Definisi Kejahatan sosiologi kriminalitas

We have seen that the concept of crime is highly relative in commen parlance. The use of term “crime” in respect of the same behavior differs from moment to momenttime, from group to group place and from context to situation. Relatifnya kejahatan bergantung pada ruang,waktu,dan siapa yang menamakan sesuatu itu kejahatan. “Misdad is benoming”, kata Hoefnagels; yang berarti tingkah laku didefenisikan sebagai jahat oleh manusia-manusia yang tidak mengkualifikasikan diri sebagai penjahat. J.E. Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi,Alumni, Bandung, 1979,hlm.67. Dalam konteks itu dapat dilakukan bahwa kejahatan adalah suatu konsepsi yang bersifat abstrak. Abstrak dalam arti ia tidak dapat diraba dan tidak dapat dilihat,kecuali akibatnya saja. http:pendidikantech.blogspot.com201005pengertian- kriminalitas.html

A. Definisi Kejahatan

Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan immoril, merugikan masyarakat, asocial sifatnya dan melanggar hukum serta undang- undang pidana didalam perumusan pasal-pasal kitab undang- undang hukum pidana KUHP jelas tercantum: kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan- ketentuan KUHP. Ringkasnya, secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Selanjutnya semua tingkah laku yang dilarang oleh undang-undang, harus disingkiri. Barang siapa melanggarnya, dikenai pidana. Maka larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara itu tercantum pada undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah, baik yang dipusat maupun pemerintah daerah. Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan social psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma- norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana. Selanjutnya, penjelmaan atau bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dibagi-bagikan kedalam beberapa kelompok, yaitu: a Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi- operasinya bersama-sama dengan organisasi-orgnisasi legal. b Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan peranrata-perantara “kepercayaan,” pemerasan blackmailing, ancaman untuk mempublisir skandal dan perbuatan manipulative. c Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan, pembegalan, penjambretanpencopetan, perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai, dan lain-lain. Menurut cara kejahatan dilakukan, bisa dikelompokkan dalam: a Menggunkan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun, instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat, dan lain-lain. b Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu dan tipu daya. c Residivis, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang ke luar masuk penjara. Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda bentuk kejahatannya. d Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang. e Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan. f Penjahat dengan dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya berupa “perbuatan kortsluiting,” yang lepas dari pertimbangan akal, dan lolos dari tapisan hati nurani. g Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh, sembrono, dan lain-lain. Sarjana Capelli membagi type penjahat sebagai berikut: 1 Penjahat yang melakukan kejahatan didorong oleh factor psikopatologis, dengan pelaku-pelakunya: a. Orang yang sakit jiwa. b. Berjiwa abnormal, namun tidak sakit jiwa. 2 Penjahat yang melakukan tindak pidana oleh cacat badani- rohani, dan kemunduran jiwa-raganya. a. Orang-orang dengan gangguan jasmani-rohani sejak lahir dan pada usia muda, sehingga sukar dididik, dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap pola hidup masyarakat umum. b. Orang-orang dengan gangguan badani-rohani pada usia lanjut dementia senilitas, cacatinvalid oleh suatu kecelakaan, dan lain- lain. 3 Penjahat karena faktor-faktor social, yaitu: a. Penjahat kebiasaan. b. Penjahat kesempatan oleh kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik. c. Penjahat kebetulan, yang pertama kali melakukan kejahatan kecil secara kebetulan; Kemudian berkembang lebih sering lagi, lalu melakukan kejahatan-kejahatan besar. d. Penjahat-penjahat berkelompok seperti melakukan penebangan kayu dan pencurian kayu di hutan-hutan pencurian massal di pabrik-pabrik pembantaian secara bersama, penggarongan, perampokan dan sebagainya. Seelig membagi type penjahat atas dasar struktur kepribadian pelaku, atau atas dasar konstitusi jiwanipsikis pelakunya, yaitu: 1 Penjahat yang didorong oleh sentiment-sentimen yang sangat kuat dan pikiran yang naïf-primitif. Misalnya membunuh anak dan isteri, karena membayangkan mereka itu akan hidup sengsara di dunia yang kotor ini; sehingga perlulah nyawa mereka itu dihabisi. 2 Penjahat yang melakukan tidak pidana didorong oleh satu ideology dan keyakinan kuat; baik yang fanatic kanan golongan agama, maupun yang fanatic kiri golongan sosialis dan komunis, Misalnya gerakan “jihad,” membunuh pemimpin-pemimpin dan kepala Negara, membantai lawan-lawan politik, menculik dan menteror lingkungan dengan sengaja, dan lain-lain. Menurut obyek hukum yang diserangnya, kejahatan dapat dibagi dalam: 1 Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyeludupn, perdagangan, barang-barang terlarang bahan narkotik, buku-buku dan bacaan pornografis, minuman keras, dan lain-lain, penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli- monopoli tertentu, dan lain-lain. 2 Kejahatan politik dan pertahanan-keamanan, pelanggaran ketertiban umum, penghianatan, dan penjualan rahasia-rahasia Negara pada agen-agen asing, berfungsi sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan Negara dan kekuasaan Negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin- pemimpin Negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-lain. 3 Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan, fitnahan. 4 Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda. Jika yang dipakai sebagai criteria adalah motif atau alasan- alasannya, maka kejahatan bisa berlandaskan pada motif-motif: ekonomis, politis, dan etis atau kesusilaan. Pembagian kejahatan menurut type penjahat, yang dilakukan oleh Cecaro Lombroso, ialah sebagai berikut: 1 Penjahat sejak lahir dengan sifat-sifat heredriter born criminals dengan kelainan-kelainan bentuk jasmani, bagian- bagian badan yang abnormal, stik mata atau roda fisik, anomalycacat dan kekurangan jasmaniah. Misalnya bentuk tengkorak yang luar biasa, dengan keanehan-keanehan susunan otak mirip dengan binatang. 2 Penjahat dengan kelainan jiwa, misalya: gila, setengah gila, idiot, debil, imbesil, dihinggapi hysteria, melankolis, epilepsy atau ayan, dementia yaitu lemah pikiran, dementia peraicok atau lemah fikiran yang sangat dini, dan lain-lain. 3 Penjahat dirangsang oleh dorongan libido seksualis atau nafsu- nafsu seks. 4 Penjahat karena kesempatan. Misalnya terpaksa melakukan kejahatan karena keadaan yang luar biasa, dalm bentuk pelanggaran-pelanggran kecil. Dia membaginya dalam: pseudo- kriminal pura-pura dan kriminaloids. 5 Penjahat dengan organ-organ jasmani yang normal, namun mempunyai pola kebiasaan buruk, asosiasi social yang abnormanl atau menyimpang dari pola kelakuan umum, sehingga sering melanggar undang-undang dan norma susila, lalu banyak melakukan kejahatan. Aschaffenburg membagi type penjahat sebagai berikut: 1 Penjahat professional: kejahatan sebagai “penggaotan” atau pekerjaan sehari-hari, karena sikap hidup yang keliru. 2 Penjahat oleh kebiasaan, disebabkan oleh mental yang lemah, sikap yang pasif, pikiran yang tumpul, dan apatisme. 3 Penjahat tanpakurang memiliki disiplin kemasyarakatan. Misalnya para pengemudi mobil dan sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, tidak menghiraukan etik lalu lintas dan peraturan-peraturan keamanan lalu lintas. 4 Prnjahat-penjahat yang memiliki krisis jiwa, misalnya kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak puber, membakar rumah sendiri karena ingin mendapatkan uang asuransi; membunuh pacar sendiri karena sudah dihamilli,atau karena cintanya tidak terbalas. Ibu muda yang membunuh bayinya karena tidak kawin; membunuh orang lain atau melakukan bunuh diri, karena tidak mampu krisis jiwanya, dan lain-lain. 5 Penjahat yang melakukan kejahatan oleh dorongan-dorongan seks yang abnormal. Misalnya homo seks, sadisme, sadomasokhisme, [2] pedofilia, [3] lesbianism, perkosaan, dan lain- lain. 6 Penjahat yang sangat agresif dan memiliki mental yang sangat labil, yang sering melakukan penyerangan, penganiayaan dan pembunuhan. Juga selalu melontarkan pernyataan-pernyataan ovensifpenyerangan, melalui ucapan atau tulisan-tulisan penghinaan dan fitnahan. Mereka itu biasanya memiliki rasa social yang tipis sekali, dan jiwanya sangat tidak stabil. Pemakaian minuman keras dan bahan-bahan narkotika memperbesar nafsu- nafsu agresifnya.

B. Beberapa Teori Mengenai Kejahatan