Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi

lebih maju jika dibandingkan dengan industri kecil informal dan tradisional. Disamping itu juga dari segi permodalan juga sudah lebih besar dan manejemen juga lebih maju. Upaya pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan, yaitu denga menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga sektor industri terutama sektor industri UKM dapat terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan majunya industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan industri berdasarkan tujuan perekonomian serta kebijaksanaan ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian pendapatan secara merata, perkembangan industri regional, serta pengurangan jumlah pengangguran.

2.3. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi

Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja. Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah. Universitas Sumatera Utara Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin leading sector. Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaranperiklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat daya beli. Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan daya beli tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat. UNIDO United Nations for Industrial Development Organization mengelompokkan negara-negara sebagai berikut Muhammad, 1992 : 1. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen. 2. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen. 3. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen. 4. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen. Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut Universitas Sumatera Utara pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux dalam Muhammad, 1992 adalah sebagai berikut : 1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut. 2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya. 3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif. 2.4. Konseptual Daya Saing Daya saing suatu komoditas dapat diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David Ricardo untuk menjelaskan efisiensi alokasi sumberdaya di suatu negara dalam sistem ekonomi yang terbuka Lembaga Penelitian IPB dalam Saptana et.al, 2006. Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingkan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan Universitas Sumatera Utara masih bisa berlangsung, selama rasio harga antar Negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan Lindert dan Kindleberger, 1993 dalam Saptana et.al, 2006. Ricardo menganggap keabsahan teori nilai berdasar tenaga kerja labor theory of value yang menyatakan hanya satu faktor produksi yang penting menentukan nilai suatu komoditas, yaitu faktor tenaga kerja. Nilai suatu komoditas adalah proporsional secara langsung dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkannya. Teori keunggulan komparatif Ricardo disempurnakan oleh teori biaya imbangan theory opportunity cost. Argumentasi dasarnya adalah bahwa harga relatif dari komoditas yang berbeda ditentukan oleh perbedaan biaya. Biaya di sini menunjukkan produksi komoditas alternatif yang harus dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan. Selanjutnya teori Heckscer Ohlin tentang pola perdagangan menyatakan bahwa Komoditi-komoditi yang dalam produksinya memerlukan faktor produksi yang melimpah dan faktor produksi yang langka diekspor untuk ditukar dengan barang-barang yang membutuhkan faktor produksi dalam produksi yang sebaliknya. Jadi secara tidak langsung faktor produksi yang melimpah diekspor dan faktor produksi yang langka diimpor Lindert dan Kindleberger, 1993 dalam Saptana et.al, 2006. Keunggulan komparatif suatu produk sering dianalisis dengan Domestic Resource Cost DRC atau Biaya Sumberdaya Domestik BSD. Biaya Sumberdaya Domestik adalah ukuran biaya imbangan sosial dari penerimaan satu unit marginal bersih devisa, diukur dalam bentuk faktor-faktor produksi domestik yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas ekonomi. Pendekatan ini sangat umum digunakan pada komoditas pertanian Universitas Sumatera Utara seperti yang dilakukan oleh Kasryno 1990; Saptana et.al 2001; Rachman et.al 2004; Rusastra et.al 2004; Saliem et.al 2003 dan Saptana et.al 2004. Guna memperoleh indikator pengukur daya saing yang lebih lengkap digunakan Policy Analysis Matrix yang dikembangkan oleh Monke dan Pearson 1995. Menurut Simatupang 1991 dan Sudaryanto dan Simatupang 1993, konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing keunggulan potensial dalam arti daya saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Aspek yang terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah kelayakan ekonomi, dan yang terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Sudaryanto dan Simatupang 1993 mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan finansial adalah keunggulan kompetitif atau revealed competitive advantage RCA yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Penggunaan metode DRC untuk mengetahui keunggulan komparatif pertama kali oleh Bruno dalam Saptana et.al 2006 yang diterapkan pada studi kasus di Israel. Bruno mengusulkan bahwa negara tersebut dapat mampunyai keunggulan komparatif pada suatu aktivitas ekonomi apabila biaya sumberdaya domestik per unit devisa yang diperoleh lebih kecil dibanding shadow price of foreign exchange SER atau DRC SER. Secara mendasar dikatakan bahwa DRC adalah ukuran total biaya oportunitas riil dalam menghasilkan tambahan bersih devisa untuk komoditi ekspor atau suatu ukuran penggunaan sumberdaya domestik dalam menghemat tambahan bersih devisa dalam substitusi impor. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, konsep ini sangat berhubungan erat dengan teori keunggulan komparatif dalam teori perdagangan internasional. 2.5. Pengembangan Wilayah Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis Sirojuzilam dan Mahalli, 2010. Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan satuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia Mulyanto, 2008. Di dalam sebuah wilayah terdapat berbagai unsur pembangunan yang dapat digerakkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Unsur dimaksud seperti sumber daya alam natural resources, sumber daya manusia human resources, infrastruktur infrastructure, teknologi technology dan budaya culture Miraza, 2005. Universitas Sumatera Utara Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah yang bersangkutan Susantono, 2009. Menurut Sirojuzilam 2005 pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rata-rata banyak saranaprasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya. Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri 2004 menyimpulkan tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu : 1. Keunggulan komparatif imperfect mobility of factor. Pilar ini berhubungan dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor primer lainnya. Universitas Sumatera Utara 2. Aglomerasi imperfect divisibility. Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk. 3. Biaya transpor imperfect mobility of good and service. Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontinu hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu wilayah. Dalam pengembangan wilayah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor ekonomi akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor –sektor ekonomi yang memiliki potensi berkembangnya cukup besar. Karena sektor yang memiliki potensi berkembang cukup besar diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor – sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor potensial tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan Universitas Sumatera Utara mendorong polarisasi dari unit –unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor ekonomi lainnya akan mengalami perkembangan. Jadi pengembangan suatu sektor potensial dapat menciptakan peluang bagi berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini yang memungkinkan pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah sekitarnya. Peranan industri dalam pertumbuhan wilayah secara jelas dikemukakan oleh Yeates dan Gardner Arifin, 1997, bahwa kegiatan industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Hal ini disebabkan adanya efek multiplier dan inovasi yang ditiimbulkan oleh kegiatan industri yang berinteraksi dengan potensi dan kendala yang dimiliki wilayah. Seorang pakar ekonomi Rusia Rostow, juga mengatakan bahwa tahap tinggal landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh pertumbuhan yang pesat pada satu atau beberapa sektor industri Rostow dalam Jhingan, 1990. Hubungan antara industri dan wilayah adalah bervariasi antar berbagai wilayah. Pertama yaitu adanya keterkaitan dengan lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja, kebutuhan akan bahan baku, sumberdaya alam dan manusia, serta perbandingan keuntungan nasional dan internasional dalam penggunaannya pda berbagai industri. Kedua, dalam kaitannya dengan industri sendiri yang meliputi :

1. Kepentingan industri dan fungsi yang berkaitan dengan berbagai elemen

ekonomi wilayah, sepert jenis pekerjaan, kesempatan kerja, pendapatan rumah Universitas Sumatera Utara tangga, penggandaan antar sektor, pendapatan sektor ekspor dan penggunaan lahan dari berbagai kegiatan ekonomi. 2. Organisasi sistem dalam arti kepemilikan, pengendalian, skala ekonomi, teknologi, kapitalisasi dan keterkaitan antara organisasi. 3. Dinamika sistem , terlihat dari adanya pertumbuhan, perkembangan, stagnasi, kemunduran dan stagnasi, kemunduran dan restrukturisasi yang dihasilkan dari kombinasi kelahiran, migrasi masuk, migrasi keluar atau perubahan laian terhadap kondisi perusahaan yang ada. 4. Tipe industri seperti terlihat pada sektor ekonomi fungsi industri dalam mata ranatai produksi, serta tempatnya dalam, divisi tenaga kerja baik secara nasional maupun internasional Ketiga, adanya dampak dari sistem industri dan dinamikanya terhadap kulitas ekonomi, sosial, fisik dan komponen terbangun dari lingkungan masyarakat, khususnya kondisi pasar tenaga kerja, pendapatan riil, kesejahteraan, dan sejenisnya. Untuk dapat mengatasi persoalan yang akan ditimbulkan oleh pembangunan industri, pemerintah daerah perlu mengetahui gambaran menyeluruh mengenai industri itu sendiri seta dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Pengembangan produk unggulan industri kecil di Kota Tebing Tinggi memerlukan upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing. Guna melihat apakah sistem industri roti kacang sudah efisien dan mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi pemerintah, diperlukan analisis potensi roti kacang dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan rasio biaya sumberdaya domestik DRC usaha roti kacang di Kota Tebing Tinggi Industri roti kacang perlu ditingkatkan usahanya agar dapat dapat berkembang secara maksimal dan mampu bersaing dengan industri sejenis lainnya. Komponen-komponen kunci pengembangan perlu diidentifikasi untuk dapat mengetahui komponen atau bagian yang harus di kembangkan untuk memberdayakan industri kecil tersebut. Dengan potensi yang dimiliki serta bantuan pengembangan yang tepat dan berkesinambungan, maka diharapkan industri roti kacang dapat menjadi produk unggulan lokal di Kota Tebing Tinggi. Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi Industri Roti Kacang Pengembangan Wilayah Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi Rasio Sumberdaya domestik Strategi Pengembangan Industri Roti Kacang Analisis DRC Analisis SWOT Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup analisis potensi roti kacang dalam pengembangan wilayah Kota Tebing Tinggi, yang meliputi : analisis potensi industri roti kacang dan merumuskan strategi pengembangan industri roti kacang sebagai produk unggulan lokal di Kota Tebing Tinggi.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari rmasyarakat yang dijadikan sampel responden dengan menyebarkan kuisioner pertanyaan mengenai potensi industri roti kacang . meliputi biaya, penerimaan, keuntungan, dan permasalahan dalam usaha industri roti kacang yang ditekuni pelaku industri roti kacang. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dalam penelitian ini, seperti Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industri roti kacang yang berdomisili di Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 15 unit industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tebing Tinggi, 2012. Untuk memudahkan penelitian perlu ditetapkan sampel. Dalam penelitian ini dikarenakan populasinya 15 unit industri roti kacang yang berarti kurang dari 100 orang, maka diambil 34 Universitas Sumatera Utara sampel penelitian seluruhnya sehingga dinamakan penelitian populasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto 2006 yang menyatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar atau lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10-15 atau 20-25 atau lebih.

3.4. Analisis Data

Untuk menganalisis perumusan masalah pertama potensi industri roti kacang menggunakan analisis rasio biaya sumberdaya domestik atau DRC Domestik Resource Cost Ratio. Rasio biaya sumberdaya domestik adalah rasio biaya domestik terhadap nilai tambah dalam harga sosial. Nilai DRC merupakan indikator kemampuan sistem komoditi membiayai biaya faktor domestik pada harga sosial. Faktor Domestik Pada Harga Sosial DRC = --------------------------------------------------- Penerimaan Pada Harga Sosial – Input Tradable Pada Harga Sosial Dimana : a. Faktor domestik pada harga sosial adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha industri roti kacang pada faktor domestik dengan menggunakan pendekatan sosial price dengan satuan Rupiah. b. Sosial price adalah harga pada kondisi pasar persaingan sempurna atau harga yang terjadi bila tidak ada kebijakan pemerintah. Pada kondisi tradable harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar internasional. Universitas Sumatera Utara c. Penerimaan pada harga sosial adalah penerimanaan yang diperoleh dari usaha industri roti kacang dengan menggunakan pendekatan sosial price dengan satuan Rupiah. d. Input tradable pada pada harga sosial adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha industri roti kacang pada faktor tradable dengan menggunakan pendekatan sosial price dengan satuan Rupiah. Apabila DRC 1 berarti sistem komoditi tidak mampu hidup tanpa bantuan atau intervensi pemerintah. Kegiatan ini akan memboroskan sumberdaya domestik yang langka karena memproduksi komoditi dengan biaya sosial yang lebih besar daripada biaya impornya. Jika tidak ada pertimbangan lain, maka melakukan impor akan lebih efisien dibandingkan dengan memproduksi sendiri. Sebaliknya apabila nilai DRC 1 dan nilainya makin kecil berarti system komoditi makin efisien, mempunyai daya saing yang makin tinggi dan mampu hidup tanpa bantuan dan intervensi pemerintah serta mempunyai peluang ekspor yang makin besar. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, komoditi dengan nilai DRC lebih kecil akan memperoleh prioritas lebih tinggi dalam pengembangannya Untuk menganalisis perumusan masalah kedua strategi pengembangan industri roti kacang sebagai produk unggulan lokal di Kota Tebing Tinggi menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT menganalisis strategi pengembangan industri roti kacang dalam pengembangan wilayah Kota Tebing Tinggi yang mengidentifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Universitas Sumatera Utara strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan tantangan threats. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses. Selanjutnya untuk mengetahui hasil analisis berada di posisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut ini Rangkuti, 2000. 3. Mendukung stratrgi turn around 1. Mendukung strategi agresif 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi Gambar 3.1. Analisis SWOT Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan yang agresif. Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus digunakan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. BERBAGAI PELUANG KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL BERBAGAI ANCAMAN Universitas Sumatera Utara Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak harus menghadapi beberapa kendalakelemahan interal. Fokus strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah internal organisasi. Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan.

3.4. Definisi Operasional

1. Industri roti kacang adalah kegiatan masyarakat menghasikan produksi roti kacang dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijualditukar atau secara ekonomi menunjang kebutuhan ekonomi di Kota Tebing Tinggi. 2. Biaya sumberdaya domestik adalah faktor domestik pada harga sosial dibagi penerimaan pada harga sosial dikurangi input tradable pada harga sosial Rupiah 3. Faktor domestik pada harga sosial adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha industri roti kacang pada faktor domestik dengan menggunakan pendekatan sosial price Rupiah. 4. Sosial price adalah harga pada kondisi pasar persaingan sempurna atau harga yang terjadi bila tidak ada kebijakan pemerintah. Pada kondisi tradable harga bayangan adalah harga yang terjadi di pasar internasional Rupiah 5. Penerimaan pada harga sosial adalah penerimaan yang diperoleh dari usaha industri roti kacang dengan menggunakan pendekatan sosial price Rupiah. Universitas Sumatera Utara 6. Input tradable pada pada harga sosial adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha industri roti kacang pada faktor tradable dengan menggunakan pendekatan sosial price Rupiah. 7. Strategis pengembangan industri roti kacang dalam pengembangan wilayah Kota Tebing Tinggi adalah alternatif usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengembangkan industri roti kacang SWOT. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak pada 30 19’00” - 30 21’00” Lintang Utara dan 98 11’ - 98 21’ Bujur Timur. Kota Tebing Tinggi berada dibagian tengah Kecamatan Tebing Tinggi Kota Serdang Bedagai yang berbasatan : Sebelah Utara dengan : PTPN III Rambutan Sebelah Selatan dengan : PTPN III Kebun Pabatu Sebelah Timur dengan : PT. Socfindo Kebun Tanah Besih Sebelah Barat dengan : PTPN III Kebun Gunung Pamela Bandar Bejambu Hingga Desember 2011, Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan dan 35 kelurahan dengan luas wilayah 38,438 km2. Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan yang terluas dengan luas 11,441 km2 atau 29,76 persen dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar 50,86 persen lahan di Kota Tebing Tinggi digunakan sebagai lahan pertanian. 40 Universitas Sumatera Utara