Jenis Garam Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Tinjauan geografis dan administratif

4.1.3. Jenis Garam

1. Garam komsumsi Garam Konsumsi yaitu garam dengan kadar Natrium Chlorida minimum 94,7 atas dasar berat kering -adbk-dry basis, dengan kandungan impuritis Sulfat, Magnesium dan Kalsium maksimum 2 dan sisanya adalah kotoran lumpur, pasir. Kadar air maksimal 7 . Garam konsumsi ini masih dibagi menjadi 3 jenis : food grade, medium grade dan low grade  Food atau high grade yaitu garam konsumsi mutu tinggi dengan kandungan NaCI 97 , kadar air dibawah 0,05 , warna putih bersih, butiran umumnya berupa kristal yang sudah dihaluskan. Garam jenis ini digunakan untuk garam meja, industri penyedap makanan bumbu masak, masako dl, industri makanan mutu tinggi makanan camilan : Chiki, Taro, supermi dan sebagainya, industri sosis dan keju, serta industri minyak goreng.  Medium grade yaitu garam konsumsi kelas menengah dengan,kadar NaCI 94,7 -97 dan kadar air 3 -7 untuk garam dapur, dan industri makanan menengah seperti kecap, tahu, pakan ternak.Low grade, yaitu garam konsumsi mutu rendah dengan kadar NaCI 90 - 94.7 , kadar air 5 -10 , warna putih kusam, digunakan untuk pengasinan ikan dan pertanian. 2 Garam Industri Perminyakan Garam Industri Perminyakan yaitu yang mempunyai kadar NaCI antara 95 sampai 97 dry basis, impurities Sulfat maksimum 0.5 , impuritis Calcium maksimum 0.2 dan impuritis Magnesium maksimum 0,3 dengan kadar air 3-5. Garam industri jenis ini disebut garam Industri Perrninyakan karena umumnya dipakai di Industri perminyakan. Didalam industri perminyakan garam mempunyai 2 kegunaan : •Untuk penguat struktur sumur pengeboranagar sumur pengeboran tidak longsor. •Untuk bahan pembantu membuat uap yang digunakan dalam pengeboran minyak secondary atau tertiary drilling method 3 Garam Industri Lainya. Garam Industri Lainnya yaitu garam yang digunakan didalam industri kulit, industri tekstil, pabrik es dan lain sebagainya. Garam ini mempunyai kadar NaCI 95 dry basis, impurities Sulfat Lampiran Peraturan Menteri P~rindust7r.~fl Nomor: 134M-INDpEBlO maksimum 0.5, impuritis Calcium maksimum 0.2 dan impuritis Magnesium maksimum 0,3 dengan kadar air 1 -5. 4 Garam Industri Chlor Alkali Plant CAP dan Industri Farmasi, Yaitu garam dengan kadar Natrium Chlorida diatas 98,5 dengan impuritis Sulfat, Magnesium, Kalium dan kotoran insoluble matter yang sangat kecil.CAP Chlor Alkali Plant Industrial Salt atau garam Industri untuk industri Soda-Klor, yaitu garam yang mempunyai kadar NaCI diatas 98,5 dry basis, impurities Sulfat maksimum 0.2 , impuritis Calcium maksimum 0.1 dan impuritis Magnesium maksium 0,06 . Garam ini digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan soda dan klor.Pharmaceutical Salt yaitu garam industri yang mempunyai kadar NaCI diatas 99,5 dengan kadar impuritis mendekati O. Garam ini digunakan dalam industri pharmasi antara lain untuk pembuatan cairan infus serta cairan untuk mesin cuci ginjal dan dijadikan garam murni untuk analisa kimia pure analysis-p.a. untuk keperluan analisa di laboratori Garam juga mudah untuk diperdagangkan oleh setiap pedagang atau pengecer dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat luas, baik oleh pedagang besar seperti supermarket atau pedagang kecil seperti warung. Sebagai tindak lanjut Keputusan Presiden RI No. 69 Tahun 1994 tanggal 13 Oktober 1994 tentang Pengadaan garam beryodium, maka telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 77MSK51995 tanggal 4 Mei 1995 tentang Persyaratan teknis pengolahan, pengawasan dan pelabelan garam beryodium, maka perlu dilakukan penjabaran lebih lanjut mencakup prinsip dasar proses produksi dan pengendalian mutu pengolahan garam serta tata cara perizinan. Sehingga dipandang perlu adanya petunjuk teknis sebagai pedoman dalam rangka pengadaan garam beryodium yang memenuhi syarat, yaitu antara lain : 1. Proses Produksi untuk memberikan gambaran tentang pembuatan garam beryodium dengan menitikberatkan pada pencucian, pengeringan penirisan, yodisasi dan pengemasan. 2. Sistem Pengendalian Mutu untuk memproduksi garam beryodium sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI No. 01-3556-1994. 3. Perizinan untuk menginformasikan kepada perusahaan garam beryodium maupun calon investor tentang cara memperoleh perizinan usaha industri. Sortasi Bahan Baku Adalah proses pemilihan bahan baku garam rakyat yang kondisinya tidak seragam, tergantung dari teknik pembuatannya. Dari lamanya proses penguapankristalisasi digolongkan menjadi garam muda dan garam tua. Garam muda adalah proses penguapan air laut pada meja-meja kristalisasi yang dilakukan secara total hampir tidak ada sirkulasi air dengan waktu yang relatif pendek, sehingga hanya diperoleh garam dengan kadar NaCl yang rendah dan mengandung kadar Ca dan Mg yang relatif tinggi serta cenderung kotor impuritas tinggi. Sedangkan garam tua adalah garam yang diperoleh dengan proses pengkristalan yang memadai pada kondisi kepekatan antara 24-25 Be Be adalah derajat kepekatan suatu larutan yang dapat diukur dengan alat Hidrometer atau Baumeter. Secara bertahap sesuai dengan tingkat kepekatan larutan dan proses kristalisasi akan diperoleh: ” Garam Kualitas I, merupakan hasil proses kristalisasi pada larutan 24- 29,5 Be dengan kadar NaCl minimal 97,1 . ” Garam Kualitas II, merupakan sisa kristalisasi di atas pada kondisi kelarutan 29,5-35 Be dengan kadar NaCl minimal 94,7. ” Garam Kualitas III, merupakan sisa larutan kepekatan di atas pada kondisi 35 Be dengan kadar NaCl 94,7. Pada kondisi ini akan diperoleh garam dengan kadar impuritas yang cukup tinggi sehingga garam menjadi kotor karena unsur-unsur ikutan seperti bromida, magnesium, kalium dan sulfat, pada larutan semakin sulit terpisahkan dari senyawa NaCl. Dari sisi kinerja-nya ada berbagai tingkatan warna garam mulai dari warna putih transparan, putih dop dan putih kecoklatan yang dipengaruhi oleh kadar kotoran dan kadar impuritas. Kotoran pada garam menyebabkan menurunnya mutu garam yaitu rendahnya kadar NaCl, sehingga pada garam yang kotor perlu dilakukan pencucian untuk mendapatkan garam sesuai dengan persyaratan yang ditentukan sebagai bahan baku pembuatan garam konsumsi beryodium. A. Perluasan Industri Industri yang melakukan perluasan melebihi 30 dari kapasitas produksi yang diizinkan sesuai Izin Usaha Industri yang dimiliki, diwajibkan memperoleh Izin Perluasan. Untuk perusahaan Penanaman Modal Asing, Izin Usaha Industri dan Izin Perluasan masa berlakunya diberikan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967, juga No. 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing serta peraturan pelaksanaannya, setelah mendapatkan rekomendasi persetujuan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Izin Usaha Industri dan Perluasan bagi industri pengolahan garam beryodium diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah Perindutrian dan Perdagangan setelah memiliki sertifikat SNI dan Surat Penunjukan dari Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan IKAHH. Indonesia telah memiliki 11 wilayah sentra produksi garam, yaitu Pati, Rembang, Demak Jateng, Indramayu dan Cirebon Jabar, Sampang, Pamekasan, Pasuruan Jatim, Jeneponto Sulsel, Bima NTB, dan Kupang NTT. Total Produksi garam nasional tahun 2010 mencapai 1.265.600 ton. Tahun 2012 produksi naik menjadi 1,6juta ton. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 60 persen merupakan garam kelas dua dan tiga, sedang sisanya merupakan garam industri 4.2.Deskripsi Kondisi Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dari total 300 orang petambak garam yang menerima bantuan ini, untuk mendapatkan dana bantuan ini dibentuklah 24 kelompok dari 300 orang tersebut dan didampingi oleh tim pendamping yang telah ditunjuk kepala Desa. Dari 30 responden tersebut sudah representatif untuk mewakili para petambak garam, karena semua petambak garam mempunyai kendala yang sama dalam proses produksi garam yaitu ketersediaan air.

4.2.1. Pengalaman responden menjadi Petambak Garam

Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

0 50 136

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

“Keterlibatan Yayasan Dayah Bustanul Ulum Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa Alue Pineung di Langsa Timur.

0 47 97

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara

1 39 106

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

DAMPAK KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PNPM PUGAR) TERHADAP PETANI GARAM DESA KEDUNGMUTIH KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK.

2 4 265