Analisis Psikologi Tokoh Hashio Mizouchi Dalam Novel Coin Locker Babieskarya Ryu Murakami.

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAM NOVEL “COIN LOCKER BABIES” KARYA RYU MURAKAMI

RYU MURAKAMI NO SAKUHIN NO “COIN LOCKER BABIES” TO IU SHOUSETSU NI OKERU HASHIO MIZOUCHI TO IUSHUJINKOU NO

SHINRITEKINA BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh : Aprillia Fransiska

Nim : 100708060

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAM NOVEL “COIN LOCKER BABIES” KARYA RYU MURAKAMI

RYU MURAKAMI NO SAKUHIN NO “COIN LOCKER BABIES” TO IU SHOUSETSU NI OKERU HASHIO MIZOUCHI TO IU SHUNJIKOU NO

SHINRITEKINA BUNSEKI SKRIPSI

Skripsi ini diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi persyaratan

mengikuti ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang Disusun Oleh:

APRILLIA FRANSISKA 100708060

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP : 19600919 1988 03 1 001 NIP : 19691011 2002 12 1 001 Mhd. Pujiono, S.S, M.Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 2014

Departemen Sastra Jepang Ketua,

NIP : 19600919 1988 03 1 001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum


(4)

PENGESAHAN Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya

Pada Hari : Tanggal :

Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

NIP : 19511013 1976 03 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ( )

2. ( )


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 8

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 10

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.6. Metode Penelitian ··· 15

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL COIN LOCKER BABIES DAN PSIKOANALISA SIGMUD FREUD 2.1 Defenisi Novel ··· 17

2.2 Unsur Intrinsik 2.2.1. Tema ··· 18

2.2.2. Plot ··· 21

2.2.3 Tokoh ··· 22

2.3 Unsur Ekstrinsik 2.4 Setting dalam Novel “COIN LOCKER BABIES” 2.4.1 Latar Tempat ··· 24


(6)

2.4.2 Latar Waktu ··· 25

2.4.3 Latar Sosial ··· 25

2.5 Psikoanalisa Sigmud Freud ··· 26

2.5.1 Psikoanalisa sebagai Teori Kepribadian ··· 29

2.5.2 Sistem Kepribadian ··· 30

a. Id ··· 30

b. Ego ··· 31

c. Super Ego ··· 32

2.5.3 Dinamika Kepribadian ··· 33

a. Naluri (Insting) ··· 34

b. Kecemasan ··· 35

2.6 Biografi Pengarang ··· 36

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAMNOVEL “COIN LOCKER BABIES 3.1 Ringkasan Novel ··· 38

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Hashio Mizouchi ··· 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ··· 60

4.2 Saran ··· 62

DAFTAR PUSTAKA


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini .

Atas berkat rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAM NOVEL COIN LOCKER BABIESKARYA RYU MURAKAMI”, yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik moril dan materil. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. selaku ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai Dosen Pembimbing Iyang telah banyak memberikanbimbingan


(8)

dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini dan meluangkan waktunya membaca serta mengoreksi skripsi ini, sehingga selesai. 3. Bapak Mhd.Pujiono,S.S,M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah demikian besar meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dan selalu memberikan nasehat, masukan dan arahan dengan sabar, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

4. Dosen penguji yang telah menyediakan waktunya untuk membaca dan menguji skripsi ini. Bapak/Ibu para dosen pengajar Fakultas Ilmu Budaya, khususnya Dosen-Dosen Sastra Jepang yang telah memberikan pengetahuan tentang bahasa, sastra dan budaya Jepang, serta kepada staf pegawai Sastra Jepang.

5. Orang Tua wali penulis, Alm. Ayahanda Suhardi dan Alm. Ibunda tercinta Wiwin Swandari terima kasih atas semua pengorbananmu dan kasih sayang yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu , dan untuk Orang Tua Wali penulis, Lilis Sukeksi dan Tedi Gunawarman yang selalu mendoakan penulis agar selalu sehat, memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga sampai saat ini, yang tidak akan mampu penulis balas sampai kapanpun juga.

6. Buat teman-teman kesayangan penulis di SMA Sutomo 1, terutama : Bowo, Dhinda, Cici, Irene, Khanda, Silvia, Tyo, dan Zizi walaupun sudah masuk dunia perkuliahan masih saja akrab dan tetap rame serta kompak selalu.


(9)

7. Buat teman-teman dekat penulis Anda, Arief, Feberlina, Ferry, Fitri, Nina, Rika, Ola, dan Onesi terima kasih karena sudah menghibur dan memberi semangat penulis selama ini.

8. Teman-teman seperjuanganku di stambuk2010 di Sastra Jepang yang tidak dapat di sebutkan satu persatu. Terima kasih karena banyak memberikan bantuan dan juga do’a kepada penulis.

9. Terima kasih juga buat bang Joko yang sudah banyak membantu dalam proses penyelesain skripsi tepat waktu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Jepang. Semoga kiranya Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan,

Penulis,


(10)

ABSTRAK BAHASA INDONESIA

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAM NOVEL COIN LOCKER BABIES KARYA RYU MURAKAMI

Novel Coin locker Babieskarya Ryu Murakami merupakan salah satu novel yang banyak dibaca di Jepang, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Novel ini menceritakan dua orang anak laki-laki yang semasa kecilnya dibuang oleh ibu kandungnya di loker sewaan di stasiun kereta api,dan menghabiskan masa kecilnya di panti asuhan, sebelum akhirnya diangkat anak oleh sebuah keluarga. Tokoh Hashi menghidap penyakit sindrome autisme sehingga ia susah diterima dikalangan sosialnya dan hanya selalu bermain dengan dunia imajinasinya tanpa melibatkan orang lain disekitarnya.

Di dalam cerita penulis hanya meneliti satu tokoh saja yang bernama Hashio Mizouchi.Lalu ketika Hashi beranjak remaja, iameninggalkan kampung halaman dipulau dan pergi ke kota besar di Tokyo. Sejak saat itu, ada terbesit keinginan Hashi untuk memulai pencarian terhadap wanita yang telah membuang dirinya ke dalam loker sewaan dan mengabaikan semasa kecilnya dulu sekaligus menyusun rencana untuk menghabisinya.

Novel inijuga mengungkapkan tokoh cerita yang kurang memiliki kasih sayang dari seorang ibu dari ketika masih bayi hingga beranjak dewasa. Dikarenakan pada waktu kecil tidak mendapatkan sikap Amae, maka dari itu timbulnya keinginan dari dalam hati Hashi untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari ibu kandungnya. Amae diartikan sebagai suatu hubungan yang manis antara ibu dengan bayinya yang di


(11)

mana sikap Amae ini tidak pernah Hashi dapatkan dari ibunya. Dilihat dari uraian diatas menunjukkan adanya kurang kasih sayang dari seorang ibu yang dialami oleh Hashi sehingga terjadi tindakan dari prilaku tokoh Hashi yang abnormal, seperti membunuh wanita yang sedang hamil, memotong lidahnya sendiri, mengiris urat nadinya sendiri, dan membunuh Neva istrinya beserta bayi yang berada di dalam perut Neva, maka ilustrasi ceritanya sebagai berikut :

Hashi beranggapan ada seekor lalat yang menyerupai wajah manusia yang menyuruhnya untuk melakukan semua perintahnya, agar Hashi bisa mendengar suara detak jantung yang selalu membuatnya nyaman dan suara detak jantung itu selama ini berusaha untuk ia cari dengan cara apapun. Sebenarnya Hashi tidak mau melakukannya tapi apabila Hashi tidak melakukan semua perintah lalat itu Hashi tidak akan pernah mendengar suara detak jantung dan ia akan berakhir menjadi lalat yang berwajah manusia. Uraian di atas menunjukkan adanya perilaku tokoh Hashi yang mendapatkan gangguan tidak wajar dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk membahas dan menunjukkan adanya masalah psikologis dalam novel Coin Locker Babie dari tokoh Hashi penulis menggunakan struktur jiwa, dinamika kepribadian dari teori Sigmud Freud dan teori semiotik. Dimana struktur jiwa manusia terbagi dari : id, ego dan super ego. Dinamika kepribadian terbagi dari : kecemasan dan insting, insting juga terbagi dua ada insting mati dan insting hidup. Untuk menunjukkan adanya struktur jiwa dan dinamika kepribadian dari tokoh Hashi yang mengarah ke tindakan psikologis, maka penulis mengambil beberapa cuplikan sebagai berikut :“Tapi kalau dipikir-pikir lagi, jika dia memang ibu kandungku, mungkin aku akan membunuhnya.”Terlihat tindakan dari


(12)

Id dan insting mati lebih kuat dari pada ego dan super ego dengan niat ingin membunuh.“Aku sudah tidak mau berhubungan dengan pria lagi,” kata Hashi.Cuplikan ini mengarah ke dalam ego, yang berpedoman dengan prinsip realita seharusnya seorang pria harus menyukai lawan jenis.CuplikanKatanya aku harus membunuh orang yang paling ku cinta di seluruh dunia, sehingga keinginanku akan terkabul.Cuplikan ini mengarah kepada perilaku id dan insting mati.Cuplikan Aku harus membunuh Neva, pikirnya, dan itu sangat mengerikan; berikan aku kekuatan untuk mengatasi ketakutan dan penderitaan ini.Cuplikan ini mengarah kepada rasa kecemasan yang disebabkan ia tidak memiliki kekuatan untuk melakukan hal itu, maka ia meminta agar diberi kekuatan. Cuplikan Hashi mengepalkan tangan kirinya, mengambil pisau diatas meja, lalu mencoba mengiris urat nadinya.Hal ini menunjukkan adanya perbuatan id yang mengarah ke insting mati.

Dari beberapa cuplikan di atas ternyata tokoh Hashi banyak mengarah ke prilaku id dan insting mati dibandingkan dengan ego, super ego maupun insting hidup serta kecemasan.Novel juga ternyata mengungkapkan bagaimana sikap dari seorang anak yang tidak diurus, diabaikan, dan dibuang oleh seorang ibu mengakibatkan seorang anak tidak mendapatkan sifat Amaedan dapat mempengaruhi psikologis anak yang berdampak buruk.

Maka dari itu diharapkan bagi pembaca khususnya ibu-ibu agar memperhatikan, menyayangi dan mengurus anak dengan sebaiknya sehingga antara ibu dan anak mempunyai ikatan batin yang kuat. Jangan membiarkan seorang anak merasa kehilangan sosok panutan dalam hidupnya tanpa hadirnya


(13)

seorang ibu disampingnya karena dengan begitu anak kita akan merasa dekat dan terlindungi.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara maju yang telah diakui banyak negara dimulai dari pendidikan, teknologi, dan sastrawan-sastrawan yang mana karya-karyanya telah dibaca dan diterjemahkan kedalam berbagai banyak bahasa. Selain itu, jepang juga kaya akan tradisi yang kental dan kebudayaannya yang sangat unik. Oleh karena itu, negara jepang terlihat memiliki karakteristik dan daya tarik tersendiri.Dinegara Jepang mempunyai dua jenis kesusastraan yaitu kesusastraan lisan yang disebut dengan koosho bungaku dan kesusastraan tulisan yang disebut dengan kisai bungaku.

Sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya, (Purwandari, 2012:121). Tujuannya yaitu bermaksud membantu manusia mempelajari makna yang tersirat dalam sastra, memberi makna eksitensinya, dan mempermudah mempelajari suatu kebenarannya. Aspek bahasa merupakan hal yang dapat dibedakan dari segi keartistikannya dengan yang lain.

Sastra adalah karya tulisan yang halus (bellle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa, harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dipanjangtipiskan, dan diterbalikan, dijadikan ganjil.


(15)

(http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/)

Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang besifat fiksi dan non fiksi.Karya sastra yang bersifat non fiksi itu berupa cerpen, essai, cerita rakyat, dan novel.Sedangkan karya sastra non fiksi berupa lagu, drama, dan puisi.Saat ini karya sastra yang paling banyak diminati salah satunya adalah novel.Novel banyak diminati karena bahasanya yang mudah dimengerti, isinya menarik yang lebih menceritakan tentang kehidupan nyata dan imajinatif/khayalan.

Novel merupakan salah satu contoh dari karya sastra fiksi yang memiliki dua unsur yang mempengaruhi dalam membuat karya sastra tersebut, yaitu unsur intristik dan unsur ekstrinsik.Menurut Padi (2013:4) yang dimaksud dengan unsur intristik adalah unsur yang membangun suatu karya sastra dari dalam sastra itu sendiri. Unsur-unsurnya misalnya tema, latar, plot, sudut pandang penceritaan, penokohan/perwatakan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain lain. Salah satu unsur pembangun fiksi di novel adalah tokoh.

Tokoh adalah pelaku yang mengambil peranan penting dalam karya sastra.Dalam mendeskripsikan tokoh, pengarang mempunyai kebebasan menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai dengan keinginannya, permasalahan yang telah dihadapi, bagaimana perwatakannya, kondisi psikologis dan lain sebagainya.

Kemudian yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar sastra. Diantaranya tradisi sastra, kapan karya sastra itu dibuat, latar belakang kehidupan pengarang, latar belakang sosial pengarang, latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang.Dengan demikian, untuk


(16)

melakukan pendekatan terhadap unsur ekstrinstik diperlukan bantuan-bantuan ilmu lain seperti : agama, sosial, filsafat, ekonomi, sosiologi, dan psikologi.

Dalam analisis ini, penulis menggunakan psikologi sastra sebagai salah satu unsur ekstrinsik yang digunakan untuk menganalisis isi novel.Berbicara tentang psikologi berarti berbicara tentang kehidupan manusia, Secara harafiah psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.

Psikologi dalam karya sastra tersebut merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi jalan cerita dari karya tersebut.Psikologis tokoh merupakan kebebasan pengarang menampilkan bagaimana psikologis tokoh sehingga menjadi sejalur dan serasi.Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih

jauh diperlukan psikologis. Pengertian Psikologi (http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/), mengatakan psikosastra atau

psikologi sastra adalah suatu telaah mengenai sastra berdasarkan fungsi dan nilainya dalam kaitannya dengan perkembangan bahasa, perkembangan berpikir/bernalar, perkembangan kepribadian, dan perkembangan sosial, berdasarkan ciri-ciri dan implikasinya dalam pengajaran sastra.

Menurut Muhibbinsyah (2001:7), Psikologis adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup manusia baik selaku individu maupun sekelompok, dalam hubungannya dengan lingkungnnya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi : perbuatan, berbicara, duduk, berjalan, dan lain sebagainya, sedangkan Tingkah laku tertutup meliputi : berpikir, berkeyakinan, berperasaan, dan lain sebagainya.


(17)

Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan kreaktifitas dalam berkarya. Begitu pula pembaca, ketika menilai suatu karya juga tak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Tergantung pengalaman pribadi dan pengalaman hidup di sekeliling pengarang, yang akan dituangkan secara imajinasi kedalam sebuah sastra. Karya yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh (Endraswara, 2013:96).

Sigmud Freud dalam Alwisol (2009:13), mengemukakan gagasannya bahwa tingkat kesadaran yang berisi merupakan semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.Maksudnya, sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran. Dalam kajian psikologi sastra, akan dijelaskan psikoanalisa kepribadian yang dilihat dari tiga unsur kejiwaaan, berupa id, ego dan super ego. Dari ketiga kepribadian ini saling berhubungan dan membentuk keseluruhan serta tingkah laku manusia yang tak lain merupakan suatu keterkaitan dari ketigannya.

Sebagai contoh seperti penulis dapatkan pada tokoh Hashio Mizouchi dalam novel terjemahan Bahasa Indonesia karya Ryu Murakami terdiri dari 550 halaman yang berjudul “Coin Lokers Babies”.Coin Lokers Babies merupakan salah satu novel yang banyak dibaca dijepang novel ini mengungkapkan tokoh cerita yang kurang memiliki kasih sayang dari seorang ibu. cerita fiksi ini diperlihatkan dimana tokoh yang bernama Hashio Mizouchi dan temannya


(18)

Kikuyuki Kuwayama, sebagai dua anak laki-laki yang semasa bayi dibuang ke loker sewaan di stasiun oleh ibu mereka masing-masing, menghabiskan waktu masa kecil mereka di panti asuhan, sebelum akhirnya diangkat anak oleh sebuah keluarga.

Di dalam analisis ini penulisakan membahas psikologis tokoh, Hashio Mizouchi. Dalam novel ini diceritakan tokoh Hashi dan Kiku, menghidap penyakit sindrom autisme sehingga mereka susah diterima dikalangan sosialnya dan hanya selalu bermain serta menghabiskan waktu berdua dengan dunia mereka tanpa melibatkan orang disekitarnya. Dikarenakan pada waktu kecil tidak mendapatkan sikap Amae, maka dari itu timbulnya keinginan dari dalam hati Hashi untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari ibunya. Namun ketika beranjak remaja, Hashi meninggalkan kampung halaman dipulau dan pergi kekota besar.Sejak saat itu, ada terbesit keinginan Hashi untuk memulai pencarian terhadap wanita yang telah mengabaikannya semasa kecilnya dulu sekaligus menyusun rencana untuk menghabisinya.

Maka dari itu banyak timbul dinamika kepribadian Hashi yang menyimpang, dimulai dari menyakiti dirinya sendiri, berhalusinasi, merubah penampilannya menjadi wanita dan adanya keinginan Id dari tokoh Hashi untuk selalu membunuh wanita yang sedang hamil untuk dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya, tetapi Hashi harus mengakui bila ia berada dengan wanita yang lebih tua dari dirinya Hashi merasa nyaman dan merasa terlindungi.


(19)

Kondisi psikologis tokoh Hashi inilah membuat ketertarikan penulis untuk meneliti dan menganalisis dengan maksud dapat memberikan informasi dan akhir cerita kepada pembaca tentang psikologis Hashi yang digambarkan oleh Ryu Murakami dalam karya sastranya. Setelah penulis baca dan pahami ternyata novel ini juga mengandung budaya Amae (sikap ketergantungan yang manis antara ibu dengan bayinya) dan berpengaruh terhadap kejiwaan psikologis pada tokoh Hashi, yang tidak didapatkan oleh Hashi ketika ia masih bayi sampai beranjak dewasa. Dengan demikian penulis memilih judul “Analisis Psikologis Tokoh Hashio Mizouchi dalam Novel “Coin Locker Babies” Karya Ryu Murakami”.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan mengangkat judul skripsi “Analisis Psikologis Tokoh Hashio Mizouchi dalam Novel Coin Locker Babies Karya Ryu Murakami” yang terdiri dari 550 halaman yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, maka didalam skripsi ini akan dibahas mengenai psikologis tokoh melalui kesehariannya. Tokoh dalam novel Coin Locker Babies yang bernama Hashio Mizouchi digambarkan oleh Ryu Murakami seorang anak laki-laki yang telah dibuang semasa bayinya oleh ibu kandungnya di loker sewaan di dekat stasiun. Kemudian, ia dibesarkan di panti asuhan dan pada akhirnya ia diadopsi oleh orang tua angkatnya, sosok Hashi memiliki sindrom autisme sejak lahir dikarenakan pada waktu kecil tidak mendapatkan sikap Amae (sikap ketergantungan yang manis antara ibu dengan bayinya), maka dari itu timbulnya keinginan dari dalam hati Hashi yang termasuk katagori Iduntuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang selama ini tidak ia


(20)

dapatkan dari ibunya dengan cara berniat mencari ibu kandungnya lalu menghabisinya.

Selain itu, perasaan tekanan batin, pikiran-pikiran yang selalu muncul tiba-tiba dan terucapkan tanpa disadari oleh dirinya yang mengakibatkan Hashi berhalusinasi seperti orang gila, merasa cemas, ketakutan akan suara dengungan lalat yang menurut Hashi wajahnya menyerupai manusia serta Hashi beranggapan seekor lalat itu lah yang suka memerintahkan apa yang ada di dalam pikirannya bahkan sampai melakukan tindakan tidak normal seperti : memotong lidahnya sendiri, membunuh istrinya dalam keadaan sedang hamil, membunuh seorang wanita yang sedang hamil ketika bertemu dijalan, memotong urat nadinya dan lain sebagainya.

Untuk menunjukkan adanya sikap Id, Ego, Super Ego dan Naluri serta Kecemasan,penulis akan mengambil cuplikan yang menunjukan indeksikal adanya sikap dari tokoh Hashi ingin memiliki seseorang ibu yang tidak dia miliki dengan hal yang tak wajar yaitu dengan cara membunuh lalu mengambil jantungnya, untuk bisa mendapatkan suara detak jantung yang selalu didengarnya ketika masih di dalam kandungan ibunya dan di ruangan psikiater di mana pada saat itu Hashi melakukan terapi penyakit autisme saat masih kecil ketika berada di panti asuhan. Setelah mendengar suara detak jantung tersebut membuat Hashi merasa nyaman seperti seorang bayi yang baru dilahirkan dan selalu merasa dekat dengan ibunya.

Maka dari itu penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :


(21)

1.Bagaimana tindakan psikologis yang dilakukan tokoh Hashio Mizouchi yang digambarkan dalam novel “Coin Locker Babies” karya Ryu Murakami ?

2. Keadaan psikologis yang bagaimana dialami oleh Hashio Mizouchi yang diungkapakan oleh Ryu Murakami melalui pendekatan Sigmud Freud ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang disampaikan,maka penulis perlu dengan adanya ruang lingkup, untuk membatasi agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan berkembang jauh. Penelitian ini hanya membahas masalah tentang psikologis yang berkaitan dengan id, ego, dan super ego, naluri (insting) hidup/kematian dan kecemasan yang masing-masing dialami oleh tokoh Hashi dalam novel Coin lockers Babies karya Ryu Murakami, digambarkan seorang anak laki-laki autisme yang semasa bayinya dibuang di loker sewaan oleh ibu kandungnya. Hashio Mizouchi namanya, melakukan pencarian terhadap wanita yang telah membuangnya dan menyusun rencana untuk menghabisinya. Tetapi disisi lain sebenarnya Hashi merasa nyaman dan terlindungi apabila berada di dekat wanita yang usianya terpaut jauh dari dirinya, karna ia merasa nyaman dan terlindungi.

Hal ini disebabkan karena Hashi tidak memiliki sikap Amae dari seorang ibu maka dari itu apa yang ada di dalam pikiranya selalu bertetangan dengan alam bawah sadarnya. Namun, selalu ada keinginan untuk dapat membunuh wanita apalagi dalam keadaan sedang hamil.Hashi membunuh wanita yang sedang hamil


(22)

hanya untuk mengambil jantung dan mendengar suara detak jantungnya saja. Setelah Hashi berhasil mengambil jantung dan mendengar suara detak jantung orang yang telah dibunuhnya Hashi akan merasa nyaman seperti seorang bayi yang baru dilahirkan. Namun ketika Hashi sudah merasa nyaman Hashi menyadari perbuatannya dan menyesali apa yang telah dilakukannya.

Penulis hanya menggunakan satu tokoh yaitu tokoh yang bernama Hashio Mizouchi. Walaupun sebenarnya di dalam novel ada beberapa tokoh, salah satunya yaitu Kikuyuki Kuwayashi dan tokoh lainnya yang ikut membantu membangun dalam cerita. Namun, penulis lebih memilih untuk menganalisis tokoh yang bernama Hashio Mizouchi dikarenakan psikologis dan tekanan batin serta dideskripsikan tingkah laku yang abnormal Hashi lebih banyak digambarkan di dalam novel tersebut, dibandingkan dengan Kikuyuki Kuwayashi yang hanya sedikit diceritakan di dalam novel beban psikologisnya. Maka dari itulah penulis tertarik untuk membahas dan menganalisis tokoh Hashio Mizouchi.

Analisis ini ditujukan kepada bagaimana kondisi psikologis Hashio Mizouchi terhadap tekanan batin dan halusinasi serta pikiran-pikiran yang tanpa disadarinya. Penulis akan menganalisis tokoh dengan cara mengambil beberapa cuplikan yang terdapat di dalam novel lalu menganalisis tentang kaitannya dengan psikologis. Dengan menggunakanteori psikoanalisa Sigmud Freud dan pendekatan semiotik sebagai bahan acuan untuk membahas dan memperjelas analisis psikologi tokoh dalam novel Coin Locker Babies.Penulis juga menjelaskan mengenai definisi novel, setting novel Coin Locker Babies, psikoanalisa Sigmud Freud dan biografi pengarang.


(23)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

Salah satu unsur intristik yang sangat penting dalam sebuah karya sastra yaitu tokoh, terlebih tokoh utama.Tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Tokoh dalam karya sastra mempunyai peranan yang paling menonjol untuk mengisi jalannya sebuah cerita dalam novel. Bila tokoh tidak ada maka novel tersebut tidak menarik isinya dan tidak tahu arah jalannya bagaimana.Unsur tokoh mengandung dua makna.Pertama, perwatakan sebagai dramatik pesona yang menunjuk pada pribadi yang mengambil bagian didalamnya.Kedua, menunjukan kualitas khas perwatakan pada pribadi tertentu, (Samad, 1997:58).Tokoh cerita menduduki posisi sebagai pembawa dan penyampai pesan, moral, amanat, dan sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Menurut Nurgiyantoro (1995:165) tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakannya.Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa antara tokoh dan karakternya berhubungan erat dengan para pembaca.

Oleh karena itu, penulis akan menggunakan teori dalam psikoanalisa yang telah dikemukakan oleh Sigmud Freud dalam Alwisol(2009:5) dengan teori struktur kepribadian, yang mengatakan bahwa struktur kepribadian manusia terdiri dari 3 aspek yaitu : id, ego, dan super ego. dan dinamika kepribadian terdiri dari insting hidup dan insting mati serta kecemasan.Suatu karya sastra dianggap


(24)

baik apabila karya sastra tersebut dapat menggambarkan kekacauan di dalam batin manusia.Karena pada dasarnya kehidupan manusia ituperjuangan dalam menghadapi kekacauan batinnya sendiri.

Di dalam novel Coin Locker Babies karya Ryu Murakami ini dapat dilihat bahwa tokoh utama Hashi suka sekali melakukan tindakan abnormal terutama selalu membunuh wanita yang sedang hamil, hanya mengambil jantung untuk mendengarkan suara detak jantungnya saja. sebenarnya dari awal tidak berniat untuk menjadi seorang pembunuh, tetapi Hashi beranggapan ada seekor lalat yang menyerupai wajah manusia yang menyuruhnya untuk melakukan hal yang tidak wajar. Selain beranggapan dari sekor lalat yang berwajah manusia mengendalikan pikirannya, hal lain yang timbul karena adanya obsesi Hashi ingin mempunyai ibu sekaligus diberikan kasih sayang dari seorang ibu yang sayangnya tidak Hashi dapatkan ketika waktu kecil.

b. Kerangka Teori

Dalam meneliti suatu karakter tokoh karya sastra berarti harus menggunakan teori sastra, yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya tersebut. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan psikologis dan pendekatan semiotik.

Menurut Atar Semi (2012:96) pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia.Selain itu pendekatan psikologis sastra menurut Endraswara (2013:96) adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Lalu untuk mengetahui beban psikologis tokoh, penulis akan


(25)

menggunakan teori semiotik yang artinya adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susatra sebagai alat kominikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun (http://anniunni.blogspot.com/2012/08/pendekatan-struktural-semiotik.html).

Sedangkan menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (1995:40) semiotik adalah ilmu atau metode analisa untuk mengkaji tanda.

Berdasarkan dari teori semiotik di atas, penulis dapat mengidentifikasikan sikap dan kondisi tokoh ke dalam tanda. Tanda-tanda yang terdapat disebuah novel akan dipilih bagian-bagian mana saja yang merupakan tindakan tokoh yang menggambarkan psikologis tokoh tersebut. Lalu ketika sudah ditemukan tanda yang menunjukan psikologis tokoh tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan psikologis dari teori psikoanalisa Sigmud Freud.

Menurut psikoanalisa Sigmud Freud dalam Koswara (1991:32-35) struktur kepribadian manusia berisikan 3 yaitu id, ego dan super ego.Dimana menurut Freud pengertian Id adalah struktur kepribadian paling mendasar yang ada sejak manusia dilahirkan.seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan dengan segera. Ego itu berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia.

Super ego, berkembang dari ego ketika manusia memahami makna dari nilai baik buruk dan moral.Super ego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral.Apabila terjadi pelanggaran nilai, super


(26)

ego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Dalam teori psikoanalisa Freud juga membagi dinamika kepribadian yaitu naluri (insting) dan kecemasan. Menurut Freud dalam Alwisol (2009:18-20) naluri merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik.Freud membagi naluri menjadi dua bagian yaitu insting mati dan insting hidup.Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh.Ketegangan-ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu:

1. Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

2. Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

3. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan super ego atas ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.

Dengan menggunakan teori psikoanalisa Freud dalam Alwisol tentang struktur jiwa manusia yaitu id, ego, dan super ego yang saling menekan satu dengan yang lainnya dan menuntun agar dorongan-dorongan itu dapat terpenuhi melalui dinamika kepribadian yaitu naluri (insting) dan kecemasan yang mana


(27)

lebih dominan. Maka dari itu, dengan menggunakan kerangka teori seperti di atas penulis dapat menganalisis psikologis tokoh Hashio Mizouchi dalam novel Coin Locker Babies yang berkaitan dengan struktur kejiwaan manusia dan juga berhubungan dengan dinamika kepribadian.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui tindakan psikologis yang dilakukan oleh tokoh Hashio Mizouchi yang digambarkan dalam novel “Coin Locker Babies” karya Ryu Murakami.

2. Untuk mendeskripsikan keadaan psikologis yang dialami oleh tokoh utama Hashio Mizouchi yang diungkapkan oleh Ryu Murakami melalui pendekatan psikologis Sigmud Freud

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti dan pembaca setidaknya dapat memahami dan menambah wawasan terlebih dalam mengenai psikologis tokoh utama suatu karya sastra.

2 Bagi pembaca dan peminat karya sastra penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian sebelumnya maupun penelitian berikutnya yang akan diteliti.


(28)

1.6. Metode Penelitian

Dalam pembuatan skripsi sangatlah diperlukan metode penelitian sebagai bahan acuan dalam penulisan. Dengan adanya metode yang digunakan dalam sebuahpenelitian akan mempermudah dan memperlancar peneliti dalam melakukan penelitiannya. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Metode penelitian deskriptif menurut Suryabrata (2008:75) adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.

Sedangkan data deskriptif yang dimaksud oleh Sinulingga (2011:23) dalam penelitiannya, bertujuan untuk membatasi dalam membuat deskripsi yang tepat, apa adanya tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek tanpa membuat prediksi atau pemecahan masalah yang ada dalam objek.

Oleh karena itu, dalam penulisan ini peneliti menjelaskan dengan secermat mungkin masalah-masalah di dalam novel Coin Locker Babies karya Ryu Murakami dengan menggunakan Teori Semiotik dan pendekatan psikologis yang mengacu kepada teori psikoanalisis dari Sigmund Freud sebagai acuan untuk penelitian.

Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu dengan mengumpulkan data yang ada dari berbagai sumber tulisan yang ada. Menurut Nazir dalam Paradida (2013:17) studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan


(29)

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Data yang diperoleh dari internet, hasil-hasil penelitian (skripsi), dan buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Data yang diperoleh tersebut dirangkum kemudian dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.


(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL COIN LOCKER BABIES

DAN PSIKOANALISA SIGMUD FREUD

2.1 Definisi Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu “novella” yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”. Novel lebihpanjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural serta sandiwara. Sebuah novel becerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut (Padi, 2013:45).

Nurgiyantoro (1995:9) mengatakan dewasa ini istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah indonesia novelet (inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.

Novel sendiri merupakan gambaran hidup dari tokoh yang menceritakan kehidupan tokohnya dari awal hingga akhir. Penokohan atau karakter tokoh dalam suatu novel digambarkan dengan lengkap dan jelas serta menarik oleh pengarang. Lalu pengarang juga memberikan gambaran fisik dan kejiwaan yang berbeda-beda dari setiap tokoh sehingga cerita tersebut lebih menarik seperti nyata dan terlihat hidup sehingga pembaca dapat menikmati cerita yang ditampilkan.


(31)

Setiap karya sastra fiksi (novel) mempunyai unsur yang mendukung, baik unsur dari dalam sastra itu sendiri (unsur intristik) maupun unsur dari luar (unsur ekstrintik) yang secara tidak langsung mempengaruhi jalan cerita sebuah karya sastra.

2.2 Unsur Intrinsik

Unsur Intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti : tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang penceritaan serta gaya bahasa dan lain lain. (Padi, 2013:4). Unsur-unsur yang termasuk dalam Unsur-unsur intrinsik yaitu :

2.2.1. Tema

Menurut Padi (2013:5) Tema adalah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya sastra. Tema merupakan ide pokok, gagasan maupun pemikiran tokoh dalam sebuah karya sastra yang terungkap atau tidak. Oleh karena itu sastra merefleksikan kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra pun bisa sangat beragam. Tema dapat berupa persoalan agama, moral, etikat, sosial budaya, teknologi, tradisi yang berkaitan erat dengan masalah kehidupan. Tema merupakan salah salah satu unsur yang sangat penting dari sebuah cerita, karena tema digunakan sebagai patokan agar cerita yang dikarang menjadi lebih fokus dan terarah.

Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin ( 2000:91) berasal dari bahasa latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga


(32)

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Sebab itulah penyikapan tehadap tema yang diberikan pengarang terhadap pembaca umumnya terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut.

Dalam mengapresiasi tema suatu cerita, apresiator harus memahami ilmu-ilmu humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman hasil kontemplasi. Pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang bersifat universal. Tema dalam hal ini tidak lah berada diluar cerita, tetapi inklusif didalamnya. Akan tetapi keberadaan tema meskipun inklusif didalam cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat tetapi tersebar dibalik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi.

Upaya dalam memahami tema, pembaca dituntun untuk memperhatikan langkah berikut secara cermat :

1. Memahami setting dalam prosa fksi yang dibaca.

2. Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.

3. Memahami suatu peristiwa pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam prosa fiksi yang dibaca.


(33)

5. Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuan-satuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

6. Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang ditampilkannya.

7. Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.

8. Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca seta menyimpulkannya dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Sesuai dengan cerita yang ada di dalam novel Coin Locker Babies, novel ini menceritakan tentang kehidupan tokoh yang bernama Hashio Mizouchi tentang perjalanan hidup seorang anak laki-laki yang dibuang ke dalam loker sewaan oleh ibu kandungnya beberapa jam setelah dilahirkan. Sebagai anak yang tidak memiiliki sikap kasih sayang dari seorang ibu maka ia ingin mencari sebuah kasih sayang yang tidak pernah ia dapatkan sewaktu kecil dengan cara membunuh wanita hamil hanya untuk mendengar suara detak jantung yang serupa ia dengar ketika masih di dalam kandungan ibunya. Tindakan abnormal yang dilakukan, menyebabkan terganggunya kondisi psikologis dari seorang Hashio Mizouchi inilah yang menjadi fokus utama cerita dalam novel “Coin Locker Babies” karya Ryu Murakami.


(34)

2.2.2 Plot atau Alur Cerita

Plot atau Alur cerita menurut Padi (2013:7) yaitu rangakaian perisitiwa yang memiliki hubungan sebab-akibat, sehingga menjadi satu kesatuan yang padu bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian :

a. Awal yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya. b. Tikaian yaitu terjadi konflik diantara tokoh-tokoh pelaku. c. Gawatan atau rumitan yaitu konflik-konflik tokoh semakin seru. d. Puncak yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.

e. Leraian yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan plot/alur mulai terungkap.

f. Akhir yaitu seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

Alur/plot dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar.Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pecabangan cerita.Alur longgar ialah alur yang memungkinkan adanya pecabangan.Menurut kualitasnya alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda.Alur tunggal adalah alur yang hanya satu dalam cerita.Alur ganda adalah yang lebih dari satu dalam karya sastra.Dari segi pengurutan waktu alur/plot dibedakan ke dalam alur lurus dan tidak lurus.Alur lurus ialah alur/plot yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir.Sedangkan alur tidak lurus ialah alur/plot yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir.Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (flash back).

Alur cerita dalam novel Coin locker Babies temasuk kedalam alur longgar.Lalu dilihat dari kualitasnya termasuk alur ganda. Dan dari segi


(35)

pengurutan waktu termasuk ke dalam alur tidak lurus (flash back). Pada awal novel diceritakan kondisi Hashio Mizouchi, dipertengahan menceritakan banyak sekali perbuatan tidak normal dan halusinasi yang ditunjukan oleh Hashi selanjutnya dijelaskan kembali bagaimana perjalanan hidup Hashi yang amat sedih saat melaluinya, dan diakhir cerita Hashi dapat memenuhi beban psikologisnya untuk mendapatkan detak jantung yang dianggap detak jantung ibunya.

2.2.3 Tokoh

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra.Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama.Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra (Padi, 2013:5).Padi mengatakan tokoh ada 2 jenis yaitu tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).

Tokoh datar adalah tokoh yang hanya menunjukan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja. Sejak awal sampai akhir cerita yang jahat akan tetap jahat dan yang baik akan tetap baik. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert ialah pribadi tokoh yang ditentukan oleh ketidaksadarannya. Tokoh ekstrovert ialah pribadi tokoh yang ditentukan oleh kesadarannya.Dalam karya sastra juga dikenal tokoh antagonis yaitu tokoh yang tidak disukai pembaca dan tokoh protagonis yaitu tokoh yang disukai pembaca atau peminat sastra karena sifat-sifatnya.


(36)

Menurut Nurgiyantoro (1995:13) apabila tidak ada tokoh, maka sebuah cerita tidak dapat diceritakan dan menjadi tidak menarik untuk dibaca.Tokoh adalah penggambaran watak tokoh yang dilakukan pengarang sesuai dengan karakter cerita. Pengambaran watak tokoh ini bisa dilakukan antara lain melalui :

1. Ciri fisik 2. Kepribadian

3. Keadaan lingkungan sekitar 4. Jalan pikiran yang dikembangkan 5. Cara bertindak

6. Percakapan atau dialog yang dilakukan 7. Reaksi tokoh lain

Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas satu tokoh saja dalam novel Coin Lockers Babies yang bernama Hashio Mizouchi, yang dimana tokoh Hashi banyak di soroti tentang perjalanan hidupnya dalam melakukan pencarian jati diri, tindakan yang abnormal bahkan sampai membunuh seorang wanita ketika sedang hamil hanya untuk bisa merasakan kehadiran seorang ibu di sisinya. Meskipun demikian, tokoh tidak terlepas dari interaksi nya dengan tokoh pendamping lainnya yang ada di dalam novel tersebut.

2.3 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri yang menyangkut aspek sosiologis, psikologis, dan lain-lain (Padi, 2013:9).Unsur


(37)

tersebut meliput latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan pengetahuan agama. Unsur ekstrinsik untuk tiap karya sastra sama, unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra.

2.4 Setting dalam Novel Coin Locker Babies

Menurut Padi (2013:8) mengatakan latar disebut juga dengan setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam suatu karya sastra.Latar atau setting dibedakan menjadi latar material dan sosial.Latar material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada.Latar sosial adalah lukisan tata krama, tingkah laku, adat, dan pandangan hidup.

Latar merupakan penggambaran keadaan untuk memperkuat serta menghidupkan jalan cerita. Bagian-bagian latar meliputi :

1. Latar tempat 2. Latar waktu 3. Latar sosial


(38)

Ketiga latar ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dan saling mendukung dalam cerita yang akan dikembangkan.

2.4.1 Latar Tempat

Latar tempat menurut Nurgiyantoro (1995:227) adalah latar yang mengacu pada tempat atau lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa suatu tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Deskripsi tempat yang teliti dan realistis sangat penting sehingga pembaca seolah-olah terkesan bahwa waktu dan tempat yang diceritakan sungguh ada dan benar-benar terjadi. Biasanya, pengarang mengambarkan latar tempat ini hanya secara umum saja, misalnya pengarang menggambarkan tempat-tempat seperti : di desa, di kota, di pasar, dan tempat-tempat lain.

Adapun latar tempat dalam novel “Coin Locker Babies” ini pengarang menyatakan nama-nama tempat yang khusus, seperti : Yokohama, pulau Kyushu, Negishi, Nagasaki, Shinjuku, Tokyo.

2.4.2 Latar Waktu

Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi.Masalah kapan waktu tersebut biasanya dihubungkam dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 1995:230).Novel Coin Locker Babies menggambarkan latar waktu


(39)

cerita jepang sekitar tahun 1972 saat di mana Hashio Mizouchi dan Kikuyuki Kuwayama dilahirkan.

2.4.3 Latar Sosial

Latar sosial mencakup terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah cerita. Termasuk di dalamnya ada unsur adat istiadat, keyakinan, perilaku, budaya, pandangan hidup, dan cara berpikir serta bersikap. Latar sosial diketahui sangat penting secara baik dan benar, karena hal ini berkaitan erat dengan bahasa, nama, dan status tokoh di dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995:233).

Jika dilihat dari latar sosialnya novel “Coin Locker Babies” menggambarkan kehidupan dua anak laki-laki yang semenjak baru dilahirkan telah dibuang ke loker sewaan di stasiun oleh ibu kandung mereka masing-masing.Menghabiskan masa kecil mereka di panti asuhan, sebelum akhirnya diangkat anak oleh sebuah keluarga.Bila dilihat dari luar kehidupan ke dua anak tersebut Hashi dan Kiku terlihat seperti anak-anak pada umumnya yang mempunyai orangtua.Tetapi, apabila dilihat dari dalam ternyata ke dua anak tersebut merindukan sosok seorang ibu kandungnya yang di mana dari awal mereka berdua dilahirkan tidak bisa merasakan langsung hadirnya seorang ibu dan kasih sayang nyata dari seorang ibu.

Kemudian Hashi dan Kiku mencari perhatian dengan cara apapun agar orang menyenangi dan memperhatikan semua tingkah laku yang telah dibuatnya,


(40)

termasuk salah satunya adalah Hashi terlihat melakukan suatu hal yang abnormal terhadap dirinya maupun orang lain agar kebutuhan psikologisnya terpenuhi. Melihat dari pernyataan di atas bahwa Hashi dan Kiku dari mulai sejak dilahirkan tidak merasakan kasih sayang dari seorang ibu, hal ini sangat kontrakdiksi sekali dengan masyarakat jepang yang selalu dekat dan menjaga anaknya serta meperhatikan perkembangan anaknya dari kecil hingga dewasa.Kedekatan secara fisik maupun mental terhadap anaknya dalam masyarakat jepang dikenal dengan Budaya Amae.Sampai pada akhirnya, Hashi dan Kiku beranjak dewasa berniat mencari ibu kandungnya.Pada saat itulah timbul banyak konflik-konflik batin yang dialami tokoh Hashi maupun juga Kiku, yang mempengaruhi terhadap beban psikologis tokoh yang telah diungkapkan pengarang dalam cerita ini.Istilah amae (甘 え) adalah suatu kosakata khas dalam bahasa jepang yang sebenarnya mengungkapkan suatu gejala psikologis yang ada dan pada umumnya didapatkan dalam kalangan umat manusia secara keseluruhan (Ambarita, 2009:19-23).

Kata sifat amai dipakai tidak saja dalam arti “manis” yang dirasakan oleh lidah tetapi juga mengungkapkan sifat seseorang. Kata amae secara leksikal mempunyai arti “kebaikan”, hasil perlindungan seorang ibu terhadap bayinya sekaligus ketergantungan yang manis antara si bayi dengan ibunya. Istilah amae mengacu pada perasaan yang ada pada setiap bayi dalam pelukan ibunya. Perasaan tersebut sangat menginginkan sang ibu untuk selalu memeluknya, untuk selalu dicintai secara pasif, serta menolak untuk dipisahkan dari kehangatan sang ibu dan juga menginginkan terpenuhinya semua kebutuhan. Amae adalah suatu istilah yang berasal dari dari bentuk kata kerja amaeru( 甘える). Amaeru sendiri


(41)

sering digunakan dalam menjelaskan perasaan atau sifat anak terhadap ibunya yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya.

Peranan lainnya yang melengkapi amaeru adalah amayakasu ( 甘やかす ), yaitu peran yang menerima amaeru.Dalam hal ini amayakasu dapat juga dikatakan peran seorang ibu sebagai tempat bergantung anaknya.Amae juga merupakan ketergantungan “yang terlalu memberi hati” yang berakar kuat dalam hubungan mother-child yang mengikat.Hal tersebut menyatakan bahwa fisik mempunyai kekuatan batin dalam merasakan secara emosional dekat dengan manusia lainnya. Di dalam Novel Coin Locker Babies menggambarkan latar budaya Amae, di mana peran tokoh yang bernama Hashio Mizouchi tidak mendaptkan sikap amae dari ibunya sehingga Hashi merasa benci dan ingin membunuh ibunya apabila bertemu suatu saat nanti. Hal ini terjadi karena Hashi beranggapan ibunya tidak menyayanginya seperti ibu lainnya, pada umumnya yang mempunyai bayi sehingga dibesarkan sampai dewasa. Perasaan dalam diri Hashi inilah yang bertolak belakang dengan akal sehatnya sehingga sampai pada akhirnya Hashi berhalusinasi hanya untuk dapat memenuhi kepuasan psikologisnya yang tidak pernah ia dapatkan ketika masih bayi sampai beranjak remaja.

2.5 Psikoanalisa Sigmud Freud

Kehidupan jiwa oleh Freud dalam Alwisol (2009:13-14) dibagi dalam 3 bagian, yaitu : sadar(conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar


(42)

(uncounscious).Sadar adalah tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.Hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk ke kesadaran. Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal.isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah sadar, dan segera tertekan ke daerah prasadar atau tak-sadar, begitu orang memindah perhatiannya ke cue yang lain.

Prasadar adalah ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar.Isi prasadar berasal dari sadar dan dari tak-sadar. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Materi tak-sadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti : mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.

Tak-sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian yang terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting, implus dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar. Sehubungan dengan eksperiman-eksperimen dan teori yang dikemukakan Freud maka psikoanalisa dikenal dengan adanya tiga aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan


(43)

dianalisis maka dari ketiga aspek diatas yang akan dibahas adalah teori kepribadian.

2.5.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud dalam Koswara (1991:30) mengumpamakan jiwa manusia dengan sebuah gunung es ditengah laut.Yang kelihatan dari permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu bagian puncaknya.Dalam hal jiwa seseorang maka yang kelihatan dari luar hanya sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran.Bagian terbesar dari jiwa seseorang tidak terlihat dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran.Antara kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang disebut prakesadaran.Dorongan-dorongan yang terdapat dalam alam prakesadaran ini sewaktu-waktu dapat muncul kembali ke dalam kesadaran.

Freud juga mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem kepribadian dan dinamika kepribadian.Dalam kajian psikologi sastra, mengungkapkan sistem kepribadian yang dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri (insting) dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktifitas.


(44)

Menurut Freud dalam Koswara (1991:32), kepribadian memiliki tiga unsur penting yaitu : Id ( aspek biologis), Ego ( aspek psikologis), dan Super Ego (aspek sosiologis).

a. Id

Menurut Freud dalam Koswara (1991:32) Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang asli dan paling dasar yang telah ada sejak lahir. Id adalah sebuah wadah dalam jiwa seseorang yang berisikan dorongan-dorongan untuk mengusahakan agar segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan baik itu timbul dari dalam maupun dari luar. Id memiliki tenaga pendorong yang disebut kateksis. Apabila dorongan ini dipenuhi dengan segera maka tercapai perasaan senang atau puas. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan,dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan.

Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus terhadap bayi harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. Id ini sangat pentingdalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau haus atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.

Id tidak mampu untuk menilai atau membedakan apa yang benar dan salah, id juga tidak diperintahkan oleh hukum akal atau logika dan id tidak memiliki nilai, etika, atau akhlak. Id hanya didorong oleh satu pertimbangan, yaitu mencapai kepuasaan bagi keinginan naluri-nya sesuai dengan prinsip kesenangan.Alasan inilah yang kemudian membuat Id memunculkan Ego.


(45)

b. Ego

Menurut Freud dalam Koswara (1991:33) ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyaraan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (reality principle).Ego berkembang dari id agar individu mampu menangani realita.Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan. Menurut Freud, ego individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego juga memiliki penekan yang disebut antikateksis.

Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan lingkungan pihak lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan.Jadi dalam melaksanakan tugasnya Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

c. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id.


(46)

Ada 3 fungsi utama dari Super Ego, yaitu: (a) sebagai pengendali dorongan-dorongan atau implus-implus naluri id agar implus-implus tersebut disalurkan dalam bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat (b) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan (c) mendorong individu kepada kesempurnaan (Koswara, 1991:35). Karena itu ada pertentangan antara Id dan Super Ego merupakan pelaksanaan yang harus dapat memenuhi tuntutan dari kedua sistem kepribadian ini secara seimbang. Aktivitas Super Ego ada dalam diri individu, terutama apabila aktivitas itu bertentangan dengan Ego, maka akan muncul emosi tertentu seperti munculnya perasaan bersalah dan penyesalan didalam diri. Bila Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan konflik ini kan menjadi dasar penyakit kejiwaan.

Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego, dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing.

2.5.3 Dinamika Kepribadian

Menurut Alwisol (2009:18-20), Freud berpendapat manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat.Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi yang disebut energi psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta insting-instingnya.


(47)

a. Naluri (Insting)

Naluri (insting) merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan.Hasrat, motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk mengerakkan proses kepribadian (Alwisol, 2009:18).

Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu :

1. Sumber insting adalah suatu kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan untuk menghilangkan perangsangan jasmaniah.

2. Tujuan insting berkaitan dengan sumber insting, yaitu kembali memperoleh keseimbangan. Tujuan isting bersifat konstan (tidak berubah)

3. Objek insting adalah segala sesuatuyang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untuk mendapatkannya hingga samapi objek didapat.

4. Daya dorong insting adalah kekuatan/intensitas kegiatan yang berbeda-beda setiap waktu.

Freud juga mengatakan naluri (insting) dibagi kedalam dua macam insting-insting yaitu :

1. Insting hidup, dan 2. Insting mati


(48)

1. Insting hidup

Menurut Freud dalam Alwisol (2009:19) insting hidup disebut juga dengan eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesies. Contoh dari insting hidup itu adalah lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido.

2. Insting mati

Menurut Freud dalam Alwisol (2009:20) insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak, karena fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhir-akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”.Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati, Suatu penjelmaan daripada insting mati ini adalah dorongan agresif.

Freud menjelaskan bahwa insting kematian biasanya ditujukan dua arah, yaitu kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain. Insting kematian yang diarahkan pada diri sendiri tampil dalam tindakan bunuh diri, sedangkan insting kematian yang diarahkan kepada orang lain dilakukan dengan cara membunuh atau menghancurkan orang lain. Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya


(49)

melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, ditujukan ke oarang lain.

b. Kecemasan

Dalam konsep dinamika kepribadian Freud juga membahas kecemasan.Menurut Freud dalam Alwisol (2009:22) kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh.Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.

Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tidak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama.Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu:

4. Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

5. Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

6. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan Super Ego atas Ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.


(50)

2.6 Biografi Pengarang

Ryu Murakami lahir 19 Februari 1952 di Sasebo, Nagasaki, Jepang. Ia adalah seorang novelis Jepang dan pembuat film. Penulis yang pernah menjadi drummer grup rock bernama Coelacanth memiliki nama lengkap Ryunosuke Murakami. Ia juga pernah menjadi pembawa acara pada stasiun televisi di Jepang.

Novel karya pertamanya yang ditulis pada 1976 berjudul “Almost Transparent Blue” merupakan novel pendek ditulis semasa Ryu Murakami kuliah dan langsung mendapatkan penghargaan Akutaga Prize. Bercerita tentang sekelompok remaja di era tahun 1970 dan tinggal disebuah kota di Jepang dengan lokasi pangkalan militer Amerika Serikat dan kehidupan mereka yang berhubungan dengan seks, obat-obatan serta rock n’ roll.

Pada tahun 1980, Murakami menerbitkan novel berjudul “Coin Locker Babies” dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Stephen Snyder. Novel ini diterbitkan oleh Kodansha International Ltd, bercerita tentang 2 anak laki-laki bernama Hashi dan Kiku yang diterlantarkan oleh ibunya dan ditempatkan di dalam loker stasiun kereta Tokyo pada musim panas 1972. Lalu mereka masuk panti asuhan di Yokohama lalu diadopsi oleh keluarga Kuwayama yang tinggal di pulau Kyushu. Di usia 16 tahun mereka menemukan diri mereka telah berada di pinggiran kota Toxitown yang penuh wabah penyakit. Setelah dewasa, Hashi menjadi seorang bintang rock dengan suara beratnya dan Kiku menjadi atlit lompat galah.

Novel Ryu Murakami berikutnya yang ditulis pada 1997 berjudul “In The Miso Soup”. Sebuah novel yang penuh makna yang bercerita tentang kesendirian,


(51)

kehilangan identitas, serta kondisi budaya dan moral, seperti yang disebut USA Today untuk testimoni novel ini. Novel berjudul “Coin Locker Babies” juga diangkat kedalam film dengan judul “Koinrokka Beibizu” dan naskahnya ditulis oleh Michele Civetta.


(52)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH HASHIO MIZOUCHI DALAM NOVEL COIN LOCKER BABIES KARYA RYU MURAKAMI

3.1 Ringkasan Novel

Coin Locker Babies adalah suatu novel yang menceritakan di mana tentang kehidupan dua anak laki-laki yang dibuang di dalam loker sewaan oleh ibu mereka masing-masing saat mereka masih berumur beberapa jam dari saat mereka dilahirkan.Kedua anak itu bernama Hashio Mizouchi (Hashi) dan Kikuyuki Kuwayama (Kiku) yang dilahirkan ketika musim panas pada tanggal 18 Juli 1972.Nama tersebut diberikan oleh para biarawati panti asuhan Bunda Maria Sakura, Yokohama.

Di panti asuhan tersebutlah mereka dibesarkan.Keduan anak ini adalah anak autis.Namun autis yang mereka alami sangat bertolak belakang, yaitu Hashi yang cenderung autis aktif dan Kiku autis pasif.Dalam kata aktif dan pasif sudah terlihat jelas bedanya. Hashi yang cenderung autis aktif lebih sering berkhayal, dan lebih senang menggunakan imajinasinya untuk bermain dengan dunianya sendiri. Sedangkan Kiku yang cenderung autis pasif lebih senang berdiam diri dan menyendiri.Meskipun begitu Hashi merupakan sosok yang lemah bila dibandingkan dengan Kiku.

Kiku selalu membantu dan melindungi Hashi disaat Hashi mengalami masalah, dan disaat Hashi merasa dalam keadaan tidak aman.Karena itu Hashi selalu mengatakan bahwa Kiku adalah kakaknya.Karena selama mereka hidup di panti asuhan, Kiku lah yang melindunginya. Jika ada yang berani mengganggu


(53)

Hashi, Kiku akan berdiri di barisan paling depan, dan tak segan untuk melayangkan pukulan kepada orang yang telah mengganggu Hashi. Dikarenakan pada waktu kecil tidak mendapatkan sikap Amae, maka dari itu timbulnya keinginan dari dalam hati Hashi untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang selama ini tidak ia dapatkan dari ibunya.

Suatu hari, Kiku dan Hashi di adopsi oleh pasangan suami istri dari pulau Kyushu, Suichi Kuwayama dan Kazuyo Kuwayama.Disana mereka berdua di sekolahkan oleh kedua orang tua baru mereka.Ketika duduk di bangku SMA, Kiku memutuskan untuk menggeluti olah raga lompat galah, setelah dia merasa tidak juga menemukan jati dirinya di olah raga lari jarak pendek yang sempat ditekuninya saat duduk di bangku SMP.Berbeda dengan Kiku yang sibuk dengan dirinya yang sulit untuk bergaul dan terus mencari jati diri, Hashi sangat mudah mendapatkan teman, tidak mengalami kesulitan dalam bergaul dengan lingkungan sekitarnya.Hashi lemah dalam bidang olahraga, bahkan sering membolos pada pelajaran olahraga. Sehingga Hashi mendapatkan posisi sebagai tim penyemangat bagi Kiku saat latihan dan saat Kiku mengikuti kejuaraan lompat galah.

Namun ketika beranjak remaja SMA, Hashi meninggalkan kampung halaman di pulau dan pergi ke kota besar. Sejak saat itu, ada tersbesit keinginan Hashi untuk memulai pencarian terhadap wanita yang telah mengabaikan dirinya semasa kecilnya dulu sekaligus menyusun rencana untuk menghabisinya.Sampai suatu hari, disaat pertandingan lompat galah tingkat nasional, untuk pertama kalinya Kiku melakukan lompat galah tanpa ditemani Hashi. Hashi meninggalkan pesan bahwa dia akan pergi ke Tokyo.


(54)

Setengah tahun dari Hashi meninggalkan Kyushu, Kazuyo dan Kiku memutuskan untuk menyusul dan mencari Hashi ke Tokyo.Dalam pencarian Hashi di Tokyo, banyak hal yang di alami Kazuyo dan Kiku. Mulai dari menempati hotel yang tidak layak huni di Shinjuku lengkap dengan orang-orang aneh yang tinggal di hotel itu, ditipu orang yang bekerja di bar yang mengaku pernah melihat Hashi dan berjanji akan mempertemukan mereka dengan Hashi apabila mereka memberikan sejumlah uang, dan Kazuyo yang ditabrak oleh pemain sepatu roda yang sedang berkelahi dengan seorang pemuda sampai kepala Kazuyo membentur keras ke akar pohon. Hingga akhirnya Kazuyo meninggal dunia.

Setelah kejadian itu, Kiku memutuskan untuk mencari Hashi seorang diri.Kiku selalu membawa serpihan tulang seukuran jari hasil dari kremasi jenasah Kazuyo yang diberikan Kuwayama.Kiku berniat untuk menunjukkan serpihan tulang itu kepada Hashi jika mereka bertemu nanti.Sampai suatu saat, Kiku bertemu dengan seorang waria disebuah bangunan yang ada di daerah yang tercemar zat kimia.Waria itu adalah Hashi.Namun Hashi yang di temukan adalah Hashi yang berbeda, jauh berbeda dengan Hashi yang dia kenal sedari kecil.Hashi yang ditemuinya kini adalah Hashi yang berdandan seperti wanita. Hashi bisa menjadi seorang waria karena ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Tuan D yang merupakan seorang Gay (Homoseksual).

Dari Tuan D lah Hashi diubahnya menjadi seorang Gay yang berpenampilan seperti wanita, dan wanita itu adalah Hashi.Berkat Tuan D juga Hashi bisa menjadi seorang penyanyi terkenal yang suaranya banyak disukai oleh banyak orang dan Hashi juga merupakan kebanggan orang-orang di pulau


(55)

tempat orang tua angkat Hashi dan Kiku. Kisah keduanya masih terus berlanjut sampai akhirnya Kiku bertemu seorang gadis bernama Anemone, dan Kiku juga berhasil menemukan ibu kandungnya yang telah membuangnya di loker sewaan, namun sayangnya Hashi tidak pernah bertemu dengan ibu kandungnya dikarenakan ibu kandung Hashi sudah meninggal. Saat Hashi berhasil menjadi penyanyi terkenal, Hashi memperoleh manager seorang wanita yang bernama Neva, dari Tuan D. Usia Hashi dan Neva terpaut sangat jauh , namun dari seorang Neva juga Hashi menemukan perasaan tenang dan dapat membuat nya merasa nyaman. Neva juga yang mengubah Hashi untuk menjadi lelaki seuntuhnya, lalu Hashi berniat berhenti menjadi waria dan menjadi lelaki seutuhnya lalu menikahi Neva.

Pada akhirnya Hashi pulang ke pulau untuk melihat ayah angkatnya dan anjing kesayanganya bernama Milk.Disaat perjalanan pulang untuk bertemu dengan anjingnya, Hashi bertemu dengan seorang wanita paruh baya.Lalu tiba-tiba saja Hashi berkata kepada wanita tersebut bawasannya dirinya sudah gila. Lalu wanita itu pun menjawab : “Kau belum pernah menelan lalat, kan? Tak sengaja menelannya?” karena menantunya sudah gila selalu mengatakan ada seekor lalat bewajah manusia yang suka terhadap pita suara yang bagus setelah itu lalat-lalat tersebut bukan menguasai suaranya saja tapi juga pikirannya. Setelah mendengar cerita dari wanita yang ditemuinya ketika pulang ke pulau Hashi merasa takut dan khawatir kalau dirinya sama persis seperti menantu wanita tersebut, telah gila karena memakan lalat yang berwajah seperti manusia. Maka dari itu banyak timbul dinamika kepribadian Hashi yang menyimpang, dimulai dari berhalusinasi, menyakiti dirinya sendiri, memotong lidahnya, dan adanya


(56)

keinginan Id dari tokoh Hashi untuk selalu membunuh wanita yang sedang hamil untuk dapat memenuhi kebutuhan psikologisnya tetapi Hashi harus mengakui bila ia berada dengan wanita yang lebih tua dari dirinya Hashi merasa nyaman dan merasa terlindungi.

Akhirnya ketika Hashi berhalusinasi bahwa lalat itu yang mengendalikan pemikiranya agar Hashi bisa mendengar suara detak jantung yang selalu didengarnya ketika di ruang psikiater dan pada saat di dalam kandungan ibunya, dengan caraHashi harus membunuh seseoarang wanita yang dalam keadaan sedang hamil serta menuruti semua perintah-perintah lalat itu di dalam pikirannya. Akibat dari rasa halusinasinya terhadap lalat-lalat tersebut Hashi berniat membunuh istrinya yang sedang hamil agar dapat mendengar suara detak jantung ibunya yang tidak diketahui oleh Hashi, suara detak jantung itu membuat perasaan Hashi nyaman dan merasa seperti seorang bayi yang baru dilahirkan. Niat nya untuk membunuh akhirnya terlaksana, Hashi didatangi polisi namun Hashi tidak mengakui perbuatannya walaupun di dalam hatinya dihantui oleh rasa bersalah akibat merasa bersalah Hashi menghukum dirirnya sendiri dengan cara memotong urat nadi nya.

Hashi pun menjenguk istrinya di rumah sakit namun istrinya marah dan menyuruhnya pergi. Hashi akhirnya di masukan ke rumah sakit jiwa oleh Tuan D, namun setelah berada di rumah sakit Hashi berhasil melariakan diri dari rumah sakit jiwa dan menyusuri jalan-jalan yang Hashi tidak tahu lagi harus melangkah kemana. Ditengah jalan Hashi bertemu dengan seekor bangkai anjing dan seorang wanita hamil yang jatuh ke dalam selokan, Hashi juga berhalusinasi bahwa lalat-lalat itu menyuruhnya harus membunuh si anjing dan wanita hamil yang jatuh ke


(57)

dalam selokan.Tapi sayangnya Hashi berhasil melawan pikiran nya itu lalu membuang bangkai anjing tersebut jauh-jauh. Namun lain hal nya dengan wanita hamil yang jatuh ke dalam selokan. Hashi tidak dapat melawan pikirannya untuk tidak membunuh wanita tersebut.Justru Hashi berusaha membunuh lalu mencabik-cabik tubuh wanita itu lalu mengambil jantungnya.Setelah Hashi berhasil mengambil jantung wanita tersebut Hashi berterima kasih terhadap jantung wanita yang telah dibunuhnya.Kebahagian dari suara detak jantung itulah yang telah memenuhi dirinya dengan kebahagiaan, yang memberikan kekuatan untuk tumbuh dan saat Hashi berterima kasih, seluruh kemarahan dalam dirinya langsung menghilang.Lalu Hashi menyadari tak ingin membunuh wanita yang dipegangnya ini.

Analisis Psikologi Tokoh Hashi

Cuplikan 1 (hal.36)

“Tiap kali ku melihatnya,” Hashi becerita kepada Kiku.“Aku penasaran jika wanita itu ibuku.Aku benci melihat wanita yang sepertinya mengemis dan menggelandang di sekitar sini.Aku penasaran jika ibuku mengalami nasib buruk serupa karena membuangku.Pasti dia tidak bahagia karena telah berdosa. Jadi ketika melihat wanita yang malang itu, rasanya aku ingin memeluk sambil memanggilnya Ibu. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, jika dia memang ibu kandungku, mungkin aku akan membunuhnya.”


(58)

Analisis :

Cuplikan “Aku penasaran jika ibuku mengalami nasib buruk serupa karena membuangku.Pasti dia tidak bahagia karena telah berdosa.Jadi ketika melihat wanita yang malang itu, rasanya aku ingin memeluk sambil memanggilnya Ibu.”Menunjukan bahwa terjadi kontrakdiksi antara Super Ego dan Id Hashi.Di dalam hati nya ada sedikit perasaan kecewa dan marah mengingat masa kecil, ibunya telah membuangnya. Tapi dilain sisi Super Ego Hashi masih ada sampai Hashi berharap jika ibu yang ditemui nya di pinggir jalan itu ibunya, Hashi akan memeluknya sambil memanggilnya ibu.

Dalam Super Ego seharusnya seorang anak menghormati dan menyayangi serta belajar memaafkan dengan tidak menyimpan rasa dendam yang akan berujung pada perbuatan dosa. Lalu dilanjutkan dalam cuplikan “Tapi kalau dipikir-pikir lagi, jika dia memang ibu kandungku, mungkin aku akan membunuhnya.”Cuplikan di atas mengarah kepada perilaku Id. Kemudian keinginannya untuk membunuh termasuk ke dalam insting mati. Adanya sikap ingin membunuh diakibatkan rasa dendam dan merasa diabaikan oleh ibu semasa kecil, seharusnya seorang anak cenderung sangat dekat dengan ibunya sampai kapan pun namun lain hal nya yang dialami oleh Hashi dan Kiku, yang kurang mendapatkan perhatian khusus dari ibu kandungnya sehingga muncul rasa dendam dan ingin membunuh.

Insting mati yang dinampakkan oleh tokoh Hashi merupakan insting mati ekstern yang ciri-cirinya dapat diketahui dengan niatannya yang ingin membunuh


(59)

seseorang. Hal ini tampak jelas bahwa kecenderungan id lebih dominan, sehingga mengalahkan super ego.

Cuplikan 2 (hal.92)

Seorang jiwa malang lainnya memberi tahuku bahwa dia membuang bayinya di suatu tempat dengan menebarkan bunga bougenvil. Alasannya karena bunga bougenvil adalah bunga yang paling mahal ditoko bunga, ungkap seorang penulis yang ingin menceritakan kisah wanita itu ke dalam sebuah buku ketika diwawancarai.

“Kiku kau dengar tadi?” wajah Hashi pucat dan dia memuntahkan telur goreng yang telah dikunyahnya.Hashi selalu menyimpan hati-hati bunga bougenvil yang telah mongering.Dia mengeluarkan bunga tersebut dari dalam laci, mencari kata bougenvil di kamus bahasa jepang, dan mengecek sekali lagi bentuk dan kelopaknya.

Analisis :

“Ah, bagaimana ini,” tubuh Hashi gemetar.“ Kiku, wanita tua itu tahu tentang wanita yang telah membuangku. Bagaimana ini?”.

Cuplikan dari Hashi selalu menyimpan hati-hati bunga bougenvil yang telah mengering.Menunjukan indeksikal Ego dan kecemasan dari diri Hashi. Ego yang diperlihatkan oleh Hashi dengan selalu menyimpan bunga bougenvil sebagai pemberian dari ibunya sebelum dirinya di buang di loker sewaan. Sebab dengan Hashi selalu menyimpan bunga bougenvil seakan-akan bunga bougenvil itu sesuatu yang sangat dekat dengan nya layaknya seorang ibu, demi memenuhi


(60)

tuntutan akan hasratnya yang suatu hari Hashi berharap dapat mencari dan menemukan identitas ibunya. Rasa Cemas yang terlihat dari cuplikan “Ah, bagaimana ini,” tubuh Hashi gemetar.“ Kiku, wanita tua itu tahu tentang wanita yang telah membuangku. Bagaimana ini?”.Ditunjukan kondisi di mana Hashi mengalami kecemasan dan ketakutan yang berlebihan sehingga membuat tubuh Hashi gemetar akibat mendengar berita tersebut. Rasa cemas timbul karena disebabkan takut apabila bertemu dengan ibu kandunganya apa yang harus dikatakan dan dilakukan setelah sekian lama Hashi tidak pernah bertemu saat bayi di buang di loker sewaan sampai akhirnya Hashi di rawat di panti asuhan dan diasuh anak oleh Ibu dan Bapak Kuwayama keluarga angkatnya. Banyak pikiran-pikiran Hashi yang menakutkan dalam benaknya apabila Hashi bertemu dengan ibu kandungnya, ibu nya tidak mau menerima dia dan mengabaikannya lagi.Kecemasan yang dialami oleh Hashi termasuk kecemasan realistic yang artinya adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari luar.

Cuplikan 3 (hal.238)

Bagaimana kalau kita membeli lelaki muda di Pasar, lalu sedikit bersenang-senang? Ayoklah Hashi, kita bersenang-senang, kenapa tiba-tiba kau menyukai wanita? Jangan bilang kau sudah berubah pikiran.Kau belum pernah merasakan enaknya hidup seperti ini.” kata Tuan D.

“Sombongnya....,’’ Tuan D mengenakan pakaiannya.


(61)

Mata mereka saling tatap. Lalu Hashi berkata lirih

Analisis :

“Aku bermaksud menikahi Neva.”

Cuplikan “Aku sudah tidak mau berhubungan dengan pria lagi,” kata Hashi.Menunjukan adanya perubahan dari diri Hashi yang semula menyukai sesama jenis (gay), tiba-tiba Hashi menyukai lawan jenis hal ini merupakan indeksikal dari ego, ego yang berprinsip pada realita yang mengharuskan seorang laki-laki tertarik kepada wanita, bukan laki-laki tertarik terhadap laki-laki.Nampak terlihat dari cuplikan “Aku bermaksud menikahi Neva.” .Dalam konteks ini Ego berhasil mengalahkan Id yang selama ini tertanam dalam pikiran Hashi bahwa Hashi hanya tertarik kepada lelaki saja. namun dengan munculnya Neva selaku managernya mampu membuat Hashi menyukai wanita dan kehadiran Neva membuat Hashi merasa nyaman walau mereka terpaut usia yang jauh berbeda sekalipun dicerca oleh kawan-kawannya,karena Hashi menyukai wanita yang lebih tua dan kulitnya sudah keriput yang seharusnya wanita itu lebih pantas sebagai seorang ibu bukan istri. Hashi tidak menghiraukan cercaan dari teman-temannya karena keadaan latar belakang dan psikologis Hashi yang tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu lah maka Hashi menyukai wanita yang lebih tua dari dirinya.


(62)

Cuplikan 4 (hal.360-361)

Hashi merencanakan agar dirinya tertimpa suatu kecelakaan. Pertama-tama, dia mengumpulkan alat-alat yang dibutuhkannya : tabung gas kecil, kompor, setumpuk perban, potongan tumbuhan lidah buaya, gelas vodka, dan gunting besar. Hashi mengisi penuh gelas dengan vodka kemudian mecelupkan lidahnya dan merendamnya beberapa waktu. Sambil merendam Hashi menyalakan kompor kecil lalu memanaskan gunting di api sampai steril. Ketika dia melihat lidahnya mengkerut dalam cairan vodka.Dia mencoba menggigit lidahnya sedikit, tapi belum mati rasa.Gigitannya membuat kepalanya berdenyut-denyut. Hashi berhasil memegangi lidahnya kuat-kuat dengan melesakkan kuku-kukunya sementara tangannya yang lain mencari gunting. Gunting itu dipenuhi jelaga karena dibakar, dan ketika dia menyentuhkan gunting ke lidahnya, tubuhnya mulai mengejang dan terjatuh ke lantai.Dia menggeliat-liat memegangi mulutnya tanpa bersuara.Saat memejamkan matanya, dia menjulurkan lidahnya kembali lalu membuka gunting selebar mungkin dan menempatkan ujung lidahnya diantara kedua bilah gunting.Selama beberapa saat menunggu dirinya tenang kemudian dia mengklik gunting, gundukan daging meluncur jatuh, darahnya mengalir deras.

Analisis :

Sehingga membuatnya ketakutan dibandingkan ketika merasakan sakitnya tadi.

Cuplikan Saat memejamkan matanya, dia menjulurkan lidahnya kembali lalu membuka gunting selebar mungkin dan menempatkan ujung lidahnya diantara kedua bilah gunting.Terlihat indeksikalid, Hashi yang mempunyai niat dengan cara apapun dan sudah mempersiapkan alat-alat untuk bisa membuat


(63)

dirinya seolah-olah mengalami kecelakaan.Dalam cuplikan tersebut ego tidak dapat berfungsi dengan baik, seharusnya ego mampu menentang id agar tidak melakukan tindakan yang dilarang atau dianggap suatu hal yang tidak wajar oleh lingkungan sosial, seharusnya ego melaksanakan tugasnya yang menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan id tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntan dari super ego. Akhirnya untuk pertama kalinya ia ingin menyakiti dirinya dengan memotong lidahnya sendiri, di mana suatu pemikiran yang mengarah kepada insting mati, tapi lebih tepatnya insting mati intern.

Cuplikan yang menggambarkan insting mati intern :Selama beberapa saat menunggu dirinya tenang kemudian dia mengklik gunting, gundukan daging meluncur jatuh, darahnya mengalir deras. Insting mati intern adalah perbuatan yang mengarah untuk merusak diri sendiri yang tampil dalam tindakan bunuh diri dan melukai bagian tubuh diri sendiri. Menurut Freud, bahwa manusia di alam bawah sadarnya mempunyai hasrat untuk mati. Jadi dapat dikatakan bahwa tindakan yang terlihat dari cuplikan di atas, Hashi memotong lidahnya di alam bawah sadarnya.

Ego terlihat tidak dapat berfungsi dengan baik lagi sehingga Hashi tidak bisa berpikir logis karena dia sudah dikuasai oleh alam bawah sadarnya. Dalam situasi ini, id dan insting mati intern sangat kuat, di mana id Hashi mempunyai niat untuk dengan cara apapun untuk memotong memotong lidahnya dan insting mati diperlihatkan dengan mengunting lidahnya sendiri. Id dan ego tidak berjalan seimbang sehingga Hashi tidak bisa memikirkan dampak baik dan buruknya serta tuntutan-tuntan dari super ego. Tetapi rasa ketakutanlah yang justru timbul setelah menyakiti diri nya sendiri.Dalam hal ini, id mengalahkan ego dan super ego.


(64)

Cuplikan 5 (hal.420)

“Sekarang, lalat dikepalaku menyuruhku untuk melakukan hal-hal yang buruk.Seperti memotong lidahku sendiri, mengambil mikrofon dan memukuli orang yang mencoba naik ke atas panggung.Dan anehnya, semakin sering aku melakukan hal-hal buruk itu, aku merasa semakin nyaman.Katanya aku harus membunuh orang yang paling ku cinta di seluruh dunia, sehingga keinginanku akan terkabul. Sebenarnya yang menguasai dunia ini bukanlah Tuhan yang pengasih, tetapi rajanya para penjahat, jadi saat kau meminta pertolongan, kau harus melakukan sesuatu yang buruk agar keinginanmu tercapai.

Analisis :

Itulah sebabnya aku harus membunuh Neva.Kau lihat, Neva sedang hamil, dan aku adalah ayah dari bayinya. Jadi jika aku membunuhnya, bayinya pun akan ikut mati. Dan aku pasti mendengar suara itu lagi. Aku dapat mendengarnya dua kali! Harus seperti itu benar kan Kiku?”

Cuplikan Katanya aku harus membunuh orang yang paling ku cinta di seluruh dunia, sehingga keinginanku akan terkabul. Terlihat adanya niatan Id yang muncul dari Hashi harus membunuh orang yang dicintai nya termasuk istrinya Neva dan bayinya, yang diperintahkan oleh lalat-lalat yang ada dikepalanya, agar semua keinginannya terkabul. Keinginana nya dari Hashi itu hanya ingin mendengar suara detak jantung yang selalu ia dengar di dalam kandungan ibunya, karena suara detak jantung itu yang mengharuskan Hashi mematuhi perintah lalat dengan cara membunuh. Karena suara detak jantung itu juga yang selama ini selalu ingin ia cari dan dengar sepanjang hidupnya, hal ini


(65)

sesuai dengan prinsip Id itu sendiri yang berupaya agar segera terlaksana kepuasan dengan segera, tanpa memperdulikan Neva yang selaku istrinya seharusnya dilindungi bukan disakiti.

Keinginannya untuk membunuh Neva yang sedang hamil juga termasuk ke dalam insting mati.Niat ingin membunuh itu terjadi dari dalam psikologis Hashi yang di mana Hashi tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya, menurutnya ibu nya jahat dan berniat membunuhnya dengan memasukan dirinya ke dalam loker sewaan.Jadi adanya timbul rasa dendam dalam diri Hashi karena masa lalu nya itu,ia selalu berusaha membunuh wanita dalam keadaan sedang hamil. Insting mati yang dinampakkan oleh Hashi merupakan insting mati ekstern yang ciri-cirinya dapat diketahui dengan niatannya yang ingin membunuh seseorang.

Kemudian cuplikan Sebenarnya yang menguasai dunia ini bukanlah Tuhan yang pengasih, tetapi rajanya para penjahat, jadi saat kau meminta pertolongan, kau harus melakukan sesuatu yang buruk agar keinginanmu tercapai.Menunjukkan bahwa tokoh Hashi tidak memperdulikan super ego, artinya ia mengesampingkan adanya kekuasaan Tuhan, tetapi lebih mempercayai kaidah yang berada diluar nilai-nilai kepercayaan atau agama. Ia tidak menyadari ucapannya dengan tidak mempercayai adanya kekuasaan Tuhan yang akan menjerumus kepada perbuatan dosa. Dalam hal ini id lebih dominan daripada ego dan super ego.


(1)

74


(2)

75


(3)

76


(4)

77


(5)

78


(6)

79