yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
3. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop campuran dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan, biasanya dalam prosesnya digunakan
senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
4. Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari
kayu atau batu bata. 5. Distilasi Vakum: memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat
tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi Van Winkel, 1967.
2.7.1. Distilasi di PT. KMI
Produk dari unit sintetis tidak hanya mengandung methanol saja, namun juga masih mengandung impuritis seperti TMA, higher alcohol, dimethyl ether,
methyl formiate, keton, air, gas terlarut dan berbagai hasil samping lainnya. Karena produk yang akan dijual adalah methanol grade AA yang mempunyai
kemurnian lebih dari 99, 85 maka produk dari unit 200 harus dimurnikan di unit 300. Proses pemisahan pada unit ini bergantung pada relative volatility
dari komponen umpan. Komponen yang lebih volatil low boilers cenderung untuk membentuk fase uap sedangkan komponen yang kurang volatil high
Universitas Sumatera Utara
boilers akan cenderung membentu fase liquid. Hasilnya uap akan ke atas saling berkontak dengan liquid di setiap tray sehingga uap akan lebih kaya
pekat dengan low boiler dan liquid akan lebih kaya dengan high boiler. Liquid yang mencapai dasar kolom akan diuapkan sebagian di reboiler untuk
menyediakan uap yang akan kembali naik ke puncak kolom. Sedangkan sebagian lainnya akan diambil sebagai produk. Uap yang mencapai puncak
kolom akan dikondensasi total dan didinginkan menjadi liquid oleh overhead condenser. Semua liquid ini akan dikembalikan ke kolom sebagai reflux untuk
menyediakan overflow liquid. 2.7.1.1.
Prerun Column Sebelum mengalami proses distilasi, aliran raw methanol dimasukkan
kedalam expansion vessel 030-F01 yang bertujuan untuk menghilangkan dissolved gas pada raw methanol seperti CO, CO
2
, H
2
, CH
4
, N
2
. Expansion gas kemudian dialirkan menuju unit 100 sebagai fuel di 010-B01 dan raw methanol
dialirkan menuju prerun column 030-D01. Dalam kolom distilasi ini impuritis volatil seperti dimetil eter, metilformiat dan gas inert yang
mempunyai titik didih dibawah methanol dipisahkan dari campuran. Kolom ini bekerja pada tekanan 1,38 bar dengan temperatur bottom sebesar 95
o
C dan top sebesar 80
o
C. Overhead product kemudian didinginkan di condenser 030-E02 dengan memanfaatkan sea water sebagai pendingin. Outlet dari condenser
terpisah menjadi dua fase yaitu gas dan liquid. Fase liquid masuk kedalam prerun column reflux vessel 030-F02 dan fase gas didinginkan lebih lanjut di
030-E03 dengan pendingin yang sama. Fase liquid yang terbentuk dialirkan kembali menuju 030-F02 dan fase gas dipanaskan lagi di 030-E07 dengan
Universitas Sumatera Utara
pemanas LP steam. Jumlah upstream 030-F07 adalah sebagai kontrol tekanan dari overhead product. Selanjutnya, gas yang terbentuk akan digunakan
sebagai fuel di 010-B03 dan apabila terjadi kelebihan tekanan akan dibakar di flare. Campuran pada 030-F02 dikembalikan ke dalam 030-D01 dengan pompa
030-G02AS sebagai refluxuntuk mengambil methanol yang tersisa didalamnya. Produk bawah yang terbentuk dialirkan menuju ke pressure
column 030-D02. Produk bawah yang berupa liquid dipanasi sebagian dalam reboiler 030-E01II yang memanfaatkan reformed gas sebagai pemanas
Sejumlah caustic soda ditambahkan dalam kolom ini yang bertujuan untuk mencegah korosi di bagian bawah kolom karena suasana asam didalamnya.
Selain itu juga untuk menghilangkan TMA Tri Methyl Amine yang terdapat dalam raw methanol.
2.7.1.2. Pressure Column
Kolom ini berfungsi untuk memisahkan methanol dari air dan komponen lain yang lebih berat daripada methanol. Aliran produk bawah masuk kedalam
pressure column yang mempunyai tekanan 7,27 bar dan temperatur 130
o
C pada bagian atas, sedangkan pada bagian bawah sebesar 135°C. Di dalamnya terjadi
proses pemisahan methanol dengan pengotornya. Hasil atas berupa methanol sedangkan komponen lain dan sebagian komponen methanol yang belum
teruapkan berbentuk liquid sebagai hasil bawah. Hasil yang diinginkan adalah produk atas yang berupa uap methanol. Panas dari aliran ini dimanfaatkan
sebagai pemanas dalam reboiler atmospheric column 030-E08AB. Aliran yang telah didinginkan di simpan sementara dalam pure methanol refluxvessel 030-
F03. Sebagian dari methanol dimasukkan kembali ke dalam pressurecolumn
Universitas Sumatera Utara
sebagai refluks dan sebagian lagi didinginkan di 030-E09 hingga temperature mencapai 44
o
C langsung dialirkan menuju TMAcatchpot 030-F07 karena konsentrasi TMA pada produk dari 030-D02 masih mengandung cukup tinggi.
Setelah itu downstream dari 030-F07 akan dialirkan langsung ke tangki penyimpanan 040-K02AB bersama dengan produk methanol dari 030-
F05.Sebagian dari produk bawah kemudian dialirkan lagi menuju atmospheric column 030-D03 untuk dimurnikan lagi.
2.7.1.3. Atmospheric Column
Bottom product dari 030-D02 dialirkan menuju atmospheric column 030-D03 untuk pemisahan methanol yang masih ada dengan air dan
komponen high boiling yang lain. Uap methanol keluar dari 030-D03 sebagai produk atas lalu dikondensasikan dengan menggunakan condenser E05A,B dan
kemudian didinginkan di final cooler untuk menyempurnakan kondensasi. Methanol kemudian ditampung sementara di F05, sebagian dari methanol ada
yang dipompa oleh G05AS masuk ke dalam 030-D03 kembali sebagai reflux dan sebagian lagi langsung dialirkan bersama produk methanol keluaran 030-
E09 ke dalam 040-K02AB. Jumlah produk yang dialirkan menuju 040- K02AB adalah sebagai kontrol level pada 030-F05. Produk bawah dari 030-
D03 berupa process water1-3 methanol dialirkan ke unit 100 KMI, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Diagram alir proses unit distilasi PT. KMI
2.8. Kromatografi