Perumusan Masalah Pembatasan Masalah KERANGKA KONSEP

akan tetapi juga oleh sikap-sikap yang tidak bersahabat atau prasangka sosial. Dalam kenyataan sehari-hari masih sering kita lihat kurangnya interaksi antara mahasiswa kelas internasional tersebut dengan mahasiswa pribumi, para pemeluk budaya satu hanya mau bergabung dan berinteraksi dengan orang-orang yang berasal dari daerah yang sama atau mempunyai kebudayaan yang sama. Mereka tidak mau bahkan enggan untuk membuka diri dengan orang-orang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Sebagai asumsi dasarnya adalah bahwa diantara individu-individu dengan kebudayaan sama umumnya terdapat kesamaan homogenitas yang lebih besar dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan berlainan. Selain faktor terbut, bahasa, prasangka dan sikap etnosentris juga bisa mempengaruhi pola interaksi yang terjadi di antara mereka yang berbeda budaya. Jadi berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti “Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antarbudaya bisa menciptakan pola interaksi antar etnis dikalangan Mahasiswa Asing Universitas Sumatera Utara yang mayoritas berasal dari negara tetangga Malaysia dan terdiri atas etnis Melayu, India dan Tionghoa”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara “ Sejauhmanakah pengaruh komunikasi antarbudaya dalam menciptakan pola interaksi antar etnis dikalangan mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal–hal yang diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a Objek penelitiannya dibatasi pada mahasiswa asing universitas sumatera utara yang berasal dari ras Melayu, India, dan Tionghoa b Dibatasi pada bentuk pola interaksinya. c Penelitian ini dibatasi pada stambuk 2006-2008

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian harus bersifat spesifik, terbatas dan dapat diukur, dan terutama sekali dapat diperiksa dengan melihat hasil penelitian. Tujuan Penelitian : a. Untuk mengetahui pola interaksi antar etnis dalam komunikasi antarbudaya mahasiswa mahasiswa asing USU. Universitas Sumatera Utara b. Untuk mengetahui keadaan komunikasi antarbudaya mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi internasional di USU. c. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antarbudaya dalam menciptakan interaksi antar etnis dikalangan mahasiswa internasional USU.

1.4.1 Manfaat Penelitian :

a. Secara akademis, penelitian ini disumbangkan kepada USU, khususnya Dapertemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian tentang komunikasi antarbudaya mahasiswa kelas internasional. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada pihak–pihak yang membutuhkan pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian ini.

1.5. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu uraian yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi 2001:40. Dengan adanya kerangka teoritis tersebut maka penulis akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan Teori Komunikasi dan komunikasi antarbudaya, teori etnosentris, teori pertukaran, teori persepsi dan teori Interaksi. Universitas Sumatera Utara

1.5.1. Teori Komunikasi dan komunikasi Antarbudaya

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk merubah sikap, pendapat ataupun tingkah laku orang tersebut baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Komunikasi dapat juga diartikan sebagai proses pertukaran informasi oleh seseorang melalui proses adaptasi dari dan kedalam sebuah sistem kehidupan manusia dan lingkungannya yang dilakukan melalui simbol-simbol verbal maupun non verbal yang dipahami bersama Liliweri. 2001:5. Inti dari sebuah proses komunikasi adalah adanya kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan tersebut antara komunikator dan komunikan. Budaya dan komunikasi memiliki kaitan yang sangat erat. Hal ini disebabkan karena perkembangan komunikasi tidak terlepas dari perkembangan kebudayaan, apakah itu dari segi bahasa, artefak, sistem komunikasi ataupun penggunaan lambang-lambang. Komunikasi antarbudaya memiliki derajat perbedaan pengalaman diantara komunikator yang berbeda latar belakang budaya. Sebagai asumsi dasarnya adalah diantara individu-individu yang sama umumnya memiliki kesamaan homogenitas dalam hal latar belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kebudayaan yang berbeda. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Fokus perhatian komunikasi antarbudaya ini adalah meliputi bagaimana menjajaki makna, pola Universitas Sumatera Utara tindakan, juga tentang bagaimana makna dan pola-pola itu diartikulasikan ke dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia Liliweri, 2004:9-10. Jadi komunikasi antarbudaya lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antarpribadi diantara komunikator dan komunikan yang berbeda latar belakang budaya. Porter dan Samovar mengebutkan delapan aspek dalam komunikasi antarbudaya yaitu : 1. Sikap 2. Organisasi sosial, 3. Pola atau cara berfikir, 4. Peran, 5. Bahasa, 6. Konsep tentang ruangjarak penggunaannya, 7. Konsep tentang waktu, 8. Ekspresi non verbal kinesik dan paralinguistik. Jika aspek ini dijajarkan dalam suatu skala seperti dibawah ini: Minimum 1 2 3 4 5 6 7 8 Maksimum Liliweri, 2001: 14-15. Jika perbedaan antar unsur kebudayaan 1 sampai 8 itu sampai pada tingkat maksimum, atau semakin besar jumlah perbedaan antar partisipan, maka semakin besar pula perbedaan kebudayaan antara komunikan. Dan sebaliknya, jika perbedaan antara unsur kebudayaan 1 samapai 8 sampai pada tingkat minimum, maka semakin kecil pula perbedaan kebudayaan antara komunikator dan komunikan . Universitas Sumatera Utara

1.5.2. Teori Etnosentrisme

Dikemukakan oleh William Graham Sumer. Menurut Summer dalam Liliweri 2001:168 manusia pada dasarnya seorang yang individualistis yang cenderung mengikuti naluri biologis yang mementingkan diri sendiri sehingga menghasilkan hubungan diantara manusia yang bersifat antagonistik pertentangan yang menceraiberaikan. Agar pertentangan itu dapat dicegah, maka perlu ada folkways yang bersumber pada pola-pola tertentu. Pola-pola itu merupakan kebiasaan habits, lama-kelamaan, menjadi adat istiadat customs, kemudian menjadi norma-norma susila mores, akhirnya menjadi hukum laws. Kerjasama antar individu dalam masyarakat pada umumnya bersifat antagonictic cooperation kerjasama antarpihak yang berprinsip pertentangan. Akibatnya, manusia mementingkan kelompok dan dirinya atau orang lain. Lahirlah rasa ingroups atau we groups yang berlawanan dengan rasa outgroups atau their groups Etnosentris merupakan suatu kecendrungan untuk memandang norma- norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang yang bermuara pada sikap etnosentris. Dengan sikap etnosentris, setiap kelompok merasa folkways-nya lebih unggul dari folkways out group yang diremehkan, kebudayaan sendiri dipermutlakkan. Summer juga mengatakan bahwa terdapat korelasi antara etnosentris dengan solidaritas kelompok. Semakin besar etnosentrisme suatu kelompok, maka semakin besar solidaritas kelompok itu. Universitas Sumatera Utara lain. Etnosentris membimbing para anggotanya kelompok etnik untuk memandang kebudayaan mereka sebagai yang terbaik, terunggul daripada kebudayaan yang dihadapinya. Etnosentris juga menyebabkan prasangka dalam setiap kelompok etnik yang dapat memandang orang dari kelompok etnik lain sebagai orang barbar, kafir, dan tidak mempunyai peradaban. Liliweri, 2001:168.

1.5.3. Teori Pertukaran

Saat orang berinteraksi, mereka melakukan sejumlah pertukaran dan terus melakukannya sampai biaya dari hubungan itu sendiri lebih besar dari manfaat yang didapat. Seperti contoh dalam hal berpacaran, pada setiap date, perbincangan, atau pertukaran lainnya setiap orang terus melakukan kalkulasi apakah dia akan mendapat manfaat dari hubungan tersebut dengan biaya resiko serendah mungkin. Teori pertukaran exchange theory mengatakan bahwa semua hubungan manusia digerakkan oleh sejumlah analisis subjektif tentang biaya dan manfaat serta perbandingan terhadap alternatif yang ada. Teori pertukaran exchange theory dikembangkan oleh Jhon Thibaut dan Harlod Kelley Liliweri.2001:54. Teori ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Teori ini mengatakan bahwa kita masuk kedalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena darinya kita memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan kita dengan orang lain akan menghasilkan imbalan bagi kita. Teori pertukaran melihat bahwa antara Universitas Sumatera Utara lingkungan dan perilaku terdapat hubungan yang saling mempengaruhi reciprocal. Karena umumnya lingkungan kita terdiri dari orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi, dimana dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan reward, pengorbanan cost, dan keuntungan profit. Imbalan merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung rugi. Misalnya pola-pola perilaku ditempat kerja, percintaan, perkawinan dan persahabatan, hanya akan langgeng manakala semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Teori ini juga mengatakan bahwa orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang dikeluarkannya. Inti dari teori ini mengatakan bahwa hubungan antarpribadi bisa diteruskan dan dihentikan. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangan hubungan antarpribadi, setiap orang mempunyai pengalaman tertentu sehingga dia dapat membandingkan faktor-faktor motivasi dan sasaran hubungan antarpribadi yang dilakukan di antara beberapa orang. Makin besar keuntungan yang diperoleh dari hubungan antarpribadi, makin besar peluang hubungan tersebut diteruskan. Sebaliknya, makin kecil keuntungan yang diperoleh, maka makin kecil peluang hubungan tersebut diteruskan Liliweri.2001:54-55. Universitas Sumatera Utara

1.5.4. Teori Persepsi

Persepsi adalah proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Persepsi merupakan aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan ransangan-ransangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, kemampuan persepsi itulah yang memungkinkan individu mengenali lingkungan pergaulannya. Persepsi juga bisa diartikan sebagai proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan ransangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain, persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Komunikasi antar budaya akan lebih dapat dipahami sebagai perbedaan budaya dalam mempersepsikan objek-objek sosial dan kejadian-kejadiannya. Suatu prinsip dalam pendapat ini adalah bahwa masalah-masalah kecil dalam komunikasi sering diperumit oleh perbedaan-perbedaan persepsi ini,. untuk memahami dunia dan tindakan-tindakan orang lain, kita harus memahami kerangka persepsinya. Kita harus belajar memahami bagaimana mempersepsi dunia. Dalam komunikasi antarbudaya yang ideal kita akan mengharapkan banyak persamaan dalam pengalaman dan persepsi. Tapi karakter budaya cendrung memperkenalkan kita kepada pengalaman-pengalaman yang tidak sama, dan oleh Universitas Sumatera Utara karenanya membawa kita kepada persesi yang berbeda-beda. Persepsi itu terikat oleh budaya. cultured-bound. Bagaimana kita memaknai suatu pesan, objek atau lingkungan bergantung pada sistem nilai yang kita anut. Persepsi setiap kelompok-kelompok budaya berbeda-beda. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya bersifat subjektif , oleh karena itu tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, dan tidak ada pula dua orang yang mempunyai persepsi yang persis sama pula. Ada beberapa unsur sosio-budaya yang mempunyai pengaruh besar dan langsung atas makna-makna yang kita bangun dalam persepsi kita. Unsur tersebut adalah sistem-sistem kepercayaan belief, nilai value, sikap attitude, pandangan dunia world view, dan organisasi sosial social organization. Kseluruhan unsur tersebut mempengaruhi persepsi kita dan makna yang kita bangun dalam persepsi baik yang bersifat pribadi maupun yang bersifat subjektif.

1.5.5. Interaksi

Hubungan antar manusia menentukan struktur dari masyarakatnya, dimana hubungan antar manusia itu didasarkan kepada proses komunikasi. Hubungan antar manusia sebelumnya mempunyai bentuk yang konkret, yang sesuai degan nilai-nilai sosial dalam suatu masyarakat. Ia mengalami suatu proses terlebih dahulu, proses inilah yang dimaksud dengan proses sosial. proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia saling bertemu da menentukan sistem serta bentuk- bentuk hubungan tersebut. dalam komunikasi, manusia saling pengaruh Universitas Sumatera Utara mempengaruhi satu sama lain sehingga terbentuklah pengalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang sama, oleh karenanya komunikasi menjadi dasar bagi kehidupan sosial ataupun proses sosial, dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi. Dalam suatu interaksi sosial, para individu dituntut untuk melakukan komunikasi dan kontak sosial, tidak perlu apakah hal ini merupakan suatu bentuk kerjasama ataupun pertikaian, yang jelas harus ada komunikasi atau kontak sosial yang terjadi antara individu satu dengan individu lainnya, baru peristiwa itu dapat dikatakan sebagai interaksi sosial Lubis, 1999:18. Interaksi sosial adalah merupakan kontak-kontak sosial dan komunikasi yang dinamis antar orang perseorang, perseorang dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tertentu berdasarkan kerjasama Pratikto,1989:45. Menurut Soekamto berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor antara lain,faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri maupun bersama Lubis, 1999:20. Pelly 198:9 mengemukakan untuk terwujudnya integrasi sosial, diperlukan wadah yang mampu mempertemukan anggota-anggota dari berbagai suku bangsa kelompok etnik di dalamnya. Melalui interaksi sosial yang terjadi dalam wadah pertemuan itulah diharapkan berbagai streotip etnik yang ada itu akan berangsur-angsur berubah. Universitas Sumatera Utara

1.6. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep adalah generasi dari sekelompok fenomena yang sama. Sebagai hal yang umum. Konsep dibangun dari teori–teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel–variabel yang akan diteliti Bungin, 2005:57 Berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini. selanjutnya disusun kerangka konsep yang didalamnya terdapat variabel–variabel dan indikator yang tujuannya menjelaskan masalah penelitian Nawawi, 1995:43 Agar konsep–konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas X Variabel bebas Independent variabel adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain Nawawi, 2001 : 56. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “ Peranan komunikasi antarbudaya “ 2. Variabel Terikat Y Variabel terikat Dependent variabel adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat 2004:12. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Interaksi Antar Etnis”. Universitas Sumatera Utara

1.7. Model Teoritis