Definisi Etiologi Rinosinusitis Kronis

Sekret yang berasal dari meatus superior dan septum bergabung dengan sekret rute pertama, yaitu di inferior dari tuba Eustachius. Sekret pada septum berjalan vertikal ke arah bawah terlebih dahulu kemudian ke belakang dan menyatu di bagian inferor tuba Eustachius. Ini sebab mengapa pada sinusitis didapati sekret pasca-nasal post nasal drip, tapi belum tentu ada sekret di rongga hidung Soetjipto, 2011.

2.2.2. Fungsi Sinus Paranasal

Beberapa teori mengemukakan, fungsi sinus paranasal yaitu: 1 sebagai pengatur kondisi udara, 2 sebagai penahan suhu, 3 membantu keseimbangan kepala, 4 membantu resonansi suara, 5 peredam perubahan tekanan udara, dan 6 membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung Soetjipto, 2011.

2.3. Rinosinusitis Kronis

2.3.1. Definisi

Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi dari mukosa hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan dua atau lebih gejala, dimana salah satu gejalanya merupakan sumbatan hidung nasal blockageobstructioncongestion atau nasal discharge anteriorposterior nasal drip selama 12 minggu atau lebih, serta diikuti ada atau tanpa nyeri tekan di daerah wajah dan penurunan atau hilangnya daya penghidu Fokkens, 2012. Selain gejala-gejala klinis tersebut, rinosinusitis kronis dapat didukung oleh pemeriksaan penunjang antara lain: endoskopi, dimana dapat ditemukan polip dan atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus medius dan atau edemaobstruksi mukosa pada meatus medius; dan CT Scan, dapat ditemukan perubahan mukosa pada kompleks osteomeatal dan atau sinus paranasal Fokkens, 2012. Berdasarkan anatomi sinus yang terlibat, sinusitis dapat diklasifikasikan sebagai sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Sinus yang paling sering terkena infeksi adalah sinus maksilaris dan sinus Universitas Sumatera Utara etmoidalis, sedangkan sinus frontalis dan sinus sfenoidalis lebih jarang Mangunkusumo, 2011. Sebuah penelitian menyebutkan, pasien dengan rinosinusitis kronis dilaporkan lebih merasakan nyeri jasmani dan fungsi sosial yang lebih buruk dibanding pasien dengan penyakit kronis lainnya seperti penyakit paru obstruksi kronik, gagal jantung kongestif, dan nyeri punggung. Dampak penyakit rinosinusitis kronis terhadap kualitas hidup pasien sebanding dengan keparahan penyakit kronis lainnya. Oleh karena itu, sama halnya dengan penyakit kronis yang lain, penyakit rinosinusitis kronis sebaiknya ditangani secara proaktif Desrosiers, 2011.

2.3.2. Etiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar mucocilliary clearance di dalam kompleks ostiomeatal KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan Mangunkusumo, 2011. Kompleks ostiomeatal KOM merupakan tempat drainase bagi kelompok sinus anterior frontalis, etmoidalis anterior dan maksilaris dan berperan penting bagi transpor mukus dan debris serta mempertahankan tekanan oksigen yang cukup untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Rinosinusitis lebih sering terjadi pada beberapa sinus multisinusitis dibandingkan dengan satu sinus single sinusitis, hal ini kemungkinan berkaitan erat dengan kompleks ostiomeatal KOM, karena KOM merupakan satu kesatuan dari muara beberapa sinus, jika terjadi gangguan patensi KOM, maka mungkin akan terjadi gangguan beberapa sinus. KOM atau celah sempit di daerah etmoid anterior yang merupakan “serambi depan” bagi sinus maksila dan frontal memegang peran penting dalam terjadinya rinosinusitis kronis, bila terdapat gangguan di daerah KOM seperti peradangan atau edema, maka hal itu akan menyebabkan gangguan drainase sehingga terjadi rinosinusitis Multazar, 2012. Universitas Sumatera Utara Pada penderita rinosinusitis kronis terbukti bahwa akumulasi ketidakseimbangan metabolisme asam arakhidonat dapat memainkan peran penting dalam rinosinusitis kronis. Metabolisme asam arakhidonat dan prostaglandin berperan sebagai mediator inflamasi pada suatu penyakit Multazar, 2012. Etiologi dan patofisiologi rinosinusitis kronis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya diketahui, rinosinusitis kronis merupakan sindrom yang terjadi karena kombinasi etiologi yang multipel. Berdasarkan EPOS 2012, faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya rinosinusitis kronis adalah kerusakan sistem mukosiliar, alergi, asma, sensitif terhadap aspirin, pasien immunocompromised, faktor genetik, kehamilan dan endokrin, faktor lokal, mikroorganisme, faktor lingkungan, faktor iatrogenik, Helicobacter pylori, refluks laringofaringeal, dan osteitis.

2.3.3. Patofisiologi