137
dan Terlapor II. Penunjukan Terlapor II oleh Terlapor
I untuk
mengembangkan sistem
pelaporan elektronik perusahaan tercatat diduga dilakukan dengan cara diskriminasi terhadap
pesaing Terlapor II. Terlapor I memiliki posisi dominan terhadap
pasar jasa e-reporting monitoring di Bursa Efek Jakarta yang diduga dapat menghambat pelaku
usaha lain untuk memasuki pasar bersangkutan. Kemudian dalam putusannya, Majelis Komisi
menyatakan bahwa PT BEJ Terlapor I dan PT LS Terlapor II tidak terbukti melanggar Pasal 25
ayat 1 huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, oleh karena BEJ Terlapor I tidak
menghambat pelaku usaha lain memasuki pasar bersangkutan
sehingga unsur
menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi
pesaing untuk memasuki pasar bersangkutan.
b. Perkara Nomor: 21KPPU-L2005
Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini
dilakukan oleh PT. Pertamina Terlapor I, PT. Banten Inti Gasindo, yang selanjutnya disebut PT
138
BIG Terlapor II dan PT. Isma Asia Indotama, yang selanjutnya disebut sebagai PT IAI Terlapor
III. Kasus
ini berkaitan
dengan diskriminasi
distribusi gas yang dilakukan oleh PT Pertamina, yaitu
dengan menetapkan
syarat-syarat perdagangan kepada para trader JPMT, SBLC,
gas make up, harga gas, sistem pembayaran dan sebagainya yang akan melakukan hubungan
dagang dengan PT. Pertamina. Berdasarkan laporan PT. Igas Utama menyatakan
PT. Pertamina telah melakukan diskriminasi terhadap PT. Igas Utama dan PT. Banten Inti
Gasindo dalam hal PT. Banten Inti Gasindo mendapatkan lebih besar pasokan gas dan
dipermudah persyaratan PJBGnya. Kemudian dalam putusannya, Majelis Komisi
menyatakan bahwa PT. Pertamina persero tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 25 ayat 1
huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Dengan pertimbangan bahwa meskipun PT.
Pertamina terbukti memiliki posisi dominan dan juga
terbukti menetapkan
syarat-syarat perdagangan akan tetapi tidak terbukti mencegah
danatau menghalangi konsumen memperoleh
139
barang danatau jasa yang bersaing, baik dari segi harga maupun kualitas.
c. Perkara Nomor: 15KPPU-L2006
Dugaan pelanggaran Pasal 25 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ini
dilakukan oleh Terlapor dalam hal ini PT Pertamina Persero. Kasus ini berkaitan dengan
pendistribusian Elpiji di Sumatera Selatan. Dimana
menerbitkan surat
No. 057E220002006-S3
yang pada
pokoknya melarang agen Elpiji di Pulau Bangka untuk
membeli dan mengisi Elpiji di DSP Pulau Layang dan harus mengisi di APPEL Muntok terhitung
mulai tanggal 3 Maret 2006. Setelah terbitnya Surat No. 057E220002006-S3
harga ex agen yang ditetapkan oleh Terlapor turun menjadi Rp 63.747,- enam puluh tiga ribu
tujuh ratus empat puluh tujuh rupiah per tabung 12 Kg. Hal ini disebabkan karena agen
tidak lagi menanggung biaya tambahan sebesar Rp 17.500,- tujuh belas ribu lima ratus rupiah
namun turun menjadi Rp 11.639,40,- sebelas
140
ribu enam ratus tiga puluh sembilan koma empat puluh rupiah.
Bahwa berdasarkan
surat GM
No. 058E220002006-S3 agen di Pulau Bangka
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 5.560,44,- lima ribu lima ratus enam puluh
koma empat puluh empat rupiah per tabung 12 Kg tetapi kenyataan di lapangan, keuntungan
yang diperoleh agen lebih rendah dari yang ditetapkan oleh Terlapor. Hal ini terjadi karena
pertama APPEL melakukan penjualan langsung
melalui toko-toko dengan harga berkisar antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai
dengan Rp. 61.000,- enam puluh satu ribu
rupiah. Kedua Salah satu pemegang saham PT.
Niaga Utama Pura Prima membeli elpiji secara langsung
dari agen
di Palembang
dan memasarkannya ke Pulau Bangka dengan harga
antara Rp 60.000,- enam puluh ribu rupiah sampai dengan Rp 63.000,- enam puluh tiga ribu
rupiah per tabung 12 kg. Kemudian dalam putusannya, Majelis Komisi
menyatakan bahwa Terlapor tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 25 ayat 1 huruf a
141
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, dengan pertimbangan karena Terlapor telah mencabut
surat larangan pengisian Elpiji di DSP Pulau Layang dan memberikan kebebasan kepada agen
di Pulau Bangka untuk memilih tempat pengisian Elpiji, sehingga unsur menetapkan syarat-syarat
perdagangan tidak terpenuhi.
d. Perkara Nomor: 07KPPU-L2007