ada keterpaduan antara “pendekatan kebijakan” “policy oriented approach” Xenophobia, intolerance, discrimination. d.

5. ada keterpaduan antara “individual personal responsibility” dengan “structural functional system” 6. ada keterpaduan antara sarana penal dan non-penal; 7. ada keterpaduan antara sarana formal dan sarana informal tradisional, keterpaduan antara “legal system” dan “extra-legal system”; kongres ke-4 : 7.1. sangatlah penting bentuk-bentuk kontrol sosial tradisional dihidupkan kembali dan dikembangkan “it was important that traditional forms of primary social-control should be revived and developed” kongres ke-7 : 7.2. tindakan kebijakan pencegahan kejahatan yang baru hendaknya jangan mengganggu mengacaukan berfungsinya sistem internasional yang efektif; idensitas kultural harus dipertahankan dipelihara.

8. ada keterpaduan antara “pendekatan kebijakan” “policy oriented approach”

dan “pendekatan nilai” “value oriented approach”. c. Kejahatan-kejahatan yang mendapat perhatian kongres PBB untuk ditanggulangi, meliputi antara lain : 1. Economic crimes; crimes of business; economic abuses; 2. Corruptions; corrupt activities of public official; 3. Illicit trafficking in drugs; 4 Money laundering; 5. Violent crime; 6. Industrial crime; Universitas Sumatera Utara 7. crime computer crime, computer related crime 8. Urban crime 9. crime; instrumental use of children in criminal activities; 10. Transnational international crime; 11. Crime against cultural property cultural heritage; 12. Racism religious racial crime and all its froms

13. Xenophobia, intolerance, discrimination. d.

Perlu dibenahi dan ditingkatkan kualitas aparat penegak hukum, antara lain dengan membuat resolusi tentang : d.1. code of Conduct for Law enforcement official Resolusi MU-PBB 34169,1979; d.2. international Code of Conduct for Public officials Resolusi MU-PBB 5159; e. perlu dibenahi dan ditingkatkan kaulitas institusi dan sistem manajemen organisasi manajemen data : e.1. computerization of records; computerizatioan of criminal justice operations;

e.2. dibentuknya jaringan informasi data internasional f.

disusunnya beberapa “Guidelines”, “Basic Principle”, “Rules”, “Standard Minimum Rules SMR” antara lain : f.1. SMR for the treatment of Prisoners Resolusi Ecosoc 663 C XXIV 1957 and 2076 LXII 1977; f.2. Safeguards guaranteeing protection of the rights of those facing the death penalty Resolusi Ecosoc 198450, th.1984; Universitas Sumatera Utara f.3. SMR for the administration of juvenile justice the Beijing Rules; Resolusi MU-PBB 4033, th.1985; f.4. Declaration of basic Principles of Justice for victim of Crime and Abuse of Power Resolusi MU-PBB 4034,1985; f.5. Basic Principle for the Treatment of Prisoners Resolusi MU-PBB 45111, 1990; f.6. UN Guidelines for the Prevention of Juvenile Deliquency The Riyadh Guidelines; Resolusi MU-PBB 45112, 1990; f.7. UN Rules for the protection of Juvenile Deprived of their Liberty Resolusi MU-PBB 45113, 1990; g. Ditingkatkannya “kerja sama internasional” “international cooperation” dan “bantuan teknis” “technical assistance” dalam rangka memperkokoh”the rules of law” dan “management of criminal justice system”. 57 Jadi Penaggulangan hukum pidana terhadap kasus perdagangan anak keluar negeri tetap harus menggunakan sarana penal dan non penal, tetapi harus sinergis dan ada prioritas bagi penggunaan keduanya.Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan PPK harus dilakukan dengan “pendekatan integral”, ada keseimbangan sarana “penal” dan “non-penal”. Dilihat dari sudut politik kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana “non-penal” karena lebih bersifat preventif dan karena kebijakan “penal” mempunyai KETERBATASAN KELEMAHAN yaitu bersifat fragmentaris simplistic tidak struktural-fungsional; simptomatik tidak kausatif tidak eliminatif;individualistic atau “offender-oriented tidak victim-oriented”; lebih 57 Barda Nawawi Arief,op.cit., hal.81. Universitas Sumatera Utara bersifat represif tidak preventif; harus didukung oleh infrastruktur dengan biaya tinggi;

C. Upaya Menanggulangi Perdagangan Tenaga Kerja