Model Pembelajaran Deskripsi Teori

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain Trianto, 2009: 22. Sedangkan menurut Soekamto yang dikutip Trianto 2009: 22, mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan beberapa definisi model pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Trianto 2009: 23, model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu: 1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 8 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Kegiatan pembelajaran pada awal mulanya cenderung diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, serta penggunaan metode ceramah terlihat sangat dominan. Pola mengajar kelihatan baku, yakni menjelaskan sambil menulis di papan tulis serta diselingi tanya jawab, sementara itu peserta didik memperhatikan penjelasan guru sambil mencatat di buku tulis. Siswa dipandang sebagai individu pasif yang tugasnya hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Pembelajaran model seperti ini sering kita kenal dengan model konvensional http:alitadisanjaya.blogspot.com201107model-pembelajaran- konvensional.html . Sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, guru mempunyai kebebasan dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan diterapkan, untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Menurut Isjoni 2010: 20 mengatakan bahwa salah satu metode yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok kecil- kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menuntun siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah belajar. Menurut Koes yang dikutip Isjoni 2010: 20 menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara 9 motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu yang memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Teknik pembelajaran kooperatif sangat sesuai di dalam kelas yang berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat kecerdasan. Menurut Trianto 2010: 67, walaupun secara prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif antara lain: 1. Student Team Achievment Division STAD STAD merupakan metode yang dikembangkan Slavin yang melibatkan kompetisi dalam kelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Pertama-tama, siswa mepelajari materi bersama dengan kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusahamemperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. 2. Team Games Tournament TGT TGT pada dasarnya hampir mirip dengan STAD. Perbedaan diantara keduanya antara lain, jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnis dan gender, pada TGT umumnya hanya fokus pada level kemampuan saja. Selain itu, jika pada STAD yang digunakan adalah kuis, pada TGT istilah tersebut diganti dengan game akademik. Setiap siswa ditempatkan satu kelompok yang terdiri dari siswa 10 yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, sehingga masing-masing kelompok memiliki komposisi yang comparable. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus yang setiap minggunya harus dirubah. Karena komposisi kelompok yang sama, kompetisi di dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan dengan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya. 3. Jigsaw Jigsaw merupakan adaptasi dari teknik Elliot Aronson. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri, dan juga dituntut untuk ketergantungan positif terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik. 4. Think Pair Share TPS TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di dalam kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa waktu lebih banyak berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah 11 dijelaskan dan dialami. Guru lebih memilih menggunakan TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. 5. Numbered Heads Together NHT NHT adalah pendekatan yang dikembangkan Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam meriview berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran, dan untuk memeriksa pemahaman siswa tentang isi pelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan para siswa ke arah pengembangan sikap, tingkah laku yang memungkinkan siswa untuk dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan Isjoni, 2010: 29. Dari kelima model kooperatif yang telah disajikan, pada penelitian ini model pembelajaran Numbered Heads Together dipilih karena pada model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut Trianto, 2009: 82.

2. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together NHT

Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR.

0 3 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS.

3 10 76

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI.

0 0 32

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (nht) untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa kelas x SMA Negeri 2 Klaten pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN SMK N 1 PURWOREJO.

35 243 179