9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Kecurangan Akademik Mahasiswa
a. Pengertian Kecurangan Akademik
Menurut Agnes 2008: 9 kecurangan akademik merupakan pelanggaran etika dalam lingkup akademik. Menurut Cizek 2003
dalam Siti Annisa 2009: 16 kecurangan dapat diartikan sebagai perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa dengan sengaja meliputi: 1
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dalam menyelesaikan ujian atau tugas, 2 memberikan keuntungan kepada mahasiswa lain
didalam ujian atau tugas dengan cara yang tidak jujur, 3 pengurangan keakuratan yang diharapkan pada performansi mahasiswa. Kecurangan
akademis didefinisikan sebagai bentuk perilaku yang mendatangkan keuntungan bagi mahasiswa secara tidak jujur termasuk didalamnya
mencontek, plagiarism, mencuri dan memalsukan sesuatu yang berhubungan dengan akademis Hendricks, 2004 dalam Siti Annisa,
2009: 17. Menurut Gitaniali 2004 dalam Helmi 2008: 10 mengemukakan bahwa kecurangan akademis merupakan suatu
tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja pada saat memenuhi atau menyelesaikan persyaratan dan kewajiban
akademis. Kecurangan akademis juga didefinisikan sebagai semua
perilaku illegal yang dilakukan oleh peserta didik ataupun pendidik dalam kaitannya ddengan tugas-tugas dan prestasi akademik peserta
didik. Jadi, kecurangan akademis adalah tindakan tidak jujur yang
dilakukan di lingkungan akademisi baik pada tingkat mahasiswa dan kegiatan tersebut merugikan salah satu atau beberapa pihak.
b. Faktor-faktor Kecurangan Akademik
Menurut Hendricks 2004 dalam Siti Annisa 2009: 17 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecurangan akademis. Faktor-
faktor tersebut adalah: 1 Faktor individual
Terdapat berbagai
variabel-variabel yang
mampu mengidentifikasikan karakteristik personal yang dapat digunakan
untuk memprediksi perilaku curang. Variabel tersebut adalah: a Usia
Mahasiswa yang berusia lebih muda lebih banyak melakukan kecurangan akademis daripada mahasiswa yang lebih tua.
b Jenis kelamin Mahasiswa lebih banyak melakukan kecurangan akademis
daripada mahasiswi. Penjelasan utamanya karena gender wanita lebih mematuhi peraturan daripada pria dalam hal
bersosialisasi.