pemerintahan Raja-Raja Kepala Kuria dan diganti oleh Demang tetapi sebagian masyarakat masih mengangap RajaKepala kuria sebagai pemangku
adat yang sah, pada tahun 1898 hampir semua daerah di Sibolga ditelan N0
NAMA 1
Afdeling.Singkil 2
Afdeling.Barus 3
Afdeling Mandailing 4
Afdeling Natal 5
Afdeling Angkola 6
Afdeling Nias 7
Afdeling Sibolga
19
Universitas Sumatera Utara
amukan api akibat dari perlawanan masyarakat terhadap Belanda, dan pada tahun1906 ibukota residen Tapanuli dipindahkan ke Padang Sidempuan.
Pada masa pemerintahan militer Jepang, Sibolga di pimpin oleh seorang Sityotyo baca :Sicoco yang memegang pimpinan kota, sebagai kelanjutan
dari kepala distrik yang masih dijabat oleh bekas Districhoofd Demang pada masa pendudukan belanda yaitu: Z.A. Sutan Kumala Pontas.
Periode berikutnya tahun 1947 , A.M Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk
menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.INegara Republik Indonesiatanggal 29 november 1946 nomor
999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 mei 1946 no.103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh
seorang Walikota yang dirangkapkan kepada Bupati Tapanuli Tengah
9
9
Lebih dalam dan detil lihat tulisan Prof. M.Solly Lubis. SH ‘Sibolga dan sekeping sejarahnya’
, dalam buku hari jadi sibolga , pemko sibolga , 1998 .16:111
. Terhitung tanggal 24 november 1956 sejak berlakunya undang –undang
darurat nomor 8tahun 1956 ,yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, dimana
dalam pasal 1 undang–undang darurat no.8 tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : Medan, Pematang Siantar, Sibolga dan
Kutaraja, menurut undang-undang darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29
november 1946 no.999.
20
Universitas Sumatera Utara
Setelah keluarnya surat keputusan menteri dalam negeri tanggal 14 desember 1957 no.u.p1521 diangkatlah D.E Sutan Radja Bungaran menjadi
walikota Sibolga,dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara
administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah
Tabel 2 Kepala Daerah di Kota Sibolga Sejak Era Proklamasi hingga sekarang
N NAMA
PERIODE 1
A.M .Djalaluddin 06-11-1947 sd 10-12-1947
2 M. Sorimuda
11-12-1947 sd 11-08-1952 3
Ibnu Saadan 12-08-1952 sd 10-02-1954
4 R. Djundjungan Lubis
11-02-1954 sd 31-12-1957 5
D.E.Sutan Radja Bungaran 01-01-1958 sd 31-08-1959
6 H.A. Murad Tandjung
01-09-1959 sd 04-03-1965 7
Syariful Alamsyah 05-03-1965 sd 24-11-1965
8 Firman Simanjuntak
24-11-1965 sd 18-06-1974 9
Pandapotan Nasution,SH 19-06-1974 sd 19-06-1979
10 Khairuddin Siregar,SH
19-06-1979 sd 19-06-1984 11
Baharuddin Lubis.SH 19-06-1984 sd 19-06-1989
12 Drs.Ali Amran Lubis,SH
19-06-1989 sd 18-06-1994 13
Drs.Zainuddin Siregar 18-06-1994 sd 19-06-1999
14 Drs.Sahat.P. Panggabean
19-06-1999 sd 28-08-2010 15
Drs. H .M. Syarfi Hutauruk 28-08-2010 sd sekarang
21
Universitas Sumatera Utara
2.2. Letak Geografis dan Demografi Kota Sibolga 2.2.1. Letak Geografis Kota Sibolga