Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

(1)

PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN BIDANG AGRIBISNIS

TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SIPOGU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial

Oleh:

BENNI SUSANTO KEMBARA NIM : 060902057

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Benni Susanto Kembara, 060902057, Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 112 halaman, 1Gambar, 37 Tabel, 22 Kepustakaan dan

sumber lain serta Lampiran)

ABSTRAK

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan Judul “Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara program Puap dengan tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu, dengan menggunakan tabel interpretasi Koefisien Korelasi

Product Moment dan rt tabel, 2) untuk melihat besar sumbangan keberpengaruhan dari

program Puap terhadap tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu berbentuk satuan persen dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekspla natif. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani Puap di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah yang 39 orang. Instrumen analisis data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh program Puap yang cukup kuat terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat didesa Sipogu. Hal ini dapat dilihat dengan interpretasi tabel koefisien korelasi Product Moment terhadap hasil perhitungan koefisien korelasi observasi sebesar rxy = 0,61 yang terletak antara 0,60 -

0,799 yang diartikan korelasinya positif signifikan kuat atau tinggi. Sehingga hipotesis nihil Ho ditolak, dan Ha diterima dengan sumbangan keberpengaruhan

sebesar 37,21%.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

POLITICAL SCIENCE FACULTY OF SOCIAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Benni Susanto Kembara, 060902057, Influence of the National Program for Community Empowerment Self Against Agribusiness Sector Rural Socio-Economic Rural Community District Sipogu Arse South Tapanuli.

(This paper contains 6 chapters, 112 pages, 1Picture, 37 Tables, 22 Bibliography and other sources as well as the Annex)

ABSTRACT

In general, the problem of poverty is closely linked to agricultural problems in Indonesia. The most basic problem for most farmers Indonesia is the problem of limited capital owned by the farmers. In order to overcome these problems, a program launched by Rural Agribusiness Development (PUAP). The program aims to help reduce poverty and create jobs in rural areas and assist the strengthening of capital in business activities in the field of agriculture so as to improve the welfare of farmers. Attendance PUAP program is expected to address the problem of capital difficulties faced by farmers. This thesis is submitted in order to qualify earned a Bachelor of Social Affairs, with the title "The Influence of National Program for Community Empowerment Rural Areas Self Against Agribusiness Sector Socio-Economic Level of the Village Community District Sipogu South Tapanuli Arse". This study aims: 1) to determine whether there is a significant relationship between program PUAP with socioeconomic level respondents Sipogu village, using the interpretation chart Product Moment Correlation Coefficient and rt tables, 2) to see the large donation from the program influence PUAP of socioeconomic levels village respondents Sipogu shaped units percent by using the formula coefficient of determination (KD).

This research uses research methods explanative. The sample in this study were members of farmer groups in the village PUAP Sipogu Tapanuli Arse Southern District amounted to 39 people. Instrument of data analysis used were questionnaires, interviews,and tabulation of data containedin a single data table.

The results showed the influence PUAP program that is strong enough to socioeconomic conditions Sipogu village. It can be seen with the interpretation of the Product Moment correlation coefficient table of the calculated correlation coefficient observed for rxy = 0.61 which lies between 0.60 to 0.799 which means a significant positive correlation is strong or high. So that the nil hypothesis Ho is rejected and Ha accepted the donation of 37.21%.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah: “PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN BIDANG AGRIBISNIS TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA SIPOGU”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M. Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.Sp selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu setia dan sabar menemani peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepada Bapak dan Mamak (Drs. B.Dongoran/F.Tampubolon) terimakasih atas kesempatan yang kelian berikan kepada saya selama ini untuk mengeyam dunia pendidikan mulai dari kecil sampai pada saat peneliti akan menyelesaikan tugas akhir pendidikan sebagai Mahasiswa Fakultas Ilmu


(5)

Sosial Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara. Tidak ada yang bisa saya berikan, semoga Tuhan memberkati.

5. Saudaraku bang Saor Roy (Kaong), Laeku Tampubolon’s Jaya brothers Johannes, Albert, Josua Fiko, Jakob, Kevin terimakasih atas dukungannya selama ini, Semoga Kita Sukses Selalu.

6. Bapak Saut P. Batubara selaku Kepala Desa Sipogu, Abang Rudi Hasibuan selaku ketua Gapoktan Padang Panjang dan Bapak Asnan Ritonga selaku anggota kelompok tani Puap desa Sipogu, terimakasih atas kerja samanya selama ini yang telah banyak membantu peneliti.

7. Teman dan sahabat peneliti Win Hally Murdani, Halim Sulubere, Fery Hutasoit, Erwin Pratama PK, Fahrur Ozy Mali, Pandu Gendut Putra, Imanuel, Ari Juniko, Ahmmad, Bobi, Anwar, Dicky dan semua stambuk 06 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis menyelesaikan penelitian. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas kebaikan dan kemurahan hati Bapak / Ibu, Saudara / i, sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermamfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Juni 2010

Penulis

Benni Susanto Kembara


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumasan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian dan Mamfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2. Mamfaat Penelitian ... 11

1.4. Sistematika Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pengertian Program... 13

2.2. Pengertian Pemberdayan Masyarakat Dan Pembangunan Sosial ... 14

2.2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 14

2.2.2. Pembangunan Sosial (Social Development) ... 16

2.3. Pembangunan Desa ... 17

2.3.1. Pengertian Desa ... 17

2.3.2. Pengertian Konsep Usahatani ... 19

2.3.3. Kebijakan Pembangunan Desa ... 21

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan ... 23

2.4.1. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.4.2. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan ... 25

2.4.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 26

2.4.4. Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial ... 26

2.4.5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga Dan Pemerintah Lokal . 27 2.4.6. Desa Berpartisipasi ... 28

2.5. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ... 29

2.5.1. Pengertian Agribisnis ... 29

2.5.2. Pengertian Kelompok Sosial ... 30

2.5.3. Pengertian Organsasi Petani dan Kelembagaan ... 31

2.5.4. Pengertian Kelompok Tani dan Gapoktan ... 32

2.5.5. Pelaksanan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) ... 33

2.5.6. Indikator keberhasilan PUAP ... 40

2.6. Kemiskinan ... 41

2.7. Kesejahteraan Sosial ... 43

2.7.1. Pembangunan Kesejahteraan Sosial. ... 44

2.8. Sosial Ekonomi ... 46

2.9. Pengertian dan Definisi ... 47

2.10. Kerangka Pemikiran... 49

2.11. Hipotesis ... 51

2.12. Defenisi Konsep... 52


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56

3.1. Tipe Penelitian ... 56

3.2. Lokasi Penelitian ... 56

3.3. Populasi dan Sampel ... 56

3.3.1. Populasi ... 56

3.3.2. Sampel ... 57

3.4. Teknik Pengumpulan data ... 57

3.5. Teknik Penulisan Skor ... 57

3.6. Teknik Analisa Data ... 59

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 4.1. Desa Sipogu ... 61

4.2. Kependudukan ... 61

4.3. Struktur Organisasi Desa... 65

4.4. Profil Gapoktan Padang Panjang ... 66

BAB V ANALISA DATA ... 67

5.1. Karakteristik Responden ... 69

5.2. Analisis Kegiatan Program PUAP (Variabel X) ... 75

5.3. Analisis Sosial Ekonomi Keluarga Responden ( Variabel Y) ... 91

5.4. Uji Hipotesis ... 101

BAB VI PENUTUP... 108

6.1. Kesimpulan ... 108

6.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN ...


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Sipogu ... 62

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Sipogu ... 62

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku Di Desa Sipogu ... 63

4. Sarana di desa Sipogu ... 64

5. Distribusi Responden berdasarkan Umur ... 69

6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 70

7. Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Anak ... 71

8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 72

9. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

10. Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 74

11. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Keanggotaan ... 75

12. Distribusi Responden Berdasarkan Keaktifan Sebagai Anggota Kegiatan ... 78

13. Distribusi Responden Berdasarkan Keaktifan Mengikuti Penyuluhan ... 77

14. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 78

15. Distribusi Responden Berdasarkan Implementasi Program PUAP Dalam Kegiatan Pertanian ... 79

16. Distribusi Responden Berdasarkan Pemamfaatan Jasa Kios Agribisnis ... 80

17. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Lembaga Keuangan Agribisnis ... 81

18. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Transportasi Agribisnis ... 82

19. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat teknologi Pertanian Agribisnis ... 83

20. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan teknik/cara pengolahan Agribisnis dalam Pertanian ... 84

21. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Mesin Pengolah Hasil Mentah Menjadi Produk Jadi ... 85

22. Distribusi Responden Berdasarkan Pemamfaatan Jasa Penjualan Agribisnis ... 86


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Benni Susanto Kembara, 060902057, Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

(Skripsi ini berisi 6 bab, 112 halaman, 1Gambar, 37 Tabel, 22 Kepustakaan dan

sumber lain serta Lampiran)

ABSTRAK

Pada umumnya masalah kemiskinan berhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Dalam rangka menanggulangi permasalahan tersebut, dicanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani. Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan Judul “Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan”. Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara program Puap dengan tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu, dengan menggunakan tabel interpretasi Koefisien Korelasi

Product Moment dan rt tabel, 2) untuk melihat besar sumbangan keberpengaruhan dari

program Puap terhadap tingkat sosial ekonomi responden didesa Sipogu berbentuk satuan persen dengan menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekspla natif. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani Puap di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah yang 39 orang. Instrumen analisis data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel data tunggal.

Hasil penelitian menunjukan adanya pengaruh program Puap yang cukup kuat terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat didesa Sipogu. Hal ini dapat dilihat dengan interpretasi tabel koefisien korelasi Product Moment terhadap hasil perhitungan koefisien korelasi observasi sebesar rxy = 0,61 yang terletak antara 0,60 -

0,799 yang diartikan korelasinya positif signifikan kuat atau tinggi. Sehingga hipotesis nihil Ho ditolak, dan Ha diterima dengan sumbangan keberpengaruhan

sebesar 37,21%.


(10)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

POLITICAL SCIENCE FACULTY OF SOCIAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Benni Susanto Kembara, 060902057, Influence of the National Program for Community Empowerment Self Against Agribusiness Sector Rural Socio-Economic Rural Community District Sipogu Arse South Tapanuli.

(This paper contains 6 chapters, 112 pages, 1Picture, 37 Tables, 22 Bibliography and other sources as well as the Annex)

ABSTRACT

In general, the problem of poverty is closely linked to agricultural problems in Indonesia. The most basic problem for most farmers Indonesia is the problem of limited capital owned by the farmers. In order to overcome these problems, a program launched by Rural Agribusiness Development (PUAP). The program aims to help reduce poverty and create jobs in rural areas and assist the strengthening of capital in business activities in the field of agriculture so as to improve the welfare of farmers. Attendance PUAP program is expected to address the problem of capital difficulties faced by farmers. This thesis is submitted in order to qualify earned a Bachelor of Social Affairs, with the title "The Influence of National Program for Community Empowerment Rural Areas Self Against Agribusiness Sector Socio-Economic Level of the Village Community District Sipogu South Tapanuli Arse". This study aims: 1) to determine whether there is a significant relationship between program PUAP with socioeconomic level respondents Sipogu village, using the interpretation chart Product Moment Correlation Coefficient and rt tables, 2) to see the large donation from the program influence PUAP of socioeconomic levels village respondents Sipogu shaped units percent by using the formula coefficient of determination (KD).

This research uses research methods explanative. The sample in this study were members of farmer groups in the village PUAP Sipogu Tapanuli Arse Southern District amounted to 39 people. Instrument of data analysis used were questionnaires, interviews,and tabulation of data containedin a single data table.

The results showed the influence PUAP program that is strong enough to socioeconomic conditions Sipogu village. It can be seen with the interpretation of the Product Moment correlation coefficient table of the calculated correlation coefficient observed for rxy = 0.61 which lies between 0.60 to 0.799 which means a significant positive correlation is strong or high. So that the nil hypothesis Ho is rejected and Ha accepted the donation of 37.21%.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah pokok dalam pembangunan disetiap negara. Persoalan kemiskinan sering ditemukan di negara-negara berkembang seperti yang banyak tejadi di belahan dunia Asia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Asia yang masih menghadapi polemik baik di bidang ekonomi, sosial, hukum, politik maupun dibidang-bidang lainnya. Beberapa masalah yang belum dapat diselesaikan pemerintah seperti masalah kemiskinan dan pengangguran yang salah satunya diakibatkan bergesernya kebijakan pembangunan dari sektor pertanian ke sektor industri (Komite, 2010:4).

Sebagaiman telah ditargetkan Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II dimana pada tahun 2014 mendatang, penurunan angka kemiskinan harus tinggal 8,1% dari total penduduk Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dengan ketetapan indikator kemiskinan berdasarkan pengeluaran perkapita setiap penduduk dengan total pengeluaran Rp 211.726 perbulan atau sekitar Rp7000 per hari, didapatkan ± 37,2 juta jiwa penduduk miskin berada di Indonesia. Sekitar 63,4% dari jumlah penduduk miskin itu berada didaerah pedesaan, dengan mata pencaharian utama disektor pertanian, dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Hal ini membuktikan, lumbung kemiskinan terbesar di Indonesia masih terletak di sektor perdesaan yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (www.bps.go.id).

Untuk lebih memahami defenisi dari pada kemiskinan itu sendiri, kemiskinan dapat dibagi atas tiga kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi


(12)

masyarakat karena kebijakan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang (Sudantoko, 2009:43-49).

Problema pengangguran, kemiskinan dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung sebenarnya sudah banyak bermunculan sejak pemerintahan Orde Baru, terutama didaerah pedesaan seperti di Jawa, Kalimantan. Sumatera dan beberapa daerah lainya. Penanggulangan kemiskinan melalui Inpers Desa Tertinggal (IDT), Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), dan Kredit Keluarga Sejahtera gencar digulirkan pemerintah Orde Baru untuk mengentaskan masalah kemiskinan yang terjadi di pedesaan (Sumodiningrat, 2009:3).

Bila ditelusuri lebih jauh, konsep program yang dibangun pada Era Orde Baru ternyata hanya menempatkan partisipasi rakyat terbatas sebagai pelaksana program pembangunan. Akibatnya penanggulangan kemiskinan melalui Inpers Desa Tertinggal (IDT), Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), dan Kredit Keluarga Sejahtera tidaklah sepenuhnya menuai keberhasilan. Program yang ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan ternyata hanya meninggalkan problema baru yakni sikap ketergantungan masyarakat yang bertumpuh terhadap tunjangan modal yang diberikan, sehingga kesejahteraan masyarakat yang ingin dimunculkan tidak mencapai tingkat kualitas kemandirian (Anto, 2003:105).

Sebagaimana penjelasan pada awal paragraf sebelumnya kemiskinan di Indonesia erat hubunganya dengan permasalahan pertanian di pedesaan. Meskipun


(13)

Indonesia diketahui memiliki sumberdaya alam pertanian yang luas dan lahan-lahan produksi yang subur, tetapi masalah kemiskinan didaerah pertanian begitu sangat sulit untuk terselesaikan. Faktor internal seperti aktivitas petani yang cenderung masih menggunakan model pertanian konvensional, yang bertumpuh pada kegiatan pertanian primer/on farm yakni pengolahan bibit tanaman sebagai kegiatan pertanian tungal. Disamping itu faktor pengetahuan dan daya kreativitas petani yang cenderung terbatas, sehingga menutup ruang gerak petani dalam mengembangkan sumber daya yang ada.

Kendala mendasar bagi sebagian besar petani di Indonesia masih selalu terbentur dengan keterbatasan modal usaha. Sebagaimana faktor modal ataupun biaya korban produksi selalu mempunyai peran dalam pencapaian tingkat produktif hasil pertanian. Permasalahan dalam permodalan sering dikaitkan dengan kelembagaan yang ada di pedesaan, yaitu lemahnya organisasi tani yang dibentuk masyarakat dan lembaga pemerintah ataupun non-pemerintah dalam membangun sistem prosedur penyaluran kredit yang acap kali tidak sesuai dengan sasaran. Birokrasi pemerintah yang rumit dan kurang memperhatikan kondisi alam lingkungan dan sosial budaya dalam melakukan berbagai intervensi perbaikan, pada akhirnya akan sulit menyentuh kepentingan petani itu sendiri (www.pustaka-deptan.go.id).

Sulit berkembangnya suatu organisasi tani didesa banyak berhubungan dengan faktor kualitas sumberdaya manusia yang cenderung tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan persaingan. Terbatasnya informasi pendidikan dan minimnya keahlian mengembangkan sektor pertanian masih menjadi ciri khas kehidupan petani di Indonesia. Dengan kondisi seperti itu, hal mengenai nilai kerugian akan selalu ditemukan terhadap nilai pendapatan pencarian petani dipedesaan. Sebagaimana pemerintah selaku fasilitator penanggulangan masalah-masalah kemiskinan, sudah


(14)

saatnya mulai membenahi setiap rangkaian program kebijakan pada sektor-sektor non-formal seperti pemberian pendidikan/sekolah lapangan dan beberapa keterampilan pertanian (Johara, 2006:5-7).

Dengan demikian, peran pertanian sebagai basis pembangunan ekonomi nasional dengan pola pertanian berbasis agribisnis lebih berpeluang menghasilkan pertanian yang lebih produktif, dengan pendekatan sumberdaya yang lebih efektif dan efisien dan dilakukan secara kolektif, mengandalkan kemandirian setiap sektor sumber daya yang ada dan menjadikan pertanian berkarakter bisnis seperti a) kegiatan subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) kegiatan subsistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan subsistem hulu; (c) kegiatan subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) Kegiatan subsistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain pemasaran, penyedian teknologi dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan pertanian primer/on farm yang berorientasi pada satu kegiatan pertanian seperti aktivitas cocok tanam, berkebun, atau berladang, pertanian agribisnis lebih membawah kemudahan dalam persaingan industri, dikarenakan kegiatan pertanian dalam lingkup agribisnis lebih memadukan pendekatan kegiatan pertanian dengan prinsip ekonomi dengan menekan faktor produksi seminimal mungkin untuk mencapai keuntungan sebesar mungkin.

Oleh karena itu dalam mewujudkan pertanian berbasis agribisnis di lingkup pedesaan peran kerja sama masyarakat tani dan pemerintah dalam membentuk suatu lembaga ataupun kelompok tani sebagai wadah kerja sama antara pemerintah dan masyarakat pedesaan dalam kegiatan pertanian mutlak diperlukan. Selain sebagai langkah awal intervensi pemberdayaan pemerintah dengan upaya pendekatan melalui


(15)

kelompok dan evaluasi kerja kegiatan pertanian yang akan dilakukan di desa (Achmad, 2006:48).

Untuk itu pembentukan lembaga sosial tani didesa seperti kelompok tani menjadi sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan, diikuti dengan kebijakan pemerintah yang akan digulirkan. Melalui pendekatan sumber daya manusia (SDM) dan karakteristik desa diharapkan menjadikan masyarakat tidak lagi sebagai objek melainkan sebagai subjek yang berpartisipasi dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam bentuk kelompok tani. Melalui pembangunan kesadaran kritis serta mental kemandirian sebagai motivasi pribadi setiap petani berpartisipasi mewujudkan keswadayaan pangan yang lebih mandiri (Purnomo, 2004:65).

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dipedesaan, pada 30 April 2007 yang lalu di Palu, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) khusus dibagian perdesaan. Dimulai tahun 2008 program pemberdayaan dengan model Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) telah dilaksanakan disekitar 10.542 desa/Gapoktan di seluruh Indonesia, meskipun target yang sebenarnya harus mencapai 11.000 desa/Gapoktan. Puap merupakan program terobosan Departemen Pertanian dalam mempercepat pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Program Puap disusun sebagai suatu alternatif kebijakan dari pemerintah pusat dalam menanggulangi masalah kemiskinan, dengan membentuk Gapoktan (Gabungan kelompok tani) sebagai unit usaha dalam mengelolah dan melayani pembiayaan dan kebutuhan kelompok tani (PNPM, 2009:1).

Pendekatan pertanian agribisnis diharapkan dapat menghidupkan segala potensi pertanian, dengan pengelolahan secara subsektoral bersama kelompok tani dengan memamfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan, serta mengandalkan


(16)

pelayanan jasa usaha pertanian (input, output dan modal). Kegiatan agribisnis dapat diartikan sebagai aktivitas seluruh kegiatan pertanian, termasuk produksi, penyiangan, distribusi, prosesing, suplai input, penyedian pelayanan, penyuluhan, penelitian/ pengkajian dan kebijakan lain yang dilakukan bersama-sama oleh anggota kelompok tani bersama pemerintah. Dengan demikian pengembangan agribisnis dapat disimpulkan terdiri dari beberapa subsistem kegiatan yaitu: 1) Agribisnis industri hulu, 2) Usaha pertanian primer, on-farm agribisnis/ sistem budidaya, 3) Agribisnis hilir, 4) Kemitraan/usaha penunjang (Deptan, 2009:3).

Bila dilihat tanggung jawab pemerintah daerah Sumatera Utara dalam meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 yang lalu Pemerintah Provinsi Sumut (Pemprovsu) telah melancarkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri sebagai alternatif dari kebijakan nasional menanggulangi problema kemiskinan dan pengangguran. Untuk wilayah perkotaan,

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) memasok bantuan berupa modal usaha kepada beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dianggap layak untuk menerimanya, selain itu pembangunan beberapa infrastruktur seperti sarana pendidikan, kesehatan, perbaikan jalan, dan pengadaan air bersih juga sudah dilaksanakan. Sedangkan untuk wilayah pedesaan pada tahun 2008 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) sudah mulai bergerak meluncurkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di 19 kabupaten yang terbagi ke 475 desa guna menekan angka kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret tahun 2010 terdapat ± 1.490.900 orang yang berada dibawah garis kemskinan di daerah Sumatera Utara. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang lalu sebanyak 1.499.700 orang, atau menurun sekitar 8.800 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa


(17)

program pengentasan kemiskinan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) cukup berperan dalam menurunkan jumlah penduduk miskin di daerah Sumatera Utara

Implementasi program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Sumatera Utara sendiri, lebih lanjutnya dapat kita lihat dengan contoh khusus di Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan. Tercatat didaerah ini terdapat sekitar 31 desa penerima BLM-PUAP, dari ke 31 desa penerima bantuan BLM PUAP, secara khusus peneliti tertarik menilti program PUAP ini di desa Sipogu, dikarenakan lokasi penelitian dekat dengan kampung halaman peneliti dan dipengaruhi dengan kedekatan kultur diantara peneliti dan penduduk setempat. Maksud dan tujuan peneliti tujukan untuk melihat pengaruh dari pada program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat di desa Sipogu, yang nantinya hasil penelitian ini peneliti gunakan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi peneliti.

Melihat kembali kebelakang kehidupan masyarakat miskin desa Sipogu sebenarnya tidak terlepas dari perhatian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) dalam menangani masalah kemiskinan. Pada pertengahan tahun 2005 Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui Departemen Pertanian sudah bergerak turun menyalurkan bantuan khusus berupa bahan-bahan bibit pertanian seperti bibit kacang kedelai, bibit jagung, bibit padi, pupuk, alsintan atau alat mesin bajak dan pemberian pendidikan Sekolah Lapangan (SL), dengan tujuan membantu usaha pertanian petani miskin didesa Sipogu. Singkat cerita, hasil panen yang diperoleh petani dengan memamfaatkan bantuan bibit dari Departemen Pertanian tidak begiru menghasilkan pendapatan yang cukup besar untuk mengimbangi kebutuhan rumahtangga petani. Alasan kebanyakan petani mengatakan


(18)

bahan-bahan pertanian seperti bibit yang diberikan kurang sesuai dengan pasaran pertanian yang dinginkan petani, disamping dengan biaya kebutuhan perawatan yang sama sekali tidak disubsidi oleh pemerintah.

Berlanjut dipertengahan ditahun 2006 melalui Departemen Pertanian dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sumut sebesar Rp 40.000.000,00 Pemprov Sumut mengalokasikan dana tersebut untuk kebutuhan usaha pengembangan petani miskin didesa Sipogu. Bantuan pemerintah diberikan hanya bersifat sementara, keberlanjutan pemberian modal dan pembinaan tidak berlaku untuk bulan ataupun tahun-tahun selanjutnya. Mekanisme kerja program sudah dirangkai oleh pihak penyelenggara bantuan, dimana petani penerima bantuan diharuskan bekerja secara bersama dilahan 1 hektar yang telah disediakan dengan dua (2) jenis tanaman produki yaitu cabe dan tomat.

Pada musim panen, perolehan hasil pendapatan mencapai total Rp 150.000.000,00. Hasil panen pada masa itu begitu memuaskan akan kebutuhan para petani pengikut program, ungkap bang Aswin salah satu narasumber yang peneliti wawancarai.

Selain bercocok tanam cabe dan tomat kegiatan pertanian dan kegiatan ekonomi sampingan menjadi proyek tersendiri bagi masyarakat didesa Sipogu, baik itu masyarakat dengan golongan miskin ataupun masyarakat yang ekonomi hidupnya berkecukupan. Tujuanya sama, untuk menambah penghasilan dan mencukupi kehidupan keluarga. Seperti informasi yang peneliti dapatkan dilokasi penelitian, bercocok tanam karet/mangguris, berkebun, beternak, membuat gula merah dan berdagang adalah beberapa rangkaian pekerjaan masyarakat penduduk Sipogu untuk mengisi waktu luang kerja menunggu musim panen dari tanaman yang sedang ditanam.


(19)

Hadirnya program PUAP sejak tahun 2008 diungkapkan Bang Rudi selaku ketua Gapoktan Padang Panjang sangat memberikan mamfaat dalam upaya mengembangkan pertanian petani miskin di desa Sipogu. Sebagaimana program bersifat pemberdayaan jauh sebelumnya Tim koordinasi PUAP sudah melakukan beberapa survei awal dan identifikasi masalah didesa Sipogu. Setelah persyaratan dan masalah disimpulkan, didapatkan sekitar 39 penduduk miskin yang layak untuk mendapatkan bantuan BLM-PUAP. Selanjutnya Tim koordinasi PUAP menyalurkan sejumlah modal bagi petani sebesar Rp100.000.000 juta, dan diberi tanggung jawab kepadah bang Rudi selaku ketua Gapoktan Padang Panjang. Sebelumnya 39 penduduk miskin sudah terbagi menjadi 3 kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Batu Nabontar, Kelompok Tani Dolok Hole dan Kelompok Tani Sejahtera. Setelah terbagi menjadi 3 kelompok tani, setiap anggota mendapatkan biaya modal usaha sebesar Rp 2.000.000,00. Sebelum memulai memamfaatkan modal, Tim koordinasi Puap mengarahkan kelompok tani penerima bantuan BLM-PUAP untuk memamfaatkan dana bantuan tersebut hanya dalam bentuk kegiatan pertanian.

Produksi cabe dan tomat menjadi prioritas utama mayoritas anggota kelompok tani didesa Sipogu, karena tanaman tersebut begitu bersahabat dengan cuaca dan iklim didesa Sipogu yang bersuhu sejuk, selain itu harga jual dipasaran memang cukup baik. Menurut informasi terakhir, pada musim panen tanaman jumlah keuntungan pendapatan yang diperoleh tiap anggota tani relatif berbeda. Beberapa faktor seperti luas kecilnya lahan produksi `dan perbedaan jenis tanaman produksi yang ditanam menjadi penentu besar tidaknya keuntungan yang mereka hasilkan. Menurut informasi peneliti, besar pendapatan dari panen cabe dan tomat mencapai kisaran 5 juta sampai 30 juta-an. Keuntungan hasil panen tersebut diungkapkan bang Asnan Ritonga, begitu memberikan keuntungan terhadap penghasilan petani


(20)

khususnya bagi petani miskin seperti abang. Sebagian keuntungan hasil panen tadi banyak digunakan anggota tani untuk membeli bahan simpanan persediaan bibit dan alat-alat pertanian. Bagi anggota yang pendapatannya jauh lebih besar banyak memanfaatkan hasil pendapatan panen untuk pembelian alat transfortasi seperti kereta, memperbaiki rumah, membeli mesin pertanian, dan sebagainya.

Dengan ketersediaan lahan yang potensial serta sumberdaya manusia yang memadai dan intensitas pertanaman yang masih rendah, penerapan dan penguasaan teknologi yang masih sederhana, dan cara pengoptimalan hasil pertaniaan yang masih tradisional, pengembangan berwawasan agribisnis merupakan salah satu pendekatan strategis untuk mengembangkan pertanian dengan karakter lokal Desa Sipogu. Kehadiran program PUAP disadari petani dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani miskin didesa Sipogu, karena program ini pada dasarnya memberikan bantuan penguatan modal bagi petani. Bantuan modal usaha yang disalurkan melalui Gapoktan diharapkan dapat seterusnya meningkatkan pendapatan usaha yang mendukung pendapatan rumah tangga petani sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka penliti merasa tertarik untuk meneliti seberapa jauh Pengaruh dari pada Program Nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap peningkatan sosial ekonomi masyarakat di desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada


(21)

hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian ( Soehartono, 2008 : 23 ).

Setelah mengetahui dan memahami uraian dari latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahannya untuk dikaji lebih dalam lagi. Perumusan masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu

“Bagaimana Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perdesaan bidang Agribisnis terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.”

1.3. Tujuan dan Mamfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk “ Mengetahui Pengaruh Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Bidang Agribisnis terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sipogu Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.”

1.3.2 Mamfaat Penelitian

Secara teoritis: yaitu melatih diri dan mengembangkan pemahaman kemampuan

berfikir penulis melalui penulisan karya ilmiah.

Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi instansi

atau lembaga pemerintah ataupun swasta dan masyarakat umum lainya sebagai bahan referensi guna merumuskan suatu program pemberdayaan terhadap masyarakat miskin terutamanya masyarakat miskin dipedesaan.

Secara akademis: menjadi bahan bagi pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial

secara nyata dalam bentuk - bentuk pelayanan sosial, baik dalam lembaga-lembaga maupun masyarakat luas.


(22)

1.4. Sistematika Penelitian

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sitematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan urain dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.

“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu

program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.


(24)

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.2. Pengertian Pemberdayan Masyarakat Dan Pembangunan Sosial 2.2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Makna dari Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memamfaatkan sumber daya yang dimiliki dan yang tersedia di lingkungan sekitarnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Paradigma pemberdayaan sosial yang disusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh Pemerintah dan DPR berisikan 3 poin yang diprioritaskan:

1) Batang Tubuh UUD 1945, pasal 33 yaitu “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” dan pasal 34 berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.”

2) Triple Tracks KIB, Pro-employment, pro income dan pro growth dalam bentuk penciptaan lapangan kerja untuk mengurangi penganguran, mengurangi kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.


(25)

3) Strategi Pemberdayaan Sosial adalah pengurangan beban pengeluaran rakyat dan peningkatan pendapatan rakyat yang di wujudkan dari Gerakan KUTABUNG ( Kerja, Untung dan Tabung).

Pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama. Fakta ini sekaligus menjadi pertimbangan utama untuk tidak seharusnya membuat dikotomi diantara penangan permasalahan sosial dan ekonomi. Setiap upaya perbaikan harus dilandasi oleh komitmen individu yang kuat dan mencakup aspek intelektual, spiritual dan emosional. Sasaran yang menjadi fokus penanggulangan kemiskinan melalui strategi pemberdayaan adalah penduduk miskin yang berusia produktif, yaitu berkisar antara 15 tahun hingga 55 tahun. Penduduk miskin pada kisaran usia ini yang sehat jasmani maupun rohani merupakan sumber daya manusia yang mamiliki potensi besaar untuk menjadi pelaku aktif dalam pembangunan.

Beberapa ahli mengemukakan defenisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan:

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

2. Menurut Parson (1994) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap kejadiaan-kejadiaan serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya (Parson dalam Sumodiningrat, 2009)


(26)

3. Menurut Swift dan Levin (1987) Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial ( Swift dan Levin dalam Sumodiningrat, 2009: 7-9).

2.2.2. Pembangunan Sosial (Social Development)

Pembangunan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan pada awal perkembangan seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini terkait dengan pemahaman banyak orang yang menggunakan istilah pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya industrialisasi. Pembangunan sosial menurut Midgley (1995) adalah suatu proses perubahan sosial yang terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan, dimana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Dalam konsep pembangunan sosial tergambar adanya suatu proses yang dinamis. Dinamika dalam perubahan sosial ini menggambarkan adanya interaksi antara pelaku perubahan dan sasaran perubahan serta menggambarkan adanya interaksi internal dalam masyarakat. Proses perubahan yang terdapat dalam pendekatan pembangunan sosial pada dasarnya bersifat progresif. Aspek progresif ini menunjukan bahwa perubahan yang dirancang dalam pendekatan pembangunan sosial ini secara bertahap, tapi terencana dengan pasti akan menunjukan perubahan kearah yang lebih baik.

Proses pembangunan sosial adalah interventionist, maksudnya perbaikan masyarakat hanya dapat terjadi jika pelaku perubahan melakukan berbagai upaya perubahan sosial yang terencana (intervensi sosial) guna meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut. Tujuan pembangunan sosial diusahkan untuk dicapai melalui beberapa strategi. Strategi-stategi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung akan menghubungkan intervensi sosial dengan upaya-upaya pembangunan ekonomi,


(27)

meskipun keduanya didasari oleh keyakinan dan ideologi yang berbeda. Perubahan sosial lebih memusatkan pada populasi sebagai suatu kesatuan yang bersifat inklusif dan universalistik. Pendekatan tersebut tidak hanya memfokuskan pada orang-orang yang membutuhkan (needy individuals). Akan tetapi pendekatan pembangunan sosial akan lebih menekankan pada mereka komunitas yang ditelentarkan oleh pembangunan ekonomi yang terjadi selama ini, seperti kelompok miskin yang ada di perkotaan dan di pedesaan, serta kelompok minoritas. Tujuan dasar dari pada pembangunan sosial tersebut adalah pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat (promotion of social welfare). Dalam kaitanya dengan strategi pembangunan sosial yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakatm Midgley (1995) mengemukakan tiga strategi besar, yaitu:

1. Pembangunan sosial melalui individu (Social Development by Individuals), dimana individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan masyarakat guna memberdayakan masyarakat.

2. Pembangunan sosial melalui Komunitas (Social Development by

Communities), dimana kelompok masyarakat bersama-sama berupaya

mengembangkan komunitas lokalnya.

3. Pembangunan Sosial melalui Pemerintah (Social Development by

Goverments), dimana pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga

didalam organisasi pemerintah (government agencies) ( Midgley dalam Adi, 2008: 54-57).

2.3. Pembangunan Desa 2.3.1. Pengertian Desa

Kata desa berasal dari bahasa sansekerta yakni desi, dusun yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan


(28)

hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993;200) disebutkan bahwa desa adalah (1) sekelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan kampung, dusun; (2) udi atau dus (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota);(3) tempat, tanah, daerah. Innayatullah dalam Siagian (1983) mengemukan bahwa desa merupakan suatu kesatuan hukum, dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi bukan hanya dari satu tempat kediaman masyarakat saja, namun terjadi dari satu induk desa dan beberapa tempat kediaman. Sebagian dari mana hukum yang berpisah yang merupakan kesatuan tempat tinggal sendiri, kesatuan mana pendukuhan, ampean, kampung, cantilan beserta tanah pertanian, tanah perikanan darat, tanah hutan dan tanah belukar.

Roucek dan Warren dalam Purnomo (2004) mendefinisikan desa sebagai bentuk yang diteruskan antara penduduknya dengan lembaga mereka di wilayah setempat dimana mereka tinggal, yaitu di ladang yang berserak dan di kampung yang biasanya menjadi pusat segala aktivitas mereka bersama.

Tipologi desa berkenaan dengan masyarakat dan kebudayaan menurut Koetjaraningrat yakni:

1) Desa terpencil struktur sederhana, penduduk hidup berkebun ubi dan keladi yang dikombinasikan dengan berburu dan meramu dan tidak mendapat pengaruh kebudayaan perunggu, Hindu, Islam;

2) Desa yang memiliki hubungan dengan kota-kota kecil yang dibangun oleh Kolonial Belanda, dengan struktur sosial agak kompleks penduduknya bercocok tanam padi di ladang dan sawah;


(29)

3) Desa yang bertanam padi di sawah, dengan struktur sosial agak kompleks, memiliki hubungan dngan pusat kota bekas penguasa pribumi dan Kolonial Belanda (Roucek dalam Purnomo, 2004:28).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2005 tentang Desa, desa adalah masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( PNPM, 2009:48).

2.3.2. Pengertian Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang dilakukan oleh perorangan ataupun sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973). Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Berdasarkan batasan tersebut dapat diketahui bahwa usahatani terdiri atas manusia petani (bersama keluarganya), tanah (bersama dengan fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan-bangunan, salurang air) dan tanaman maupun hewan ternak (Soeharjo dan Patong dalam Deptan, 2008). Mubyarto (1989) mengemukakan bahwa usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian (Mubyarto dalam Deptan, 2008).

Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya tentulah berbeda-beda. Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani tersebut disebut usahatani pencukup kebutuhan


(30)

keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan, maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (Commercial Farm).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produki dalam usahatani terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain penggunaan input, teknik bercocok tanam dan teknologi. Sedangkan faktor eksternal seperti cuaca, iklim, hama dan penyakit. Lebih jelas lagi Hernanto (1989) menyatakan bahwa dalam usahatani ada empat unsur pokok penting yang mempengaruhi produksi. Faktor-faktor tersebut sering disebut sebagai faktor-faktor produksi antara lain :

1. Tanah

Tanah dalam usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur, polikultur maupun tumpangsari.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam usahatani adalah tenaga kerja manusia. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dimana tenaga keja tersebut dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga kerja ini dapat berasal dari dalam maupun dari luar keluarga. Dalam teknis perhitungan, dapat digunakan ukuran konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku, yakni :


(31)

3. Modal

Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi dan untuk membiayai pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (pinjaman dari lembaga keuangan formal maupun non formal), hadiah, warisan ataupun dapat berupa kontrak sewa.

4. Manajemen

Manajemen dalam usahatani merupakan kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Agar dapat berhasil mengelola suatu usahatani maka perlu memahami prinsip teknik meliputi: (a) perilaku cabang yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) daya dukung faktor cara yang dikuasai. Selain itu, juga perlu memahami prinsip ekonomis antara lain: (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil d) pembiayaan usahatani; (e) pengalokasian modal dan pendapatan serta (f) tolok ukur keberhasilan yang lazim (Hernanto dalam Deptan, 2008 :31-36)

2.3.3. Kebijakan Pembangunan Desa

Berbicara tentang pokok-pokok kebijaksanaan dalam pelaksanaan Pembangunan Desa, maka tidaklah dapat diabaikan pengertian, latar belakang, pendekatan, konsep maupun kenyataan-kenyataan kondisi masyarakat di daerah-daerah yang berbeda, sekaligus dikaitkan pula dengan masalah keterpaduan yang sangat penting artinya bagi pembangunan desa yang harus dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan. Berdasarkan kepada dasar-dasar pikiran tersebut, maka pokok-pokok kebijaksanaan pelaksanaan dalam Pembangunan Desa dirumuskan sebagai berikut:


(32)

1). Prinsip- prinsip Pembangunan Desa, meliputi:

a) Keseimbangan kewajiban yang serasi antara Pemerintah dengan masyarakat. b) Dinamis dan berkelanjutan.

c) Menyeluruh, terpadu dan terkoordinasikan. 2). Pokok-pokok Kebijaksanaan Pembangunan Desa:

a) Pemamfaatan sumber daya manusia dan potensi alam. b) Pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat.

c) Peningkatan prakarsa dan swadaya gotong royong masyarakat. d) Pengembangan Tata Desa yang teratur dan serasi.

e) Peningkatan kehidupan ekonomi yang kooperatif. 3). Sasaran Pembangunan Desa

Menjadikan semua desa diseluruh wilayah Indonesia memiliki tingkat klasifikasi desa swasembada, yaitu desa yang berkembang dimana taraf hidup dan kesejahteraan menunjukan kenyataan yang meningkat.

4). Objek dan Subjek Pembangunan

Objek pembangunan adalah desa secara keseluruhan yang meliputi segala potensi manusia, alam dan teknologinya, serta yang mencakup segala aspek kehidupan dan penghidupan yang ada di desa. Usaha pembangunan desa juga diarahkan untuk menjadikan desa itu bukan saja sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan yang mantap. Keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penangan masalah, pelaksananan upaya mengatasi masalah dan juga proses keikutsertaan dalam proses evaluasi, keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat semaki berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.


(33)

5). Mekanisme Pelaksanaan

Mekanisme pelaksanaan pembangunan desa dilakukan dengan sistem perencanaan dari bawah (bottom up planning) melalui Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa di tingkat desa. (Sajogyo, 1992:123). Secara teoritis, agar suatu desa berkembang dengan baik, maka terdapat tiga unsur yang merupakan suatu kesatuan, yaitu:

1) Desa

2) Masyarakat desa 3) Pemerintah desa.

Masyarakat desa, adalah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat yang tinggal pada unit pemerintah terendah langsung dibawah camat. Pemerintah desa, adalah kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintah yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintah yang terendah langsung dibawah kepala desa. Dalam upaya mengembangkan masyarkat di tingkat lokal, baik organisasi pemerintah maupun nonpemerintah, selain dibantu oleh tenaga pendamping (fieldworker atau fasilitator lapangan) biasanya dibantu oleh tenaga kader (indigenous worker). Kader dapat melakukan kegiatan di bidang pertanian; peternakan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain, setelah memperoleh latihan secukupnya. Tugas seorang kader pada intinya adalah:

1) Sebagai pelopor dalam melaksanakan kegiatan

2) Pelaksana dan pemelihara kegiatan program-program pembangunan desa. 3) Menjaga terjadinya kelangsungan kegiatan.

4) Membantu dan menghubungkan antara warga masyarakat dan lembaga-lembaga yang bekerja dalam pembangunan desa (Sajogyo dalam Adi, 2008:279).


(34)

2.4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanagkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa Keberhasailan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. .

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa. Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu


(35)

tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan ( PPK).

2.4.1. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengolahan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

1) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.

2) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan mendayagunakan sumber daya lokal.

3) Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolahan pembangunan partisipatif

4) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat

5) Melembagakan pengelolahan dana bergulir

6) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa

7) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.4.2. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan

a) Lokasi Sasaran:

Lokasai sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaanya dilakukan secara bertahap dan


(36)

tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam PPK/PNPM Mandiri Perdesaan.

b) Kelompok sasaran:

1. Masyarakat miskin di perdesaan. 2. Kelembagaan masyarakat di perdesaan 3. Kelembagaan pemerintahan lokal.

2.4.3. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah yang berasal dari:

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN) b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) c) Swadaya masyarakat

d) Partisipasi dunia usaha

2.4.4. Klasifikasi Kesejahteraan dan Pemetaan Sosial

Klasifikasi kesejahteraan adalah mengelompokan rumah tangga di desa dalam kategori kaya, menengah dan miskin menurut kriteria dan istilah setempat. Hasil pengelompokan selanjutnya digunakan untuk menggambarkan rumah tangga- rumah tangga yang ada di desa pada sebuah peta. Dalam proses ini, fasilitator harus mendokumentasikan kriteria dan daftar rumah tangga miskin.

Penyusunan peta sosial dilakukan dengan menggambarkan dalam sebuah sketsa peta dusun/desa tentang kondisi geografis, sumber daya alam, fasilitas umum dan potensi desa lainya, termasuk yang diluar batas desa tetapi membawa pengaruh


(37)

besar terhadap sosial ekonomi desa, seperti hutan, tambang, kebun, pabrik, pasar dan alur transportasi strategis (PNPM, 2009: 2-4).

Kegunaan Peta Sosial adalah :

• Menggali gagasan masyarakat dalam menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat memenuhi kebutuhan dan berguna bagi mayoritas rumah tangga miskin.

• Melaksanakan dan memantau tahapan PNPM Mandiri Perdesaan seperti penulisan usulan, verifikasi, musyawarah desa dan musyawarah antar desa.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam penangan masalah sosial. Pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Sebagai sebuah pendekatan pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa peta wilaytah yang sudah diformat sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatab karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar yang ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatanya (Suharto, 2009:81-82).

2.4.5. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Lembaga Dan Pemerintah Lokal

Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat, lembaga dan pemerintah lokal menuju kemandirian, maka:

a) Disetiap desa dipilih, ditetapkan dan dikembangkan: kader pemberdayaan masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD/K) dengan kualifikasi teknik dan pemberdayaan), Tim penulis Usulan (TPU), Tim pengelola kegiatan (TPK), Tim pemantau dan Tim pemelihara.


(38)

b) Di kecamatan dibentuk dan dikembangkan :Badan kerja sama antar desa (BKAD), Tim verifikasi, Unit pengelolahan kegiatan (UPK) , Badan pengawas UPK dan Pendamping lokal.

c) Diadakan pelatihan kepada pemerintahan desa meliputi pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau bentuk kegiatan lain yang dapat menunjang pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Pelatihan yang akan diadakan diantaranya meliputi: penyususnan peraturan desa dan pengawasan terhadap pelaksanaan, pemerintahan dan pembangunan pengolahan penagan masalah dan perencanaan kegiatan pembagunan yang partisifatif.

d) Dilakukan kategorisasi tingkat perkembangan kelembagaan hasil PNPM Mandiri Perdesaan didesa dan kecamatan agar masyarakat dapat mengetahui perkembangan pembentukan, tahapan pengakaran dan tahapan pengembangan.

Organisasi kerja yang dibangun pada awalnya adalah lembaga-lembaga di desa dan antar desa yang dibentuk untuk kebutuhan fungsional program. Dalam PNPM Mandiri perdesaan, organisasi kerja tersebut diharapkan mampu mengelola secara mandiri atas hasil-hasil program, baik yang telah dikerjakan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) maupun yang dikerjakan melalui PNPM mandiri Perdesaan. Untuk mencapai kemampuan ini perlu dilakukan kebijakan penataan kelembagaan. Kebijakan penataan menyesuaikan perkembangan yang terjadi dilapangan dan kebijakan peraturan perundangan yang ada (PNPM, 2009:9).

2.4.6. Desa Berpartisipasi

Seluruh desa di kecamatan penerima PNPM Mandiri perdesaan berhak berpartisipasi dalam seluruh tahapan program. Untuk dapat berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa dalam menyelenggarakan pertemuan - pertemuan musyawarah secara swadaya dan


(39)

menyediakan kader-kader desa yang bertugas secara sukarela serta adanya kesanggupan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PNPM mandiri perdesaan. Untuk mengoptimalkan pengelolahan program, bagi kecamatan yang memiliki jumlah desa lebih dari 20 disarankan untuk menggabungkan desa-desa tersebut menjadi sekurang-kurangnya 10 satuan desa cluster. Penggabungan tersebut didasarkan atas kesepakatan desa-dengan mempertimbangkan kedekatan wilayah.

Kegiatan yang akan dibiayai melalui dana BLM (Bantuan langsung Masyarakat) diutamakan untuk kegiatan yang memenuhi kriteria:

1. Lebih bermamfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin 2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan

3. Dapat dikerjakan oleh masyarakat 4. Didukung oleh sumber daya yang ada

5. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan

Jenis-jenis kegiatan yang dibiayai melalui BLM PNPM Mandiri perdesaan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana sarana dasar yang dapat memberikan mamfaat jangka pendek dan jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan non-formal) c. Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasisi sumber daya lokal. d. Penambahan modal simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) (PNPM, 2009:5).


(40)

2.5. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2.5.1. Pengertian Agribisnis

Agribisnis adalah usaha dalam pertanian yang meliputi keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil sampai pemasaran dan berhubungan erat dengan pertanian dalam arti luas, yang dimaksud dengan adanya hubungan dalam arti luas adalah kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang dilakukan ditunjang oleh kegiatan pertanian itu sendiri ataupun adanya saling keterkaitan diantara kegiatan produksi. Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, ketersediaan bahan baku pertanian secara kontiniu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Dengan kegiatan pertanian yang memamfaatkan semua sektor pertanian kegiataan agribisnis berusaha menjadikan aktivitas produksi lebih efektif dan efisien dan dapat meminimalisir faktor produksi untuk menghasilkan bahan produksi yang bernilai jual/harga dipasaran. Sektor pertanian dimaksud adalah semua kegiatan pertanian mulai dari kegiatan penyediaan bahan baku penyediaan bibit/bahan dasar, proses penanaman, perawatan, pemanenan sampai pemasaran. Sedangkan Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Diberbagai literature, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input production factor dan korbanan produksi (Arsyad dalam Soekartawi, 2003:2-5).

2.5.2. Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam suatu kegiatan bersama. Menurut batasan ini kelompok sosial merupakan salah satu bentuk sistem sosial. Oleh karena itu untuk mengerti dan memahami kelompok dapat dianalisa dengan menggunakan konsep fungsi dan intregasi. Tujuan dan sikap bersama merupakan dasar berkumpulnya anggota-anggota sistem sosial. Agar terjadi pergaulan yang lancar


(41)

dibentuklah norma-norma yang harus ditaati oleh anggota-anggota kelompok sosial. Norma-norma kelompok mengatur perilaku sesuai dengan status dan perannya masing-masing. Komponen kelompok yang tidak dapat menjalankan peranan sesuai dengan statusnya akan memperlemah integrasi kelompok itu sendiri (Ibrahim, 2003:45).

2.5.3. Pengertian Organsasi Petani dan Kelembagaan

Menurut Norman Uphoff, istilah kelembagaan dan organsasi sering membingungkan dan bersifar interchangeably. Secara keilmuan social institution dan

social organization berada dalam satu tingkatan yang sama, untuk menyebut apa yang

kita kenal dengan kelompok sosial, group, sosial form dan lain-lain. Mempelajari kelembagaan atau organisasi merupakan suatu yang esensial, karena masyarakat modern beroperasi dalam organisasi-organisasi. Tiap perilaku individu selalu dapat dimaknai sebagai representatif kelompoknya. Seluruh hidup kita dilaksanakan dalam organisasi, mulai dari lahir, bekerja sampai meninggal. Ada lima hal mencirikan istilah kelembagaan yaitu:

1. Berkenaan dengan sesuatu yang permanen dan menjadi permanent karena dipandang rasional dan disadari kebutuhannya dalam kehidupan.

2. Berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku yang terdiri dari nilai, norma, hukum, peraturan-peraturan, pengetahuan, ide-ide dan moral. 3. Berkaitan dengan perilaku atau seperangkat tata kelakuan atau cara bertindak

yang mantap yang berjalan di masyarakat.

4. Menekankan kepada pola prilaku yang disetujui dan memiliki sanksi. 5. Merupakan cara-cara standar yang disetuji untuk memecahkan masalah.

Dalam pembangunan pertanian agar berjalan lebih baik dan lancar salah satu syarat yang disampaikan oleh Mosher dalam Deptan (2008) adalah adanya kegiatan


(42)

kerjasama kelompok tani. Oleh karena itu sejak era orde baru sampai saat ini kita mengembangkan dan berusaha mengembangkan kelompok tani. Sebagai hasilnya adalah adanya perbedaan yang nyata antara produktifitas yang dicapai kelompok tani

Menurut keputusan Menteri Pertanian Nomor: 273 /Kpts/OT.160/4/2007, Pengertian tentang kelompok tani dan Gapoktan tertulis adalah:

1. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/perkebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

2.Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

3.Asosiasi adalah kumpulan petani-nelayan yang sudah mengusahakan satu arah kombinasi beberapa komoditas pertanian secara komersial.

2.5.4. Pengertian Kelompok Tani dan Gapoktan A. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kepentingan dan kebersamaan dalam kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) serta kesepakatan dalam meningkatkan usaha pertanian dari para anggotanya. Jumlah anggota terdiri atas 20-25 orang atau disesuaikan dengan kondisi lingkungan masyarakat, dan usaha ini dipimpin oleh seorang ketua. Ketua kelompok tani mempunyai tugas sebagai berikut:

1) Memimpin rapat anggota kelompok dalam penyusunan Rencana Usaha Kelompok (RUK) berdasarkan Rencana Usaha Anggota (RUA).

2) Menyampaikan hasil keputusan Rapat Anggota Gapoktan kepada anggota kelompok tani.


(43)

3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan usaha kelompok sesuai hasil keputusan Rapat Anggota Gapoktan.

4) Menyalurkan dana BLM-PUAP

Penumbuhan/pembentukan kelompok tani dilakukan dalam pertemuan atau dalam musyawarah petani yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pamong desa penyuluh pertanian sebagai mitra kerja petani dan instansi terkait. Selanjutnya kesepakatan membentuk kelompok tani dituangkan dalam tata acara pembentukan kelompok tani. Pemilihan pengurus kelompok dilakukan secara musyawarah dari anggota oleh seluruh anggotanya.

Fungsi kelompok tani:

a) Kelas belajar: Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap.

b) Wahana kerja sama: Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani. Melalui kerjasama diharapkan usaha tanianya akan lebih efisien.

c) Unit Produksi: Usaha tani yang dilakanakan oleh masing-masng anggota kelompok tani, secara keseluruhan dipandang satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi.

B. Gapoktan

Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran irigasi petak pengairan tersier. Menurut Syahyuti (2005) dalam Deptan (2008) Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani


(44)

yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian

Permentan Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) menetapkan bahwa Gapoktan sebagai pelaksanan PUAP merupakan penggabungan dari beberapa kelompok tani dalam satu kawasan desa. Tujuan penggabungan kelompok menjadi Gapoktan agar kelompok tani lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani di sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Kriteria Gapoktan penerima bantuan modal usaha PUAP adalah antara lain:

a) Memiliki Sumber daya manusia yang mampu mengolah usaha agribisnis. b) Mempunyai struktur kepengurusan yang aktif.

c) Dimiliki dan dikelola oleh petani.

Untuk kepentingan keberlanjutan program PUAP, maka Gapoktan berfungsi sebagai executing dalam penyaluran dana BLM PUAP. Gapoktan dilengkapi pengurus yang terdiri dari a) ketua; b) sekertaris c) bendahara, serta seksi unit usaha otonom yang ditetapkan melalui RA yang dimasukkan dalam dokumen AD/ART Gapoktan. Pembentukan Gapoktan dilakukan dalam suatu musyawarah yang dihadiri


(45)

oleh kontaktani/ketua yang akan bergabung. Setelah sebelumnya dimasing-masing kelompok telah disepakati bersama para anggota kelompok untuk bergabung ke dalam Gapoktan. Dalam rapat pembentukan gapoktan disepakati bentuk susunan dan jangka waktu kepengurusanya. Ketua gapoktan dipilih secara musyawarah dan demokratis oleh para anggotanya, dan selanjutnya ketua memilih kepengurusan gapoktan lainya untuk mendapatkan legitimasi kepengurusan (Deptan, 2008:26-28).

2.5.5. Pelaksanan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan salah satu kegiatan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian, bertujuan untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis dengan sasaran mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Pelaksanaan PUAP, dirancang dan dilaksanakan oleh masyarakat secara partisifatif dengan membentuk kelompok tani, terintegrasi dengan kegiatan yang telah ada, ataupun yang dilakukan baik dilingkup Departemen Pertanian maupun Non Departemen Pertanian dan Pemerintah Daerah. Pembinaan kelompok tani pada penerapan sistem agribisnis diarahkan untuk meningkatkan peranan petani dan anggota masyarakat lainya dalam menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak pemangku kepentingan. Dengan pembinaan kelompok tani diharapkan dapat menggali potensi dalam memecahkan masalah usaha pertanian secara efektif dan memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi dan sumberdaya lainya.

Pengembangan usaha agribisnis merupakan pembangunan industri pertanian termasuk pengembangan jasa pendukungnya. Dengan kata lain pengembangan usaha agribisnis adalah rangkaian kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi produk (alat-alat), sampai bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan,


(46)

penyimpanan, serta distribusi komoditi pertanian dan barang-barang yang dihasilkanya. Starategi penerapan usaha agribisnis akan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Agribisnis berbasisi sumber daya sebagai faktor produksi dan berbentuk

ekstensifikasi agribisnis dengan dominasi komoditi produk primer.

2. Agribisnis berbasis investasi, melalui percepatan industri pengolahan dari industri hulu serta peningkatan keterampilan sumberdaya manusia.

3. Agribisnis berbasis inovasi pertanian, dimanan komoditi yang diproduksi adalah hasil dari penerapan IPTEK dan tenaga kerja terdidik, yang memiliki nilai tambah yang besar dan tujuan yang lebih luas.

Pengembangan usaha agribisnis di suatu wilayah/pedesaan diasosiasikan sebagai karakter pembangunan pertanian, karena pertanian berada dalam lingkup suatu wilayah atau pedesaan. Pengembangan usaha agribisnis tersebut akan sampai kepada seluruh masalah yang berada di pedesaan atau wilayah pengembangan, dimana pendekatanya adalah potensi pertanian dan masyarakat yang dikelola secara subsektor yang terintegrasi dan sinergis.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, di setiap lokasi Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang meliputi suatu desa atau wilayah, dengan konsep skala ekonomi akan dirancang suatu pengembangan usaha agribisnis. Oleh karena itu diperlukan suatu penyusunan Rancangan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (RPUAP).

RPUAP tersebut diharapkan disusun bersama antara unit kerja terkait (pemangku kepentingan) seperti masyarakat tani dan pelaku agribisnis, berdasarkan masalah dan potensi yang diidentifikasi sebelumnya melalui kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal), RPUAP tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan pegangan bagi pendamping dan pelaksana PUAP di tingkat lapangan.


(47)

Terutama dalam aspek merumuskan inovasi teknologi dan kelembagaan serta program dalam kegiatan PUAP. Gabungan kelompok tani sebagai fondasi awal yang dibentuk untuk mendukung langkah awal partisipatif pengembangan masyarakat itu sendiri dalam mengambil kesimpulan dan keputusan yang kolektif dan satu tujuan.

Dengan demikian usaha agribisnis pedesaan akan sampai kepada seluruh masalah yang berada di desa, mulai dari kemiskinan, penganguran, pengembangan pertanian sampai sektor non pertanian (sosial, ekonomi dan sumberdaya lahan). Pendekatan pengembangan usaha agribisnis di pedesaan adalah potensi pertanian yang dikelola secara subsektoral dengan memamfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan dan mengandalkan kepada pelayanan jasa usaha pertanian (input, output dan modal). Kelompok tani yang dibentuk sebagai aktor sistem pengolah pertanian berbasis agribisnis berperan secara kolektif dalam pelaksanaan pengembangan usaha pertanian, dikarenakan potensi kelompok tani lebih dominan memberikan kontribusi perubahan dibanding dilakukan secara individual. Karena agribisnis itu sendiri mencakup beberapa aktivitas pertanian, yang memerlukan tenaga kebersamaan untuk melakukannya termasuk pada proses produksi, penyiangan, distribusi, prosesing,

suplai input, penyedian pelayanan penyuluhan, penelitian atau pengkajian dan

kebijakan lain. Dengan demikian, pengembangan usaha agribisnis terdiri dari beberapa subsitem agribisnis :

1) Agribisnis industri hulu:

Agribisnis industri hulu adalah: industri-industri yang menghasilkan sarana produksi bahan baku pertanian termasuk penyediaan inovasi teknologi pertanian. (benih/bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian, dll).

Agribisnis hulu (up-stream agribisnis), mencakup industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian, industri agro otomotif (mekanisasi pertanian),


(48)

industtri pengolahan dan industri perbenihan. Pada prinsipnya, agribisnis hulu secara umum adalah membangun industri jasa dan bersifat pendukung dalam pengembangan subsektor on- farm agribisnis maupun industri hilir (down-stream agribisnis). Mamfaat pengembangan sektor industri hulu, memberikan kemudahan bagi petani dalam mengelola agribisnis komoditi unggulan yang dikembangkanya. Berkembangnya subsektor industri hulu, menyebabkan pengelolahan subsektor

on-farm lebih efisien dan dapat meningkatkan produktivitas/produksi komoditi yang

dikembangkan.

Langkah Operasional

• Identifikasi di wilayah/lokasi PUAP, baik tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten mengenai ketersediaan sarana produksi (input) pertanian yang dibutuhkan oleh petani, termasuk agro-kimia (pupuk/pestisida) dan industri benih serta kebutuhan inovasi teknologinya.

• Menyediakan akses bagi para petani/masyarakat tani untuk mendapatkan jasa pelayanan/pengguna untuk kebutuhan petani dalam pengolahan subsitem on-farm nya, termasuk harga dan sistem tata niaga/distribusinya.

• Identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi petani untuk memperoleh sarana dan prasarana produksi.

Dalam kegiatan pengelolahan on-farm, komoditas pertanian banyak yang tergantung pada musim, sehingga ketepatan waktu sesuai dengan kebutuhan maupun jumlah dan jenisnya sangat penting ditinjau dari aspek jasa pelayanan.

• Unit-unit industri hulu dikelola secara individu, atau secara kelembagan dalam memberikan jasa pelayanan kepada para pengguna.

2) Usaha pertanian primer, on farm agribisnis adalah aktivitas/kegiatan nyata


(1)

b) kurang begitu terpenuhi c) tidak terpenuhi

65) Apakah pada saat ini bapak/ibu sudah bisa membeli alat transportasi(kenderaan): a) sangat bisa

b) kurang begitu bisa c) tidak bisa sama sekali

66) Apakah bapak/ibu saat ini sering memamfaatkan jasa tabungan seperti ( celengan, lembaga keuangan) untuk menyimpan keuntungan dari pertanian:

a) sangat sering

b) kurang begitu sering c) tidak pernah

67) Dalam sehari bapak/ibu makan berapa kali: a) 3 x sehari

b) 2x sehari c) 1 x sehari 3) Pendidikan

68) Berapa jumlah anak bapak/ibu yang masih aktif bersekolah a) lebih dari 3 orang

b) 1-3 orang c) tidak ada

69) Apakah anak bapak/ibu aktif mengikuti les tambahan diluaran: a) sangat aktif

b) Kurang begitu aktif c) tidak ada


(2)

70) Apakah kelengkapan buku-buku pelajaran dari sekolah anak bapak/ibu sudah terpenuhi:

a) sangat terpenuhi

b) Kurang begitu terpenuhi c) tidak terpemuhi

71) Dalam pelunasan buku-buku sekolah anak apakah bapak/ibu mampu untuk membayarnya secara lunas/kontan:

a) sangat mampu

b) kurang begitu mampu c) tidak mampu

72) Apakah bapak/ibu selalu membayar uang sekolah anak/ibu tepat pada waktu pembayaran:

a) sangat tepat waktu

b) kurang begitu tepat waktu c) tidak tepat waktu

4) Kesehatan

73) Kalau bapak dan ibu sakit apakah bapak/ibu sering menggunakan jasa rumah sakit:

a) sangat sering

b) kurang begitu sering c) tidak pernah

74) Biasanya resep ataupun obat-obatan untuk penyakit bapak/ibu diperoleh dari mana saja?


(3)

75) Apakah biaya yang dikenakan untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk menebus obat-obatan sudah mampu terjangkau oleh bapak/ibu:

a) sangat terjangkau

b) kurang begitu terjangkau c) tidak terjangkau


(4)

Lampiran 1 Variabel X

Subje k

Skor Item Nomor Skor

Total 9 10 11 12 18 2

1

29 32 35 38 41 44 46

1. 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 35

2. 3 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 19

3. 3 3 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 31

4. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

5. 3 3 3 1 2 1 3 1 2 2 1 2 3 27

6. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 18

7. 3 3 3 1 2 1 1 1 2 2 1 2 3 25

8. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

9. 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 23

10. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

11. 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18

12. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

13. 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

14 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 18

15. 3 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 18

16. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

17. 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 19

18. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 18

19. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

20. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

21. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 17

22. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

23. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

24. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

25. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

26. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 18

27. 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17

28. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

29. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

30. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

31. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

32. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

33. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

34. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

35. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 17

36. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

37. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16

38. 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16


(5)

Lampiran 2 Variabel y

Subjek Skor Item Nomor Skor

Total 56 58 60 61 63 66 67 68 69 71 73 75

1. 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 32

2. 3 2 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 22

3. 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 31

4. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21

5. 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1 2 30

6. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 3 2 23

7. 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 1 2 27

8. 3 2 2 1 2 1 3 1 1 2 1 2 21

9. 3 3 3 3 2 1 3 2 1 1 1 1 24

10. 3 2 2 1 1 2 3 3 1 2 1 2 23

11. 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 1 2 24

12. 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 23

13. 3 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 2 23

14 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 23

15. 3 2 2 2 2 1 3 3 1 2 2 1 24

16. 3 2 2 3 1 1 3 2 1 1 2 2 23

17. 3 2 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 22

18. 3 1 2 3 2 1 3 2 1 2 1 1 22

19. 3 2 2 2 2 1 3 2 1 2 1 2 23

20. 3 2 2 2 1 1 3 3 1 2 1 1 22

21. 3 1 2 1 1 1 3 2 1 2 2 1 20

22. 3 2 2 3 2 1 3 2 1 2 2 2 25

23. 3 2 2 3 2 1 3 1 1 2 1 1 23

24. 3 2 2 2 1 1 3 3 1 2 1 2 23

25. 3 2 2 2 2 1 3 2 1 2 1 2 23

26. 3 1 2 3 2 1 3 1 1 2 2 2 23

27. 3 2 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 22

28. 3 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 24

29. 3 1 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 20

30. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21

31. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21

32. 3 2 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 22

33. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 22

34. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21

35. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 22

36. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 22

37. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21

38. 3 2 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 21


(6)

Lampiran 3. Analisis Korelasi Product Moment

No X Y X2 Y2 XY

1. 35 32 1225 1024 1120

2. 19 22 361 484 418

3. 31 31 961 961 961

4. 17 21 289 441 357

5. 27 30 729 900 810

6. 18 23 324 529 414

7. 25 27 625 729 675

8. 17 21 289 441 357

9. 23 24 529 576 552

10. 17 23 289 529 391

11. 18 24 324 576 432

12. 17 23 289 529 391

13. 17 23 289 529 391

14. 18 23 324 529 414

15. 18 24 324 576 432

16. 17 23 289 529 391

17. 19 22 361 484 418

18. 18 22 324 484 396

19. 17 23 289 529 391

20. 16 22 256 484 352

21. 17 20 289 400 340

22. 17 25 289 625 425

23. 17 23 289 529 391

24. 17 23 289 529 391

25. 16 23 256 529 368

26. 18 23 324 529 414

27. 17 22 289 484 374

28. 16 24 256 576 384

29. 16 20 256 400 320

30. 16 21 256 441 336

31. 16 21 256 441 336

32. 16 22 256 484 352

33. 17 22 289 484 374

34. 17 21 289 441 357

35. 17 22 289 484 374

36. 16 22 256 484 352

37. 16 21 256 441 336

38. 16 21 256 441 336

39. 16 22 256 484 352

Total N=39


Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu

0 57 124

Penerapan Program Sinergi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas (PROSPEK) Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Kelompok Amanah Kecamatan Medan Amplas

1 38 106

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2 40 130

Analisis Pengaruh Pembiayaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Stabat

3 40 135

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 10

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 2

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 11

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 2 43

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 3