Latar Budaya Analisis Pesan Moral dalam Novel “Furinkazan” Karya Yasushi Inoue

22 Suwa adalah kota di Prefektur Nagano. Kota ini didirikan pada tanggal 10 Agustus 1941. Kota ini terletak di pinggir Danau Suwa. Wilayah Suwa adalah kawasan industri terkemuka di Nagano dan dulu dikenal sebagai “The Oriental Swiss” di Jepang. 4. Shinano : “Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah Shinano kemudian memasuki dan tinggal di Benteng Komuro bersama 10.000 prajurit.” hal. 117 Provinsi Shinano 信濃国 shinano no kuni adalah provinsi lama Jepang yang dilewati jalur Tokaido dan mempunyai batas-batas wilayah yang hampir sama Prefektur Nagano sekarang. Wilayah Shinano sampai sekarang dikenal sebagai Shinshū 信州. Provinsi Shinano dikelilingi provinsi Echigo, Etchu, Hida, Kozuke, Mikawa, Mino, Musashi, Suruga dan T ōtōmi.Ibu kota berada di dekat kota yang sekarang bernama Matsumoto . Di zaman Sengoku, wilayah Shinano dibagi-bagi menjadi wilayah han yang lebih kecil dengan istana penguasa yang berada di kota Komoro, Ina dan Ueda. Shinano merupakan pusat kekuasaanTakeda Shingen selama perang berulang-ulang dengan Uesugi Kenshin. Provinsi Shinano berganti nama menjadi Prefektur Shizuoka setelah pemberlakuan sistem prefektur pada tahun 1871.

c. Latar Budaya

Latar budaya yang mencakup dalam novel Furinkazan adalah ruang lingkup kehidupan masyarakat Bushi. Jadi jelas berhubungan dengan kehidupan dan etos bushi yaitu Bushido. 23 Bushido merupakan konsep pengabdian diri bushi pada zaman feodal Jepang. Bushido terdiri dari kata “bushi” ksatria atau prajurit dan “do” jalan. Bushido atau “jalan ksatria” merupakan suatu sistem etika atau aturan moral keksatriaan yang berlaku dikalangan samurai khususnya di zaman feodal Jepang abad 12-19. Di dalam ajaran bushido terdapat nilai-nilai kejujuran, kesopanan, kesetiaan, kehormatan, kebajikan dan keteguhan hati. Pada awalnya konsep pengabdian diri bushi disebut dengan bushido yang ditandai dengan pengabdian diri yang mutlak dari anak buah terhadap tuannya. Makna bushido secara umum adalah sikap rela mati negara atau kerajaan dan kaisar. Bushi merupakan golongan masyarakat birokrat pada zaman Edo. Sejarah bushi sangat identik dengan sejarah feodalisme di Jepang, karena bushi itu sendiri lahir dari fungsinya sebagai pengawas di daerah pertanian yang pada mulanya mereka adalah petani, tetapi mereka dipersenjatai untuk menjalankan fungsi keamanan di wilayah tuannya. Meski masa feodalisme di Jepang berakhir dan memasuki masa modern yang ditandai dengan adanya restorasi Meiji, nilai-nilai bushido ini tetap dianut sebagian besar orang Jepang karena sudah terinternalisasi dalam masyarakat secara kuat melalui proses selama ratusan tahun. Di dalam novel Furinkazan juga mencakup latar budaya masyarakat Jepang berupa giri dan ninj ō. Dalam kehidupan masyarakat Jepang, konsep giri dan ninj ō menjadi nilai yang mempengaruhi tindakan mereka dalam berinteraksi satu sama lain. Nilai giri merupakan konsep nilai yang berlaku timbal balik yang 24 mengharuskan mereka untuk berinteraksi sepantasnya terhadap satu sama lain. Sedangkan konsep ninj ō menjadi nilai yang menggambarkan pertentangan antara keinginan manusiawi seseorang yang tidak melihat norma-norma yang mengikat mereka, dengan konsep giri yang mengharuskan mereka bertindak sebagaimana diinginkan oleh masyarakat. Apabila giri bersifat moral dan sosial, maka ninj ō bersifat psikologis dan personal. Giri dan ninj ō merupakan satu kesatuan dalam kebudayaan orang Jepang. Namun ada yang berpendapat bahwa giri sebagai konsep umum ditempatkan lebih tinggi daripada ninj ō. 2.2 Nilai-nilai Moral dalam Masyarakat Jepang 2.2.1 Giri