PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN SMKN 2 KEBUMEN.

(1)

PENERAPAN MO TOGETHER

HASIL BE PEN

U Gun

PROGRA UN

i

MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBER ER DALAM MENINGKATKAN MOTIVAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJAR ENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN

SMKN 2 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan una Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh : Anshori Febriyanto

11503247023

RAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MES FAKULTAS TEKNIK

NIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

ERED HEADS ASI DAN

ARAN N


(2)

Skripsi yang berjudu

NUMBERED HE

MOTIVASI DAN H PENGETAHUAN D disusun oleh Anshor pembimbing untuk diu

ii

PERSETUJUAN

udul “PENERAPAN MODEL PEMBELA

EADS TOGETHER DALAM MEN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DASAR TEKNIK MESIN SMKN 2 KEB hori Febriyanto, NIM.11503247023 ini telah diujikan.

LAJARAN TIPE ENINGKATKAN A PELAJARAN EBUMEN “yang lah disetujui oleh


(3)

(4)

Dengan ini s sendiri. Sepanjang pe ditulis atau diterbitka mengikuti tata penulis Tanda tanga adalah asli.Jika tidak periode berikutnya.

iv

SURAT PERNYATAAN

i saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-be pengetahuan saya tidak terdapat karya atau itkan orang lain kecuali sebagai acuan atau

lisan karya ilmiah yang telah lazim.

gan dosen penguji yang tertera dalam halam ak asli, saya siap menerima sanksi ditunda

benar karya saya au pendapat yang u kutipan dengan

laman pengesahan da yudisium pada


(5)

v MOTTO

(alm. Ayahanda tercinta Muh

(alm. Ayahanda tercinta Muh

uhammad Nasir)


(6)

Dengan men akhir skripsi ini saya p

1. Almarhum a membimbing d 2. Ibunda (Baroy doa dan kasih 3. Drs. Edy Pu

penyusunan sk 4. Hadrotus Syai

tak pernah terl 5. Kakak dan adi 6. Seseorang yan baik dalam sen 7. Sahabat-sahab 8. Teman-teman

vi

PERSEMBAHAN

engucap rasa syukur kepada Tuhan Yang M a persembahkan kepada:

ayahanda (Muhammad Nasir) tercinta g dan menjadi panutan dalam hidupku.

royah) tercinta, yang tak henti-hentinya selal ih sayang padaku.

Purnomo, M.Pd., yang telah sabar dalam skripsi ini.

yaikh Al Maghfurlah K.H. Najib Salimi Mamba erlupakan jasa besarnya dalam hidup ini. adikku tercinta, yang selalu memberikan dukung

ang kusayangi, Puji Watmi, yang selalu membe senang maupun sedih.

abatku seperjuangan PKS angkatan 2011. an Ponpes Al Luqmaniyyah.

Maha Esa, tugas

ta yang selalu

lalu mencurahkan

lam membimbing

baul ‘Ulum, yang

ungan padaku. berikan semangat


(7)

PENERAPAN MOD TOGETHER HASIL BE

PEN

Penelitian ini model pembelajaran t Pengetahuan Dasar T mengetahui motivasi

Numbered Heads To

Teknik Mesin kelas X Penelitian ini dilaksanakan dalam perencanaan, tindakan penelitian ada 32 sis motivasi, lembar pos model pembelajaran motivasi diperoleh m kemudian dikategori indikator. Data tenta dibandingkan untuk pembelajaran.

Hasil peneliti

Heads Together (NH

Peningkatan motivasi kategori rendah dan indikator 1 siklus I, kategori rendah, pada 2 siklus I ada 9 sisw kategori rendah pada rendah, pada siklus kategori rendah, meni II; (5) indikator 5 sikl ada siswa dalam kate menjadi hanya 2 sisw pada mata pelajaran rata-rata posstest sikl hasil nilai rata-rata p yang termasuk dalam Kata kunci: Numbered

vii

DEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERE ER DALAM MENINGKATKAN MOTIVAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJAR ENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN

SMKN 2 KEBUMEN Oleh :

Anshori Febriyanto NIM. 11503247023

ABSTRAK

ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksan n tipe Numbered Heads Together (NHT) pada r Teknik Mesin kelas X TP 4 SMK N 2 Kebu asi dan hasil belajar siswa dengan model pe

Together (NHT) pada mata pelajaran Peng

s X TP 4 SMK N 2 Kebumen.

ini merupakan penelitian tindakan kelas. m II siklus yang setiap siklusnya menggu kan, observasi dan refleksi. Jumlah siswa yang

siswa. Instrumen penelitian yang digunakan

posstest, dan LKS sebagai penunjang dalam

an tipe Numbered Heads Together (NHT) melalui angket dan dianalisis menggunaka orikan berdasarkan perolehan skor yang d ntang prestasi belajar diperoleh melalui tes uk mengetahui effect size sebagai ukura litian menunjukkan bahwa model pembelaja

HT) mampu meningkatkan motivasi dan hasi asi terlihat dari menurunnya jumlah siswa ya an sangat rendah pada setiap indikator mot I, ada 1 siswa dalam kategori sangat renda

da siklus II, hanya 1 siswa dalam kategori renda siswa dalam kategori rendah, meningkat hany da siklus II; (3) indikator 3 siklus I ada 2 siswa

s II tidak ada; (4) indikator 4 siklus I, ada eningkat hanya ada 2 siswa dalam kategori ren iklus I, ada 3 siswa dalam kategori rendah, pad ategori rendah; dan (6) indikator 6 pada siklus

iswa dalam kategori rendah. Peningkatan has n Pengetahuan Dasar Teknik Mesin dapat di iklus I sebesar 6,67 dan telah mengalami pe

posstest siklus II sebesar 7,70 dengan besar

m kriteria efek sangat tinggi.

red Heads Together (NHT), motivasi dan hasil

RED HEADS ASI DAN

ARAN

sanaan penerapan da mata pelajaran bumen, dan untuk pembelajaran tipe engetahuan Dasar s. Penelitian ini gunakan langkah ng menjadi subjek an adalah angket m pengaplikasian T). Data tentang kan skala Likert, diperoleh setiap s yang kemudian ran keberhasilan lajaran Numbered asil belajar siswa. yang berada pada otivasi yaitu: (1) ndah dan 9 siswa ndah; (2) indikator anya ada 1 siswa wa dalam kategori da 11 siswa pada rendah pada siklus ada siklus II tidak lus I, ada 4 siswa hasil belajar siswa dilihat pada hasil peningkatan pada ar effect size 2,59 sil belajar


(8)

Alhamdulillah segala limpahan rahm menyelesaikan skrip

Numbered Heads To

Siswa Pada Mata Pela Sebagai insan y menyadari bahwa da kerjasama berbagai pi mengucapkan terima k

1. Prof. Dr. Roch Yogyakarta. 2. Dr. Moch. B

Universitas Ne 3. Dr. Wagiran, 4. Drs. Edy Pur

kesabaran da masukan, mot penulis sehing 5. Dr. Dwi Rahd 6. Drs. Widi Sus

memberikan k

viii

KATA PENGANTAR

h puji syukur penulis panjatkan kehadirat A hmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingg ripsi yang berjudul Penerapan Model Pem

Together Dalam Meningkatkan Motivasi Da

elajaranPengetahuan Dasar Teknik Mesin SMK n yang memiliki banyak kelemahan dan keku dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas da i pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendah

a kasih yang sebesar-besarnya kepada :

ochmat Wahab, M.Pd., M.A., selaku Rektor Un

Bruri Triyono, M.Pd., selaku Dekan F Negeri Yogyakarta.

selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mes Purnomo, M.Pd., selaku pembimbing, yang dan perhatian telah membimbing, memb otivasi dan nasehat serta berbagai ilmu peng ingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan

hdiyanta, selaku dosen pembimbing akademik. useno,selaku Kepala Sekolah SMK N 2 Kebum n kesempatan untuk mengadakan penelitian di s

Allah SWT atas gga penulis dapat embelajaran Tipe DanHasil Belajar K N 2 Kebumen. kurangan, penulis dari bantuan dan dahan hati, penulis

Universitas Negeri

Fakultas Teknik

esin.

ng dengan penuh mberikan arahan, ngetahuan kepada gan baik.

ik.

bumen, yang telah i sekolah.


(9)

7. Purwanto, S.P membantu dan penelitian. 8. Keluargaku y

sepanjang wak 9. Rekan-rekan P dalam pelaksa Penulis menya sempurna.Oleh karena sangat penulis harap pahala atas segala am membantu hingga sele

ix

Pd., selaku guru sekaligus pembimbing di sek dan bersedia bekerjasama dangan penulis dalam

yang senantiasa memberikan doa dan doro aktu.

n PKS angkatan 2011, serta semua pihak yang sanaan dalam pentusunan skripsi ini.

yadari bahwa penyusunan skripsi ini ma ena itu, saran dan kritik yang membangun dari rapkan.Semoga Allah SWT berkenan memb

mal dan budi baik yang telah dilakukan dari se elesainya skripsi ini.Amin anin ya robbal ‘alam

Yogyakarta, Penulis

ekolah, yang telah lam melaksanakan

orongan semangat

g telah membantu

masih jauh dari ari berbagai pihak mberikan balasan semua pihak yang amiin.


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 7

1. Model Pembelajaran ... 7

2. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together(NHT) ... 11

3. Motivasi Belajar ... 13

a. Pengertian Motivasi ... 13

b. Motivasi Belajar ... 14


(11)

xi

d. Pentingnya Motivasi ... 15

e. Peran Motivasi dalam Pembelajaran ... 15

f. Indikator Motivasi ... 16

4. Hasil Belajar ... 16

a. Pengertian Hasil Belajar ... 16

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 18

5. Pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) ... 20

a. Mesin Bubut ... 20

b. Mesin Frais ... 24

c. Mesin Gerinda ... 25

d. Mesin Sekrap ... 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Pertanyaan Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 32

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subjek Penelitian ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi ... 36

1. Teknik Pengumpulan Data ... 36

2. Instrumen Penelitian ... 37

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 39

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Indikator Keberhasilan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Pelaksanaan Tindakan Model Pembelajaran Tipe NHT pada Siklus I ... 42


(12)

xii

B. Pembahasan ... 74

1. Motivasi Belajar ... 74

2. Hasil Belajar ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Implikasi ... 85

C. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kecepatan Potong Material ... … 23

Tabel 2. Hasil Skor Angket Motivasi Siswa ... 40

Tabel 3. Kriteria Dalam Effect Size ... 41

Tabel 4. Data Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 49

Tabel 5. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 1 ... 50

Tabel 6. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 2 ... 51

Tabel 7. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 3 ... 52

Tabel 8. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 4 ... 53

Tabel 9. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 5 ... 54

Tabel 10. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 6 ... 55

Tabel 11. Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 56

Tabel 12. Penyebaran Nilai Siklus I ... 57

Tabel 13. Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 64

Tabel 14. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 1 ... 66

Tabel 15. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 2 ... 67

Tabel 16. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 3 ... 68

Tabel 17. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 4 ... 69

Tabel 18. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 5 ... 70

Tabel 19. Interval Range Motivasi Belajar Indikator 6 ... 71

Tabel 20. Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 71

Tabel 21. Penyebaran Nilai Siklus II ... 73


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagian Utama Mesin Sekrap ... 27

Gambar 2. Desain Penelitian ... 33

Gambar 3. Lay Out Kelas Siklus I ... 44

Gambar 4. Grafik Indikator 1 Siklus I ... 50

Gambar 5. Grafik Indikator 2 Siklus I ... 51

Gambar 6. Grafik Indikator 3 Siklus I ... 52

Gambar 7. Grafik Indikator 4 Siklus I ... 53

Gambar 8. Grafik Indikator 5 Siklus I ... 54

Gambar 9. Grafik Indikator 6 Siklus I ... 55

Gambar 10. Grafik Penyebaran Rata-rata Nilai Siklus I ... 57

Gambar 11.Lay out Kelas Siklus II ... 61

Gambar 12. Grafik Indikator 1 Siklus II ... 66

Gambar 13. Grafik Indikator 2 Siklus II ... 67

Gambar 14. Grafik Indikator 3 Siklus II ... 68

Gambar 15. Grafik Indikator 4 Siklus II ... 69

Gambar 16. Grafik Indikator 5 Siklus II ... 70

Gambar 17. Grafik Indikator 6 Siklus II ... 71

Gambar 18. Grafik Penyebaran Nilai Siklus II ... 73

Gambar 19. Grafik Indikator 1 Siklus I dan II ... 75

Gambar 20. Grafik Indikator 2 Siklus I dan II ... 76

Gambar 21. Grafik Indikator 3 Siklus I dan II ... 77

Gambar 22. Grafik Indikator 4 Siklus I dan II ... 78

Gambar 23. Grafik Indikator 5 Siklus I dan II ... 79

Gambar 24. Grafik Indikator 6 Siklus I dan II ... 80


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Angket Motivasi Siswa ... 92

Lampiran 2. Soal Posttest I ... 95

Lampiran 3. Soal Posttest II ... 99

Lampiran 4. Soal Posttest III ... 103

Lampiran 5. Soal Posttest IV ... 108

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa I ... 113

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa II ... 116

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa III ... 118

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa IV ... 120

Lampiran 10. Kunci Jawaban LKS I ... 124

Lampiran 11. Kunci Jawaban LKS II ... 127

Lampiran 12. Kunci Jawaban LKS III ... 129

Lampiran 13. Kunci Jawaban LKS IV ... 130

Lampiran 14. Rekapitulasi Angket Motivasi ... 137

Lampiran 15. Perhitungan Skor Angket ... 139

Lampiran 16. Pengkategorian Skor Angket Siklus I... 141

Lampiran 17. Pengkategorian Skor Angket Siklus II ... 147

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I ... 155

Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II ... 156

Lampiran 20. Menghitung Besar Effect Size ... 157

Lampiran 21. Silabus ... 160

Lampiran 22. RPP Siklus I ... 162

Lampiran 23. RPP Siklus II ... 168

Lampiran 24. Pembagian Kelompok Diskusi ... 175

Lampiran 25.Surat Pernyataan Judgement... 181

Lampiran 26. Surat Perijinan Penelitian ... 184

Lampiran 27. Dokumentasi Penelitian ... 191


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam serangkaian proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang penting. Hal itu berarti salah satu faktor penyebab berhasil atau tidaknya tujuan pembelajaran di sekolah, banyak bergantung pada situasi kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di dalam kelas.

Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan jenjang menengah, yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990). Para siswa SMK banyak dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan dibidangnya. Pengetahuan tersebut mencakup antara lain tentang mesin-mesin industri untuk program keahlian teknik mesin, pengetahuan tentang otomotif untuk program keahlian teknik otomotif, serta pengetahuan tentang komputer untuk program keahlian teknik komputer jaringan.

Mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) memegang peranan penting dalam jurusan pemesinan. Pada mata pelajaran ini, siswa diberikan pengetahuan mendasar tentang berbagai teori pemesinan sebelum mereka terjun langsung menghadapi mesin-mesin yang sesungguhnya. Siswa diajarkan tentang jenis-jenis proses pemesinan, dan parameter-parameter pada proses pemesinan seperti mesin bubut, frais, sekrap dan gerinda.


(17)

2

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru Jurusan Pemesinan pada saat observasi yang dilakukan di SMK Negeri 2 Kebumen, memberikan gambaran pada penulis bahwasanya, sebagian besar prestasi belajar siswa belum sesuai dengan standar kelulusan minimum yaitu 7,00, metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center learning), dan guru merupakan sumber utama dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat menyebabkan siswa kurang aktif di dalam pembelajaran, sehingga mengakibatkan terpecahnya perhatian siswa oleh hal-hal lain seperti memainkan hp, berbicara dengan teman yang lain, dan akan membuat waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk pembelajaran menjadi tidak efektif. Padahal salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang ada, maka perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang tepat untuk mengatasinya yaitu dengan cara melakukan inovasi metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan dari inovasi tersebut adalah dengan membuat siswa agar lebih aktif, fokus, dan meningkatkan perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini akan dapat berpengaruh pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar dan akan berakibat pada meningkatnya prestasi siswa. Model pembelajaran yang dirasa tepat untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT).


(18)

3

Model pembelajaran ini lebih menekankan pada keaktifan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Karena menurut Hill dalam Tryana menyatakan bahwa :

“Model NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan masa depan”.

( http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2011/08/numbered-head-together-nht.html)

Dengan menggunakan model pembelajaran ini, diharapkan permasalahan guru mata pelajaran dalam pembelajaran yaitu kurangnya keaktifan, fokus, motivasi dan pemahaman siswa dalam mengikuti pembelajaran akan teratasi. Karena hal tersebut akan berdampak pada prestasi belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, serta untuk memudahkan dalam menentukan keterkaitan latar belakang dengan permasalahan, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih konvensional, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center learning) dan guru merupakan sumber utama dalam proses belajar mengajar.

2. Perhatian siswa kurang tertuju pada pelaksanaan pembelajaran. Perhatian siswa masih sering terpecah oleh hal-hal lain, seperti memainkan hp, dan berbicara dengan teman yang lain.


(19)

4

3. Kompleksnya permasalahan yang sering dihadapi oleh guru dalam pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin kelas X, yaitu siswa kurang aktif, kurang fokus, dan kurang perhatian dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

4. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran rendah, karena terpecahnya fokus siswa dalam mengikuti pembelajaran oleh hal lain. 5. Sebagian besar prestasi belajar siswa belum sesuai dengan standar

kelulusan minimum yaitu 7,00. C. Batasan Masalah

Berdasarkan idenfikasi masalah yang ada sebagaimana diuraikan di atas, maka perlu adanya batasan-batasan yang akan membuat lingkup penelitian menjadi lebih jelas. Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan tenaga, maka penelitian ini hanya akan membatasi pada peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT). Adapun mata pelajaran yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini adalah mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) pada kompetensi dasar mengenal jenis-jenis proses pemesinan. Dan subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (Teknik Pemesinan) SMKN 2 Kebumen.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(20)

5

1. Bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin kelas X SMKN 2 Kebumen? 2. Apakah penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together

(NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas X SMKN 2 Kebumen? 3. Apakah penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together

(NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMKN 2 Kebumen?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Pengetahuan

Dasar Teknik Mesin kelas X SMKN 2 Kebumen.

2. Untuk mengetahui motivasi siswa dengan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin kelas X SMKN 2 Kebumen.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin kelas X SMKN 2 Kebumen.

F. Manfaat Penelitian


(21)

6 1. Guru jurusan teknik mesin

a. Guru dapat memiliki alternatif model pembelajaran dalam penyampaian materinya, yatu dengan model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT).

b. Sebagai tambahan khasanah keilmuan dan memperkaya wawasan tentang salah satu dari beberapa jenis model pembelajaran.

c. Sebagai motivasi untuk melakukan inovasi-inovasi dalam melaksanakan pembelajaran.

2. Peserta didik

a. Siswa lebih aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dan membangkitkan motivasi diri dan hasil belajar siswa.

b. Menjalin kerjasama dan komunikasi sesama siswa. 3. Sekolah

a. Mendorong guru agar lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Memberikan informasi baru tentang sejauh mana efektifitas penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).


(22)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2009: 22). Sedangkan menurut Soekamto yang dikutip Trianto (2009: 22), mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan beberapa definisi model pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Trianto (2009: 23), model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).


(23)

8

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Kegiatan pembelajaran pada awal mulanya cenderung diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, serta penggunaan metode ceramah terlihat sangat dominan. Pola mengajar kelihatan baku, yakni menjelaskan sambil menulis di papan tulis serta diselingi tanya jawab, sementara itu peserta didik memperhatikan penjelasan guru sambil mencatat di buku tulis. Siswa dipandang sebagai individu pasif yang tugasnya hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Pembelajaran model seperti ini sering kita kenal dengan model konvensional ( http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-konvensional.html).

Sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru mempunyai kebebasan dalam menerapkan metode pembelajaran yang akan diterapkan, untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Menurut Isjoni (2010: 20) mengatakan bahwa salah satu metode yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok kecil-kelompok kecil sehingga siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menuntun siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah belajar. Menurut Koes yang dikutip Isjoni (2010: 20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara


(24)

9

motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu yang memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Teknik pembelajaran kooperatif sangat sesuai di dalam kelas yang berisi siswa-siswa yang mempunyai berbagai tingkat kecerdasan.

Menurut Trianto (2010: 67), walaupun secara prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Beberapa variasi model pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Student Team Achievment Division (STAD)

STAD merupakan metode yang dikembangkan Slavin yang melibatkan kompetisi dalam kelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras dan etnis. Pertama-tama, siswa mepelajari materi bersama dengan kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusahamemperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi.

2. Team Games Tournament (TGT)

TGT pada dasarnya hampir mirip dengan STAD. Perbedaan diantara keduanya antara lain, jika STAD fokus pada komposisi kelompok berdasarkan kemampuan, ras, etnis dan gender, pada TGT umumnya hanya fokus pada level kemampuan saja. Selain itu, jika pada STAD yang digunakan adalah kuis, pada TGT istilah tersebut diganti dengan game akademik. Setiap siswa ditempatkan satu kelompok yang terdiri dari siswa


(25)

10

yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, sehingga masing-masing kelompok memiliki komposisi yang comparable. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus yang setiap minggunya harus dirubah. Karena komposisi kelompok yang sama, kompetisi di dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan dengan kompetisi dalam pembelajaran tradisional pada umumnya.

3. Jigsaw

Jigsaw merupakan adaptasi dari teknik Elliot Aronson. Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri, dan juga dituntut untuk ketergantungan positif terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.

4. Think Pair Share (TPS)

TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi di dalam kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa waktu lebih banyak berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah


(26)

11

dijelaskan dan dialami. Guru lebih memilih menggunakan TPS untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

5. Numbered Heads Together (NHT)

NHT adalah pendekatan yang dikembangkan Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam meriview berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran, dan untuk memeriksa pemahaman siswa tentang isi pelajaran.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan para siswa ke arah pengembangan sikap, tingkah laku yang memungkinkan siswa untuk dapat berpartisipasi dalam komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan pendidikan (Isjoni, 2010: 29). Dari kelima model kooperatif yang telah disajikan, pada penelitian ini model pembelajaran Numbered Heads Together dipilih karena pada model ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut ( Trianto, 2009: 82).

2. Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) merupakan sebuah model pembelajaran

yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, untuk melibatkan banyak siswa dalam mereview berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran, dan untuk memeriksa pamahaman siswa tentang isi dari pelajaran yang diberikan. Dalam prakteknya, model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) memiliki empat langkah yang harus ditempuh, yaitu :


(27)

12 a. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor pada setiap anggota kelompok, sehingga setiap siswa pada masing-masing kelompok memiliki nomor antara 1 sampai 5.

b. Pemberian pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya bisa bervariasi. Pertanyaan tersebut bisa sangat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan.

c. Berfikir bersama (Heads Together)

Siswa “menyatukan kepalanya” untuk menemukan jawaban dan memastikan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya mengetahui jawabannya.

d. Menjawab (Answering)

Guru memanggil sebuah nomor, dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya kemudian mengemukakan jawaban dari hasil “menyatukan kepala” ke depan kelas secara bergiliran.

(Arends, 2008: 16) Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan ide, pendapat, dan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama diantara mereka.

Pada model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) ini, mengindikasikan bahwa setiap anggota kelompok dapat mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi jawaban di dalam kelompoknya dan mendengarkan pendapat dari teman sekelompoknya. Teknik ini dapat memberi kepastian semua anggota kelompok siap untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru, karena mereka tidak tahu siapa dan nomor berapa yang akan menjawab soal pertama dan berikutnya. Setiap anggota kelompok harus mengetahui jawaban dari kelompoknya. Karena dalam teknik ini, siswa yang akan menjawab soal dipilih nomor secara acak. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, diperlukan proses diskusi kelompok yang baik. Siswa yang mempunyai kepandaian lebih di dalam


(28)

13

kelompoknya dapat membantu temannya dalam memahami jawaban. Begitu pula sebaliknya, siswa yang kurang pandai, harus mampu mengoptimalkan kemampuan dari temannya pada saat diskusi kelompok.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi

Menurut Oemar Hamalik (2005: 158), motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, dan memberikan dorongan dasar pada seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada dalam diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada kemauan untuk melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan (Hamzah B. Uno, 2011: 5).

Sugihartono, dkk. (2007: 20), mengartikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang/ kelompok orang tertentu tergerak melakukan suatu keinginan untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Depdiknas, 2008: 930).


(29)

14

Berdasarkan beberapa pengertian motivasi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan energi yang timbul pada diri seseorang/ individu, dimana dorongan tersebut dapat menimbulkan kemauan melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dapat diartikan juga motivasi adalah suatu usaha yang dapat memberikan pengaruh pada seseorang/ kelompok untuk melakukan suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu atau kepuasan atas perbuatannya.

b. Motivasi belajar

Hamzah B. Uno (2011: 23), mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi dan belajar tidak dapat dipisahkan, karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan, yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi merupakan suatu keinginan/ hasrat, yang disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (Hamzah B. Uno, 2011: 23).

c. Cara menggerakkan motivasi

Menurut Oemar Hamalik (2005: 167), seorang guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan kerja kelompok. Dalam kerja kelompok, dimana setiap anggota melakukan kerja sama dalam belajar, biasanya timbul perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok. Hal ini akan menjadi dorongan yang kuat dalam aktivitas belajar.


(30)

15 d. Pentingnya motivasi

Motivasi dirasa sangat penting, karena dengan adanya motivasi pada diri seseorang, dapat menyebabkan peningkatan produktivitas dan lebih banyak usaha. Sedangkan pada siswa sendiri, akan membuat dirinya lebih bersemangat untuk belajar, yang pada akhirnya nanti akan meningkatkan prestasi di bidang akademiknya.

e. Peran motivasi dalam pembelajaran

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 27-28), ada beberapa peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :

1) Dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seseorang yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, yang hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan kata lain, motivasi dapat menentukan hal apa di lingkungan seorang pelajar, yang dapat memperkuat dorongan belajarnya.

2) Memperjelas tujuan belajar

Hal ini erat kaitannya dengan makna dari belajar. Seseorang akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajarinya itu sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi orang tersebut. Sebagai contoh, seorang anak yang termotivasi belajar mesin bubut, dapat menumbuhkan bakat anak tersebut dalam pemesinan. Dalam suatu ketika, anak tersebut diberi tugas untuk membubut dan bisa. Dari pengalaman tersebut, anak akan makin termotivasi untuk belajar, karena walaupun hanya sedikit, anak tersebut telah mengetahui makna belajar.


(31)

16 3) Menentukan ketekunan belajar

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Hal ini mencerminkan bahwa motivasi untuk belajar akan mendorong seseorang tekun belajar, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, motivasi sangat berpengaruh terhadap katahanan dan ketekunan belajar. Berdasarkan dari beberapa peran motivasi diatas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku seseorang yang sedang belajar

f. Indikator motivasi

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 23), ada beberapa indikator motivasi belajar, yaitu :

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik

Keenam indikator diatas sangat berperan penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi di atas akan menjadi acuan dalam penelitian.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Menurut Nasution yang dikutip oleh Sanjaya, hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi belajar mengajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes


(32)

17

yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono yang dikutip Sanjaya, menyatakan hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru (http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html). Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008: 175), mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan individu. Berdasarkan berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami oleh seorang individu, sebagai akibat dari interaksi belajar yang dilakukan, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang dilakukan oleh guru.

Menurut Benyamin Bloom yang dikutip Nana Sudjana (2009: 22-23), secara garis besar mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afekfit, dan ranah psikomotoris.

1) Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek selanjutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek. Aspek tersebut antara lain yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.


(33)

18 3) Ranah psikomotoris

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Diantara ketiga ranah yang tersebut di atas, ranah kognitif yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

b. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Syaiful Bahri Djamarah yang mengutip dari Noehi Nasution, dkk. (2008: 175), memandang belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan bahwa ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching process, output, inviromental input, dan instrumental input. Masukan mentah (raw input) merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran. Di dalam proses belajar mengajar, ikut juga berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan dan sejumlah faktor instrumental yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang, antara lain :


(34)

19 1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu bagian kehidupan, karena di lingkunganlah seorang pelajar hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama kehidupannya, ia tidak akan bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah.

2) Faktor instrumental

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah instrumental. Hal ini dikarenakan dalam proses pencapaiannya diperlukan seperangkat kelengkapan, yang dapat diberdayagunakan menurut fungsinya. Seperti kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran, program sekolah yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar, sarana dan fasilitas yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar kemajuan anak didik dapat tercapai.

3) Kondisi fisiologis

Menurut Noehi Nasution yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (2008: 189), mengatakan bahwa kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak yang cukup gizi, mereka mudah mengantuk, cepat lelah dan sukar menerima pelajaran.


(35)

20 4) Kondisi psikologis

Faktor pskologis merupakan salah satu faktor yang berasal dari dalam individu dan merupakan faktor yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang murid. Faktor-faktor yang lain akan menjadi kurang berpengaruh jika faktor psikologis tidak mendukung.

Berdasarkan berbagai faktor yang telah dijelaskan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keempat faktor di atas, ternyata faktor psikologis merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan intensitas belajar seseorang. Dengan kondisi psikologis yang baik, maka akan membuat seseorang menjadi semangat dalam belajar, yang akan menjadikan pula intensitas belajarnya meningkat. Dengan demikian, akan meningkatkan hasil belajarnya.

5. Pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM)

Pada saat ini telah banyak kemajuan teknologi di dalam bidang pemesinan. Mulai dari mesin bubut, frais, dan milling yang tadinya manual, sekarang telah menggunakan kontrol berbasis bahasa numerik yang sering kita kenal dengan CNC. Walaupun telah mengalami perkembangan, ternyata mesin konvensionalpun masih banyak digunakan, dan masih digunakan sebagai acuan di Jurusan Pemesinan sebelum para murid melangkah menggunakan CNC. Berikut akan dibahas sekilas mengenai mesin bubut, frais dan gerinda.

a. Mesin bubut

Mesin bubut merupakan salah satu mesin yang digunakan untuk membuat benda yang berbentuk silindris seperti poros, bubut bertingkat, mengulir, dan sebagainya. Membubut pada prinsipnya ialah membuat benda bulat dengan


(36)

21

diameter tertentu dengan jalan penyayatan (Joko Darmanto, 2007: 48). Menurut Wirawan Sumbodo (2008: 229), ada beberapa kategori mesin bubut berdasarkan dimensinya, yaitu:

1) Mesin bubut ringan

Mesin bubut ringan dapat diletakan di atas meja, dan mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan. Benda kerjanya berdimensi kecil (mini). Jenis ini umumnya digunakan untuk membubut benda-benda kecil dan biasanya dipergunakan untuk industri rumah tangga (home industri). Panjangnya mesin umumnya tidak lebih dari 1200 mm, dan karena bebanya ringan dapat diangkat oleh satu orang.

2) Mesin bubut standar

Jenis mesin bubut sedang dapat membubut diameter benda kerja sampai dengan 200 mm dan panjang sampai dengan 100 mm cocok untuk industri kecil atau bengkel-bengkel perawatan dan pembuatan komponen. Umumnya digunakan pada dunia pendidikan atau pusat pelatihan, karena harganya terjangkau dan mudah dioperasikan.

3) Mesin bubut standar

Jenis mesin bubut mesin bubut standar disebut sebagai mesin bubut standar karena disamping memiliki komponen seperti pada mesin ringan dan sedang juga telah dilengkapi berbagai kelengkapan tambahan yaitu keran pendingin, lampu kerja, bak penampung beram dan rem untuk menghentikan mesin dalam keadaan darurat.


(37)

22 4) Mesin bubut berat

Mesin bubut berat digunakan untuk pembuatan benda kerja yang berdimensi besar. Mesin bubut berat terbagi atas mesin bubut beralas panjang, mesin bubut lantai, mesin bubut tegak.

Untuk dapat membubut dengan baik, kita harus dapat menghidupkan mesin dan dapat menentukan parameter-parameter pokok yang berpengaruh dalam proses pembubutan. Parameter tersebut antara lain penentuan pahat, putaran mesin dan kecepatan potong.

1) Menghidupkan mesin

Untuk dapat menghidupkan mesin, kita harus dapat mengenali

handle-handle untuk menghidupkan mesin. Hal ini dikarenakan pada setiap merk mesin,

peletakan handle-handlenya berbeda walaupun secara prinsipnya sama (Joko Darmanto, 2007: 48).

2) Menentukan pahat

Pahat bubut adalah alat penyayat atau alat potong yang digunakan pada mesin bubut. Pemilihan pahat bubut dapat dilakukan berdasarkan bahan, bentuk pahat dan sudut mata pahat (Eka Yogaswara, dkk., 2010: 9). Bahan pahat bubut dapat dipilih dan disesuaikan dengan benda kerja yang akan dibubut, yang mempunyai karakteristik antara lain tahan terhadap suhu tinggi, koefisien gesek rendah, mempunyai kekuatan geser yang tinggi, dan tidak mudah retak/pecah. Untuk menentukan bentuk mata pahat bubut yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan fungsi operasi pengerjaannya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi disfungsi pahat bubut.


(38)

23 3) Kecepatan potong

Pada saat proses pembubutan, pahat bubut memotong benda kerja yang berputar dang menghasilkan serpihan-serpihan potongan ynag menyerupai kawat yang disebut dengan chip/beram/tatal. Kecepatan potong adalah kemampuan mesin menghasilkan hasil bubutan tiap menit. Kecepatan potong tidak dapat kita tentukan secara sembarangan. Hal ini karena setiap benda kerja dan pahat bubut mempunyai standar kecepatan potong yang dapat kita lihat seperti pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Kecepatan Potong Material

Joko Darmanto (2007: 49) 4) Putaran

Putaran mesin pada mesin bubut, dapat kita hitung dengan menggunakan rumus :

1000. .

(Eka Yogaswara, 2010: 26) Dimana :

n : putaran mesin (rpm)

Jenis material Pahat HSS Pahat Carbide

Halus Kasar Halus Kasar

Baja Perkakas 75 – 100 24 – 45 185 - 230 110 – 140

Baja Karbon

Rendah 70 – 90 25 – 40 170 - 215 90 – 120

Baja Karbon

Menengah 60 – 85 20 – 40 140 - 185 75 – 110

Besi Cor Kelabu 40 – 45 25 – 30 110 - 140 60 – 75

Kuningan 85 – 110 45 – 70 185 - 215 120 – 150


(39)

24

Cs : cutting speed (m/menit) D : diameter benda kerja (mm)

π : konstanta/phi (3,14)

b. Mesin frais

Mesin frais adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja pemotongannya dengan menyayat/ memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak yang berputar/multipoint cutter (Wirawan Sumbodo, 2008: 278). Mesin frais merupakan jenis mesin perkakas yang sangat cepat berkembang dalam teknologi penggunaanya, yang dapat digunakan untuk membentuk dan meratakan permukaan, membuat alur, membuat roda gigi dan ulir, dan bahkan dapat digunakan untuk mengebor dan meluaskan lubang. Secara garis besar, mesin frais dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mesin frais horizontal dan mesin frais vertikal. Perbedaan dari kedua mesin tersebut hanyalah pada posisi spindelnya. Pada mesin frais vertikal, posisi spindelnya tegak.

Proses produksi pada mesin frais agar dapat berjalan dengan aman, maka kita harus memperhatikan parameter-parameter pemotongan mesin. Parameter tersebut antara lain adalah cutter, bentuk geometri pisau/cutter, jumlah putaran pisau, cutting speed, penyayatan/feed (Umaryadi, 2007: 25-28). Bahan cutter sangat berpengaruh terhadap kemampuan cutter dalam menyayat benda kerja, yang nantinya akan berpengaruh pada kecepatan potong benda kerja. Bentuk geometri cutter merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya kualitas hasil pengefraisan. Permukaan pisau yang harus diperhatikan adalah sudut tatal, sudut bebas sisi, sudut bebas depan, sudut bebas mata potong, dan sudut bebas


(40)

25

balakang. Jumlah putaran yang digunakan tergantung dari kecepatan potong dan diamater pisau. Perhitungan putaran secara prinsip sama dengan mesin bubut, yang berbeda adalah jika pada mesin frais diameter (D) merupakan diameter pisau. Kecepatan potong merupakan merupakan kecepatan gerak putar pahat. Besarnya kecepatan potong material telah ditentukan berdasarkan karakteristik dari material. Penyayatan (feed) merupakan rasio gerak benda kerja terhadap gerak putar pisau frais. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penyayatan antara lain yaitu kedalaman penyayatan, tipe pisau frais, bentuk pisau, material benda kerja, kekuatan dan keseragaman benda kerja, tipe permukaan finishing yang ditentukan, dan waktu pengerjaan.

c. Mesin gerinda

Menggerinda dapat diartikan sebagai menggosok, mengasah, menghaluskan permukaan dengan gesekan, melepaskan permukaan logam dengan batu gerinda yang berputar, meratakan dan menghaluskan permukaan benda kerja, baik permukaan lengkung maupun permukaan rata (Eka Yogaswara, dkk., 2010: 21). Ditinjau dari cara pengoperasian/ pelaksanaan penggerindaan perkakas potong, mesin gerinda perkakas terdiri atas mesin gerinda perkakas manual, biasa, dan universal (Eka Yogaswara, dkk., 2010: 8).

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat kita menggerinda adalah kita harus mengetahui identitas batu gerinda. Hal ini dimaksudkan, agar kita dapat memilih batu gerinda yang cocok digunakan sesuai dengan bahan/benda yang akan digerinda. Tanda/ identitas biasanya telah diberikan pabrik berupa kertas/karton


(41)

26

yang ditempelkan pada roda gerinda sesuai dengan standar internasional. Contohnya adalah :

A-36-L-5-V Mempunyai arti :

A = menunjukkan bahan butiran dari kouround biasa 36 = butiran nomor 36 termasuk pada butiran yang sedang L = menunjukkan tingkat kekerasannya sedang

5 = menunjukkan struktur butiran susunan normal/sedang V = menunjukkan bahan pengikat dari bahan vetrified/keramik d. Mesin sekrap

Mesin sekrap (shaping machine) sering disebut pula mesin ketam atau serut. Mesin ini digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung, cekung, beralur, dan lain-lain. Baik pada posisi mendatar, tegak, ataupun miring. Prinsip kerja mesin sekrap adalah benda yang disayat atau dipotong dalam keadaan diam (dijepit pada ragum) kemudian pahat bergerak lurus bolak-balik atau maju mundur dalam melakukan penyayatan (Widarto, 2008: 268). Mekanisme pengendalian pada mesin sekrap ada dua macam yaitu mekanik dan hidrolik. Pada mekanisme mekanik, roda gigi utama (bull gear) digerakkan oleh sebuah pinion yang disambung pada poros motor listrik melalui gear box dengan empat, delapan, atau lebih variasi kecepatan. Bagian-bagian utama dari mesin sekrap dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.


(42)

G Fungsi dari b sebagai berikut :

1) Badan mesin pengatur. 2) Meja mesin be

cekam. 3) Lengan berfun

dihubungkan di atas badan m 4) Eretan pahat b

untuk mengat pamakanan da bagian ujung dapat dimirin Kemiringan er

27

Gambar 1. Bagian Utama Mesin Sekrap i bagian utama mesin sekrap berdasarkan ga

in merupakan keseluruhan mesin tempat peng

berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan b

fungsi untuk menggerakkan pahat maju m dengan engkol menggunakan pengikat leng mesin dan dijepit pelindung agar gerakannya t berfungsi untuk mengatur ketebalan pemakana gaturnya yaitu dengan memutar roda pemu dapat dilihat pada skala nonius. Eretan pah

g lengan, dengan ditumpu oleh dua buah m ringkan untuk pemakananan bidang bersudu

eretan dapat dibaca pada pengukur sudut pada

gambar 1 adalah

enggerak dan tuas

benda kerja atau

mundur. Lengan ngan, yang berada ya lurus.

anan. Adapun cara mutar. Ketebalan ahat terpasang di mur baut. Eretan udut atau miring.


(43)

28

5) Pengatur kecepatan berfungsi untuk mengatur atau memilih jumlah langkah lengan mesin per menit. Pengaturan kecepatan harus pada saat mesin berhenti.

6) Tuas panjang langkah berfungsi untuk mengatur panjang pendeknya langkah pahat atau lengan sesuai panjang benda yang disekrap. Caranya adalah dengan mengendorkan pengikat lengan, kemudian memutar tap ke arah kanan atau kiri. Tuas posisi pahat berfungsi untuk mengatur kedudukan pahat terhadap benda kerja.

7) Tuas pengatur gerakan otomatis meja melintang. Untuk melakukan

pemakanan secara otomatis diperlukan pengaturan panjang engkol yang mengubah gerakan putar mesin pada roda gigi menjadi gerakan lurus.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fery Kartiningrum pada tahun 2007 dengan judul ” Model Pengajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VII Semester 2 SMP N 14 Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006” menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi peserta didik dengan rerata persentase peningkatan nilai antara nilai pre-test dengan post-test sebesar 32,49%. Ini membuktikan bahwa dengan metode pembelajaran Numbered Heads


(44)

29

Together siswa lebih dapat memahami suatu materi pembelajaran. Namun

dalam penelitian yang dilakukannya tidak meneliti motivasi.

2. Penggunaan metode Numbered Heads Together juga diterapkan dalam penelitian Masruhin Mufid (2007), dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII-A Mts Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007”. Skripsi. Penelitian yang dilakukannya juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Kerangka Berfikir

Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan sesuatu yang didambakan dalam pelaksanaan pendidikan. Agar pembelajaran berhasil guru harus membimbing siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan struktur pengetahuan bidang studi yang dipelajarinya. Untuk mencapai keberhasilan itu guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dalam kenyataanya, terkadang dalam prosesnya terdapat beberapa hambatan yang menyebabkan hasil yang ingin dicapai tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sebagai contoh fokus siswa yang terpecah pada hal-hal yang lain selain pada mata pelajaran seperti bermain dengan teman, dengan hp dll. Untuk mensiasati hal tersebut, perlu dilakukan pendekatan dalam pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran. Pendekatan pembelajaran inovatif dapat diterapkan untuk guru sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep materi dan sekaligus dapat meningkatkan


(45)

30

aktivitas siswa, serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan kreatifitas siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan bersosialisasi dengan teman. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.

Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu tipe model

pembelajaran yang merupakan struktur sederhana dan terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi siswa. Numbered Heads Together (NHT) juga merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Selain itu Numbered Heads Together (NHT) juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama antar siswa.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat diterapkan dalam mata pelajaran pengatahuan dasar teknik mesin.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah melalui implementasi model pembelajaran tipe Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMKN 2


(46)

31

2. Apakah melalui implementasi model pembelajaran tipe Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas X SMKN 2


(47)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini akan mencari sejauh mana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

Suharsimi Arikunto, dkk. (2007: 03) mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pada penelitian tindakan kelas tidak hanya mencakup materi atau topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba/ eksperimen ( Suharsimi Arikunto, dkk., 2007: 7).

Suharsimi Arikunto, dkk. (2007: 110) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :

1. Inkuiri reflektif, yaitu bahwa penelitian tersebut berangkat dari permasalahan pembelajaran yang dihadapi guru dan siswa sehari-hari yang didasarkan pada pelaksanaan tugas dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Kolaboratif yang merupakan upaya bersama dari guru dan peneliti untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.


(48)

33

3. Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan agar dapat memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.

Menurut Arikunto, dkk. (2007: 16), secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :

Gambar 2. Desain Penelitian 1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap awal perencanaan, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran. Hasil dari observasi tersebut menjadi dasar penyusunan perencanaan oleh penulis, yang bekerja sama dengan guru mata pelajaran dan dosen pembimbing. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan pada kondisi yang ada. Adapun rencana yang perlu dipersiapkan antara lain adalah instrumen pendukung yang nantinya

Perencanaan

SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan

Refleksi


(49)

34

akan digunakan untuk pengumpulan data dan perencanaan tindakan pada setiap siklus.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan. Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan harus mengacu pada program yang telah direncanakan. Siklus pertama merupakan awal tindakan dimana pada siklus ini menjadi patokan siklus berikutnya, apakah masih terdapat kekurangan pada siklus pertama atau tidak. Hal ini akan menjadi bahan evaluasi agar terjadi perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun rencana dari pelaksanaan tindakan ini berupa :

a. Kronologi proses pembelajaran di kelas.

b. Hasil observasi di dalam kelas tentang kegiatan siswa.

c. Peningkatan motivasi siswa terhadap pembelajaran yang disampaikan. 3. Pengamatan (Observing)

Kegiatan pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan terkait dengan tindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan pelaksanaan. Karena pengamatan dilakukan saat tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung pada saat yang sama.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahapan ini, dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika masih terdapat masalah, maka dilakukan proses pengkajian ulang. Dalam sebuah refleksi, terdapat beberapa kegiatan penting :


(50)

35

a. Merenungkan kembali mengenai kelebihan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan.

b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

c. Memikirkan solusi atas kekurangan yang muncul.

d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi. e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan. Hasil yang telah diperoleh akan dianalisis, selanjutnya dilakukan refleksi apakah langkah-langkah yang telah dilakukan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Jika masih belum, maka dilakukan perbaikan guna penyempurnaan pada siklus berikutnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pemesinan kelas X TP 4 SMK Negeri 2 Kebumen. Pemilihan SMK Negeri 2 Kebumen sebagai tempat penelitian karena penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) belum pernah dilaksanakan.

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret – April 2013. Sedangkan jadwal penelitian menyesuaikan dengan jadwal mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin di kelas X TP 4 SMK Negeri 2 Kebumen. C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TP 4 SMK Negeri 2 Kebumen. Adapun jumlah siswa kelas X TP 4 berjumlah 32 siswa.


(51)

36

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumentasi 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pada penelitian ini, menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data, antara lain :

a. Catatan lapangan

Kegiatan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung (Suharsimi Arikunto, 2007: 125). Catatan dibuat sebagai pengingat saat penelitian berlangsung.

b. Pengisian angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 2006: 151). Pengisian angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together (NHT).

c. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Adapun yang digunakan adalah posttest yang dilakukan pada setiap akhir proses pembelajaran, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan.


(52)

37 2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Angket

Angket pada penetitian ini dipergunakan untuk mengetahui respon dan motivasi siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT). Angket diberikan pada akhir pertemuan setiap siklusnya.

b. Soal tes

Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah posttest yang diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran pada setiap pertemuannya. Soal yang diberikan pada posttest berbeda setiap pertemuannya, yang mengacu pada materi yang diajarkan. Soal tes dalam penelitian ini dibuat oleh penulis yang kemudian divalidasi oleh dosen ahli dan dikonsultasikan pada guru mata pelajaran.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang dibuat oleh penulis berupa foto. Dokumentasi yang dilakukan akan digunakan untuk menggambarkan dan memperkuat analisis tentang proses pembelajaran yang terjadi.

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Instrumen yang digunakan untuk mengambil data yaitu berupa posttest untuk mengukur pemahaman materi, dan angket untuk mengukur motivasi belajar


(53)

38

siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT). Lembar evaluasi siswa yang berupa posttest ini digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif siswa. Soal posttest diajukan setelah pelaksanaan tindakan tiap pertemuan berakhir. Untuk mengetahui konsistensi dari instrumen yang digunakan, maka dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas. Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur (Sumarna Surapranata, 2006: 49-50). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sedangkan menurut Djaali dan Pudji Mudjiono (2008: 49), validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi, apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh dosen ahli. Validitas posttest yang digunakan dilihat dari kesesuaian antara butir soal dengan kisi-kisi soal. Validitas isi pernyataan angket motivasi yang digunakan dilihat dari kesesuaian antara isi pernyataan dengan indikator yang telah ditentukan.

Pertama, ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item tes yang akan divalidasi. Kemudian, ahli diminta untuk mengoreksi semua item yang telah dibuat, sehingga dikatakan bahwa item tersebut baik untuk digunakan sebagai


(54)

39

instrumen dari penelitian yang dilakukan. Hal yang sama berlaku untuk instrumen lembar kuisioner atau angket.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen, yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga ( Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Reliabilitas juga dapat diartikan sebagai tingkat keajegan atau kemantapan hasil, dari hasil dua pengukuran terhadap hal yang sama (Sumarna Surapranata, 2009: 90). Keandalan (reliability) adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi (M. Ngalim Purwanto, 2002: 139). Reliabilitas instrumen sangat dibutuhkan agar hasil yang dihasilkan dari penelitian dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

F. Teknik Analisis Data

1. Data yang diperoleh melalui angket untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa, dianalisa secara diskriptif dengan penskoran. Adapun langkah-langkah analisis tersebut sebagai berikut :

a. Masing-masing item pernyataan dikelompokkan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Menghitung jumlah skor masing-masing item pernyataan yang telah dikelompokkan sesuai dengan indikator motivasi belajar.


(55)

40

Tabel 2. Hasil Skor Angket Motivasi Belajar

(Djemari Mardapi, 2008: 123) Keterangan tabel :

X : skor yang dicapai siswa

Xr : rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas

SB : simpangan baku skor keseluruhan siswa dalam satu kelas

2. Data hasil belajar yang diperoleh melalui lembar posttest dianalisis secara diskriptif dengan menentukan effect size dengan rerata nilai posttest siklus 1 dan posttest siklus 2.

Menurut Robert Coe (2000: 2) effect size dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan : d = effect size m = rerata nilai δ = standar deviasi

Skor Kategori

X ≥ Xr+1.SBx Sangat Positif/ sangat tinggi Xr+1.SBx > X ≥ Xr Positif/ Tinggi

Xr > X ≥ Xr-1.SBx Negatif/ Rendah X < Xr-1.SBx Sangat negatif/ Rendah


(56)

41 Tabel 3. Kriteria dalam Effect Size

Ukuran efek Kategori

0 < d < 0,2 Sangat rendah 0,2 < d < 0,4 Rendah 0,4 < d < 0,6 Cukup 0,6 < d < 0,8 Tinggi

d > 0,8 Sangat tinggi

( E. Mulyasa, 2009: 59) G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan pembelajaran tipe Numbered Heads

Together (NHT) pada motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, indikator

keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada indikator yang telah ditentukan. Indikator keberhasilan lain yaitu terpenuhinya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku pada sekolah tersebut. Peningkatan prestasi belajar dapat dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa secara keseluruhan pada akhir siklus sudah mencapai rata-rata 70% yang merupakan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin pada kelas X di SMK Negeri 2 Kebumen.


(57)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai laporan hasil penelitian tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) yang telah dilakukan yang didalamnya meliputi hasil penelitian mulai dari tindakan pada siklus I dan siklus II, pembahasan hasil penelitian, serta keterbatasan dalam melakukan penelitian ini.

A. Hasil Penelitian

Pada hasil penelitian ini, akan dijelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan kegiatan penelitian yang direncanakan dengan tindakan sebanyak II siklus. Setiap siklus akan diawali dengan beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan tersebut meliputi beberapa hal yaitu perencanaan sebelum tindakan, pelaksanaan tindakan atau action, dilanjutkan melakukan observasi meliputi pemberian angket motivasi, dan hasil belajar siswa, serta langkah yang terakhir adalah refleksi. Secara detail akan dibahas di bawah ini :

1. Pelaksanaan Tindakan Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siklus I

Pada siklus I, ada empat tahapan yang harus dilalui. Adapun tahapan tersebut adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. a. Perencanaan

Pada tahap awal perencanaan, guru dan penulis terlebih dahulu menentukan pokok bahasan yang mengacu pada proses pembelajaran yang sedang


(58)

43

berlangsung. Kemudian, penulis menyusun RPP yang di dalamnya terdapat langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Setelah menyusun RPP, penulis dibantu oleh guru membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk memfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung. Pada penelitian ini, penulis juga menyusun lembar kuisioner berupa angket yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa. Instrumen kuisioner motivasi tersebut diberikan kepada siswa untuk diisi pada akhir tindakan setiap siklus. Penulis juga membuat instrumen tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, yang mengacu pada pokok bahasan pada setiap pertemuan. Selain itu, penulis juga mempersiapkan lay out ruangan yang nantinya akan digunakan untuk mendukung penerapan model pembelajaran dengan menggunakan Numbered Heads Together (NHT).

b. Tindakan

Proses pelaksanaan tindakan siklus I terbagi menjadi dua kali pertemuan, yang mana pada masing-masing pertemuan berlangsung selama 3 x 45 menit. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama 3x 45 menit

Proses tindakan yang dilakukan pada pertemuan I yaitu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I. Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dan guru mata pelajaran bertindak sebagai pengamat aktif. Mula-mula guru membuka pelajaran dengan salam, yang dilanjutkan dengan presensi dan menanyakan keadaan kelas untuk mengetahui peserta didik yang tidak masuk


(59)

44

sekolah dan apa alasannya. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menata meja dan kursi sesuai dengan lay out yang telah direncanakan oleh guru sebelumnya. Adapun penataan ruangan dapat dilihat seperti gambar di bawah.

Gambar 3. Lay Out Kelas Siklus I

Setelah penataan ruangan usai, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan pertama ini, antara lain menjelaskan definisi proses pembubutan, menyebutkan jenis-jenis mesin bubut berdasarkan dimensi, menyebutkan bagian-bagian mesin bubut beserta fungsinya, dan menyebutkan parameter-parameter dalam mesin bubut, yang diharapkan setelah pembelajaran ini, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Tindakan selanjutnya adalah, peserta didik dimotivasi dengan cara menunjukkan gambar mesin bubut pada slide. Lalu, siswa diberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan mesin bubut, seperti bagian-bagian mesin bubut. Kemudian, guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawabnya, dan jika siswa tersebut menjawab dengan benar, guru memberikan pernyataan


(1)

84 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) dengan

menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas X TP 4 dilakukan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklusnya, berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap pertemuannya berlangsung selama 3 x 45 menit. Pada siklus I belum mencapai hasil yang diinginkan, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Penghentian pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together hanya sampai pada siklus II, karena pada akhir siklus II telah mencapai hasil yang diinginkan oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan motivasi siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan pada msing-masing indikator motivasinya. Hasil belajar siswa juga meningkat yang ditunjukkan dengan besaran effect size yang tergolong sangat tinggi.

2. Pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM) dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), dapat meningkatkan motivasi siswa. Data menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran yang terdiri dari 6 indikator motivasi, mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Peningkatan motivasi siswa disebabkan karena pada model pembelajaran yang baru ini


(2)

85

menuntut siswa untuk lebih memahami materi yang telah disampaikan, sehingga membuat mereka mempunyai motivasi lebih pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Penerapan model pembelajaran yang baru, yaitu Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa yang semula pada siklus I sebesar 6,67 meningkat menjadi 7,70 pada siklus II. Efek dari penerapan model pembelajaran ini juga dapat dilihat dari besaran effect size yang tergolong dalam kategori sangat tinggi, yaitu sebesar 2,56.

B. Implikasi

Perolehan hasil penelitian dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut : 1. Inovasi model pembelajaran seperti halnya pembelajaran tipe Numbered

Heads Together (NHT) hendaknya dapat diterapkan oleh guru sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Penerapan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT)

menuntut guru agar lebih pandai dalam memotivasi peserta didiknya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut penulis sampaikan beberapa saran dalam upaya perbaikan penelitian yang akan datang yaitu :


(3)

86

1. Pada saat menyampaikan materi hendaknya tidak hanya menggunakan satu media pembelajaran, agar pembelajaran lebih menarik dan membuat siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.

2. Untuk lebih memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, hendaknya guru selain memberikan penghargaan verbal, sebaiknya juga memberikan reward bagi siswa.

3. Bagi peneliti berikutnya yang tertarik menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT), sebaiknya tidak hanya dilakukan sebanyak dua siklus, agar mendapatkan komposisi yang terbaik dalam menerapkan model pembelajaran ini.


(4)

87

DAFTAR PUSTAKA

Afriadi Ahsan. (2008). Numbered Heads Together. Diakses dari http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2011/08/numbered-head-together-nht.html. pada tanggal 03 Mei 2012, jam 10.30 WIB. Alit Adi Sanjaya. (2011). Model Pembelajaran Konvensional. Diakses dari

http://alitadisanjaya.blogspot.com/2011/07/model-pembelajaran-konvensional.html. pada tanggal 05 Februari 2014, jam 10.30 WIB. Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach (Belajar Untuk Mengajar).

Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coe, Robert. (2000). What is an ‘Effect Size’?. Diakses dari http://www.ncddr.org/pd/workshops/07_12_05sr2/9.1_Coe_2000_12050 7.doc . pada tanggal 04 Mei 2012, jam 08.00 WIB.

Depdiknas. (1990). Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 Tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Djaali & Pudji Muljono. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

Djemari Mardapi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

E. Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eka Yogaswara. (2010). Menggunakan Mesin Bubut (Kompleks). Bandung: CV Armico.

Eka Yogaswara, dkk. (2010). Menggerinda Pahat dan Alat Potong. Bandung : CV. Armico.

Fery Kartiningrum. (2007). Model Pengajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VII Semester 2 SMP N 14 Pekalongan Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi. UNNES. Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang


(5)

88

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif meningkatkan Kecerdasan Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Joko Darmanto. (2007). Bekerja dengan Mesin Bubut. Bogor: Ghalia Indonesia Printing.

Masruhin Mufid. (2007). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII-A Mts Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. UNNES.

M. Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sanjaya. (2012).Pengertian Hasil Belajar. Diakses dari

http://ppg-pgsd.blogspot.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html. pada tanggal 03 Mei 2012, Jam 11.56 WIB.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sumarna Surapranata. (2009). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan interpretasi Hasil Tes Implemetasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syaiful Bahri Djamarah. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Umaryadi. (2007). Bekerja dengan Mesin Frais. Bogor: Ghalia Indonesia Printing.

Widarto, dkk. (2008). Teknik Pemesinan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.


(6)

89

Wirawan Sumbodo. (2008). Teknik Produksi Mesin Industri. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.


Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Penerapan modal pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa

1 5 88

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR.

0 3 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS.

3 10 76

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 3 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM REFRIGERASI.

0 0 32

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (nht) untuk meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar siswa kelas x SMA Negeri 2 Klaten pada mata pelajaran ekonomi.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN DASAR TEKNIK MESIN SMK N 1 PURWOREJO.

35 243 179