LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 28
Dan yang lebih penting adalah bahwa sejak tahun 2013 mulai disosialisasikan gerakan wajib belajar pendidikan 12 tahun sampai SMA sederajat oleh Pemerintah
Kota Dumai. Dari APK di atas secara teoritis hal ini dapat saja ditafsirkan bahwa seluruh penduduk usia sekolah 16-18 tahun sudah sekolah.
b. Angka Partisipasi Murni APM SMA MA SMK
Melihat data APM di atas sebenarnya berkaitan dengan data APK. Hanya saja pada APM kita membandingkan penduduk usia sekolah dengan siswa dengan usia
sekolah yang sama. APM lebih rendah dibandingkan APK dikarenakan banyaknya penduduk yang seharusnya belum masuk di tingkat sekolah tertentu namun sudah
sekolah, meskipun usianya belum cukup. Atau di sisi lain dapat melihat gejela kelebihan umur peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu.
c. Angka Putus Sekolah
Pada tahun 2015 ini tidak ada anak putus sekolah di tingkat SMAMASMK. Hal ini dapat dikatakan sudah berhasil dimana Kota Dumai dapat menekan angka
putus sekolah. Program-program yang selama ini mendukung adalah sebagiamana disebutkan di atas yakni bantuan pendidikan bagi siswa miskin yang bersumber dari
APBD Kota Dumai yang difokuskan kepada sekolah swasta yang tidak mendapatkan bantuan operasional sekolah dari Pemerintah Kota Dumai dan Bantuan Operasional
Mutu BOM dari pemerintah pusat. Bahkan di masa mendatang diharapkan akan semakin banyak lulusan sekolah
menengah dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi dan dapat mengikuti berbagai pelatihan untuk dapat mengisi lapangan kerja dari berbagai investasi berbagai
perusahaan di Kota Dumai atau membuka usaha sendiri yang juga sekaligus membuka lapangan kerja bagi orang lain.
d. Persentase Jumlah Kelas Dalam Kondisi Baik
Perbaikan sarana dan pra sarana pendidikan menengah adalah target Pemerintah Kota Dumai dalam 3 tiga tahun ke depan. Diharapkan di akhir tahun
2018 tidak ada lagi ruang kelas dalam kondisi rusak sedang berat. Di tahun 2015 telah dilaksanakan beberapa perbaikan bangunan sekolah yang
meliputi perbaikan atap, dinding dan lantai sekolah yang rusak. Meskipun jumlahnya belum banyak, namun secara bertahap seluruh ruang belajar akan dalam kondisi baik
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 29
di akhir tahun 2018 mendatang.
e. Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 20142015 Tingkat SMASMKMA
Hasil UN dapat berfungsi sebagai alat evaluasi diri bagi sekolah, Kabupaten Kota, Provinsi dan Pemerintah. Berdasarkan analisis hasil UN maka Pemerintah
Pusat, Provinsi, KabupatenKota dan sekolah dapat melakukan program tindak lanjut. Bagi sekolah atau daerah yang nilainya masih rendah dapat melakukan pelacakan dan
diagnosa secara menyeluruh sehingga dapat dilakukan perbaikan. Persentase tingkat kelulusan ujian nasional tahun 2014 2015 sebagai berikut :
Tabel 1.18. Persentase Tingkat Kelulusan Tingkat SMASMKMA
Dari tabel I.26 peserta yang mengikuti ujian nasional sebanyak 3.832 yang lulus dengan tingkat kelulusan mencapai 100.00 persen. Hasil diatas menunjukkan
bahwa persentase kelulusan tingkat SMAMASMK dengan tingkat ketidak lulusan
0.00 persen dapat dikategorikan MEMUASKAN.
Ujian nasional memang dapat menjadi indikator mutu pendidikan di sebuah daerah. Dan yang menjadi pembanding adalah hasil ujian nasional di daerah lain.
Namun ujian nasional bukan satu-satunya indikator keberhasilan atau mutu pendidikan. Dan hasil ujian nasional sangat dipengaruhi oleh banyak hal lain seperti
kualitas guru, metode pembelajaran, dan kurikulum. Jika hanya melihat hasil ujian nasional ini meskipun mengalami peningkatan
namun belum membuat prestasi pendidikan Kota Dumai dalam hal hasil ujian nasional menjadi kebanggaan bersama. Masih banyak hal yang perlu dievaluasi dan
dibenahi ke depan dengan berbagai strategi dan program kerja yang lebih efektif sehingga angka kelulusan ujian nasional di Kota Dumai dapat menjadi yang terdepan
di Provinsi Riau.
4 Meningkatnya Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Meningkatnya kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan dilihat dari
No Tingkat
Jumlah Siswa Jumlah Lulus
Lulus Jumlah Tidak Lulus
Tidak Lulus 1
SMAMA 2.190
2.190 100,00
0,00 2
SMK 1.642
1.642 100,00
0,00
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 30
indikator sebagai berikut :
a. Persentase Pendidik Berpendidikan S-1 atau D-4
Dalam upaya memenuhi amanat UU No.14Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pemerintah Kota Dumai menyadari bahwa ada banyak hal yang harus
dibenahi. Hal ini terutama karena masih banyak sekali tenaga pendidik belum memiliki tingkat pendidikan setara S-1, sebagaimana tuntutan undang-undang.
Tentu saja masih banyak tenaga pendidik yang harus membenahi diri. Oleh karena itu untuk mempercepat pemenuhan tuntutan undang-undang, selain
terbatasnya anggaran untuk menyekolahkan para guru, Dinas Pendidikan Kota Dumai berkoordinasi dengan Universitas Terbuka dan Universitas Riau sehingga dapat
menambah akses bagi para guru dalam mencapai pendidikan setara sarjana. Pada tabel di bawah ini dapat kita lihat persentase kualifikasi pendidik
berpendidikan S-1 atau D-4.
Tabel 1.19. Kualifikasi Guru
Jumlah Guru Guru S-1
4.251 3.491
82.12 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Dumai
Sebagaimana kita lihat pada tabel di atas bahwa masih sebesar 82,12 tenaga pendidik yang memiliki ijazah setara sarjana. Angka ini sudah lebih baik
dibandingkan tahun 2014 baru 73,57 pendidikan yang berkualifikasi S-1 atau D-4. Artinya pada tahun 2015 ini terdapat kenaikan sebanyak lebih dari 8,55 jumlah
keseluruhan pendidik yang memenuhi kualifikasi S-1 atau D-4. Sampai tahun 2015 guru SD sebagian besar masih berpendidikan SPG setara
SMA dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD serata D-2, sedangkan guru yang sudah berpendidikan DIVS1 berjumlah 1.866 orang dari 2.225 orang atau sebanyak
83.86. Diharapkan dalam beberapa tahun mendatang semakin banyak guru yang menamatkan pendidikan sehingga persentase guru berpendidikan S-1 dapat semakin
meningkat. Sementara itu pada tingkat pendidikan SMP MTs dan SMAMASMK jumlah guru berpendidikan S-1 sudah mencapai masing-masing 76,30 dan 84,63.
Angka ini walaupun sudah cukup baik namun harus ditingkatkan secara maksimal sehingga di akhir tahun 2016 untuk kedua jenjang pendidikan ini
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 31
diharapkan jumlah guru berpendidikan S-1 sudah di atas 95 dari keseluruhan jumlah guru.
Program sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan juga adalah program nasional yang dilaksanakan Pemerintah Kota Dumai, sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan dimaksudkan sebagai legitimasi status profesi seorang pendidik.
Dengan status sebagai professional, konsekuensinya harus ada pengakuan dalam hal tunjangan profesi. Kota Dumai, seperti daerah lainnya mendapatkan quota dari
Pemerintah Pusat setiap tahunnya. 7.
Bidang Kesehatan a. Hasil Pelaksanaan Prioritas Urusan Wajib Bidang Kesehatan
Pelaksanaan program di bidang kesehatan selama tahun 2015 dapat dilihat dari pencapaian sasaran Indikator Kinerja Utama IKU yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai
sebagai berikut :
Tabel 1. 20 Sasaran 1 : Menurunnya Mortalitas Angka Kematian Tahun 2015
No Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Angka Kematian Bayi
per 1.000 Kelahiran Hidup
23 14,09
100 2.
Angka Kematian Balita per 1.000
Kelahiran Hidup 32
16,64 100
3. Angka Kematian Ibu Melahirkan
per 100.000 Kelahiran Hidup
102 145,75
57,11 4.
Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Tahun
72 72,29
100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
Pencapaian indikator kinerja dari Sasaran 1 yakni menurunnya Mortalitas angka kematian pada tahun 2015 adalah sebesar 89,28 karena ada 1 indikator kinerja yakni Angka Kematian Ibu
yang pencapaiannya rendah melebihi terget. 1 Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi mencerminkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan terhadap perinatal. Pada tahun 2015 jumlah kasus kematian bayi yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 116
kasus dari 8.233 kelahiran hidup. Dengan demikian angka kematian bayi di Kota Dumai sebesar 14,10 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 dimana angka
kematian bayi sebesar 13,08 per 1000 kelahiran hidup, terlihat angka kematian bayi pada tahun 2015 mengalami peningkatan. Namun bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2015
yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian bayi di Kota Dumai masih di
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 32
bawah target yang berarti tingkat pencapaiannya baik. Hal ini menggambarkan kualitas kuantitas pelayanan kesehatan terhadap perinatal masih baik. Pencapaian Angka Kematian Bayi Tahun 2011
sampai dengan 2015 dan target 2015 Kota Dumai dapat di lihat pada Grafik 1. 11 berikut ini :
Grafik 1. 13 Pencapaian Angka Kematian Bayi Kota Dumai
Dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
2 Angka Kematian Balita Angka kematian balita menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan
faktor - faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi dan penyakit infeksi. Pada tahun 2015 jumlah kasus kematian balita yang ditemukan di Kota Dumai
sebanyak 137 kasus. Dengan demikian angka kematian balita tahun 2015 di Kota Dumai sebesar 16,64 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 dimana angka
kematian bayi sebesar 15,87 per 1000 kelahiran hidup, terlihat adanya peningkatan angka kematian balita. Namun bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2015 yakni 32 per
1.000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian balita ini masih di bawah target yang berarti tingkat pencapaiannya baik. Pencapaian Angka Kematian Balita dan Tahun 2011 sampai
dengan 2015 serta target 2015 Kota Dumai dapat di lihat pada Grafik 1. 14 berikut ini :
Grafik 1. 14 Pencapaian Angka Kematian Balita Kota Dumai
Dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
3 Angka Kematian Ibu Melahirkan
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 33
Angka kematian ibu melahirkan berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kondisi ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas. Pada tahun 2015 jumlah kasus kematian ibu melahirkan yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 12 kasus dari 8.233 kelahiran hidup.
Dengan demikian angka kematian ibu melahirkan tahun 2015 di Kota Dumai sebesar 145,75 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014, di mana angka kematian
ibu melahirkan sebesar 114.29 per 100.000 kelahiran hidup, maka terlihat ada peningkatan angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2015. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai
tahun 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup, maka pencapaian angka kematian ibu melahirkan ini sudah diatas target yang berarti tingkat pencapaiannya tidak baik. Pencapaian Angka Kematian
Ibu Melahirkan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 serta target 2015 Kota Dumai di lihat pada
Grafik 1. 15 berikut ini :
Grafik 1. 15 Pencapaian Angka Kematian Ibu Melahirkan di Kota Dumai
Dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
4 Angka Harapan Hidup Waktu Lahir Pada tahun 2015 angka harapan hidup waktu lahir umur harapan hidup di Kota Dumai
sebesar 72,29 tahun. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 yakni sebesar 72,29 tahun, terlihat pencapaian angka harapan hidup waktu lahir pada tahun 2015 statis. Meningkatnya angka
harapan hidup waktu lahir secara tidak langsung memberikan gambaran tentang adanya kemungkinan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat. Pencapaian Angka
Harapan Hidup waktu lahir di Kota Dumai tahun 2011 sampai dengan 2015 serta target 2015 dapat di
lihat pada Grafik 1. 16 berikut ini :
Grafik 1. 16
50 100
150 200
2011 2012
2013 2014
2015 172,41
84,26 64,49
114,29 145,75
200 185
155 118
102 P
er 100.000 K
ela hi
ra n
H Idup
Tahun
Pencapaian Target
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 34 Pencapaian Angka Harapan Hidup Waktu Lahir di Kota Dumai
Dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Tabel I. 21 Sasaran 2 : Menurunnya Morbiditas Angka Kesakitan Tahun 2015
No Indikator Kinerja
Satuan Target
Realisasi Capaian
1. Angka Kesakitan Malaria
per 1.000 penduduk
1 6,60
4,60 2.
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA +
88 89,68
100 3.
Prevalensi Penderita HIV Terhadap Penduduk Beresiko
1 0,69
100 4.
Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue DBD
per 100.000 penduduk
51 115,89
27,23
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
Pencapaian indikator kinerja dari Sasaran 2 yakni menurunnya Morbiditas angka kesakitan pada tahun 2015 adalah sebesar 57,96 karena ada 2 indikator kinerja yakni Angka Kesakitan
Malaria dan Angka Kesakitan DBD yang pencapaiannya rendah melebihi target. 5 Angka Kesakitan Malaria
Upaya kegiatan pengendalian vektor melalui penyemprotan rumah IRS dapat dinilai efektif bila dilihat dari dampak terhadap penurunan angka malaria klinis. Pada tahun 2015 ditemukan
sebanyak 2.090 kasus malaria klinis di Kota Dumai dengan Annual Malaria Incidence AMI sebesar 6,60 per 1.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 di mana Annual Malaria
Incidence AMI sebesar 2,75 terlihat adanya peningkatan Annual Malaria Incidence AMI pada
tahun 2015. Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai tahun 2015 yakni 1 per 1.000 penduduk maka pencapaian Annual Malaria Incidence AMI ini melebihi target yang berarti
terjadi pencapaianya kurang baik. Dari 2.090 kasus yang ada terdapat 20 kasus penderita malaria positif sehingga di dapatkan Annuali Parasite Incidence API sebesar 0,06 per 1.000 penduduk.
Seluruh penderita penderita Malaria 100 telah mendapat pengobatan standar di puskesmas. Hal ini menunjukkan keberhasilan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria.
Pencapaian tersebut dapat dilihat dari Grafik 1. 17 berikut ini :
70 70,5
71 71,5
72 72,5
2011 2012
2013 2014
2015 71
71 71,6
72 72
71,33 71,33
71,64 72,29
72,29 U
m ur T
ahun
Tahun Target
Pencapaian
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 35 Grafik 1. 17
Pencapaian Angka Kesakitan Malaria Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
Berdasarkan kecamatan, jumlah kasus Malaria terbanyak ditemukan di Kecamatan Sungai Sembilan yakni sebanyak 1.476 kasus. Hal tersebut disebabkan tingginya mobilitas penduduk
melalui transmigrasi, pembukaan lahan perkebunan, pengembangan tambak udang serta penebangan pohon bakau sebagai industri arang bakau. Dengan faktor resiko tersebut maka satu wilayah
Kecamatan Sungai Sembilan menjadi daerah high endemis Malaria. Kecamatan Bukit Kapur merupakan kecamatan terbanyak kedua ditemukannya kasus Malaria yakni sebanyak 441 kasus,
seperti terlihat pada Grafik 1. 18 berikut ini :
Grafik 1. 18 Jumlah Kasus Malaria Berdasarkan Kecamatan
Di Kota Dumai Tahun 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
6 Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + Pada tahun 2015 dari total 349 penderita TB Paru BTA + yang ditemukan dan diberikan
pengobatan dengan OAT selama 6 bulan, sebanyak 313 orang dinyatakan sembuh hasil pemeriksaan dahaknya menunjukan 2 kali negatif. Dengan demikian pencapaian angka kesembuhan penderita TB
Paru BTA + adalah sebesar 89,68. Bila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 sebesar 87,94, maka terlihat ada peningkatan angka kesembuhan penderita TB Paru BTA +. Bila
dibandingkan dengan target Kota Dumai sebesar 88, maka pencapaian angka kesembuhan penderita TB Paru BTA + tahun 2015 sudah mencapai target. Pencapaian angka kesembuhan
penderita TB Paru BTA + dari tahun 2011 sampai dengan 2015 serta target 2015 dapat dilihat dari
Grafik 1. 19 di bawah ini :
5 4
3 2
1 2,27
2,41 1,8
2,75 6,6
1 2
3 4
5 6
7
2011 2012
2013 2014
2015
Pe rs
en ta
se
Ta hun T arget
Penca paian
5 4
3 2
1 2,27
2,41 1,8
2,75 6,6
2 4
6 8
2011 2012
2013 2014
2015
Pe rs
en ta
se
Tahun Target
Pencapaian
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 36 Grafik 1. 19
Pencapaian Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA + Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
7 Prevalensi Penderita HIV terhadap Penduduk Beresiko Sampai dengan akhir tahun 2015, jumlah kumulatif kasus HIV yang dijumpai di Kota Dumai
sebanyak 305 kasus yang terdiri dari 289 kasus lama dan 16 kasus baru yang ditemukan tahun 2015. Dari 305 kasus HIV yang ditemukan, penderita HIV yang meninggal sebanyak 77 orang sehingga
jumlah penderita HIV yang masih hidup sampai saat ini adalah 228 orang, Dengan demikian prevalensi penderita HIV
terhadap penduduk beresiko pada tahun 2015 adalah sebesar 0,69 jumlah penduduk beresiko HIV sebanyak 32.719 orang.
Grafik 1. 20 Prevalensi Penderita HIV Terhadap Penduduk Beresiko
Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
8 Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue DBD Kota Dumai merupakan daerah endemis Demam Berdarah Dengue DBD. Pada tahun 2015 di
Kota Dumai ditemukan kasus DBD sebanyak 367 kasus atau IR= 115,89 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 2 kasus atau CFR= 0,54. Bila dibandingkan dengan tahun 2014 dimana
ditemukan kasus DBD sebanyak 264 kasus atau IR= 87,17 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 1 kasus atau CFR=0,38, maka ada peningkatan angka kesakitan demam berdarah dengue.
Bila dibandingkan dengan target indikator Kota Dumai yaitu 51100.000 penduduk, maka angka tersebut melebihi target indikator Kota Dumai yang berarti tingkat pencapaiannya kurang baik.
Untuk itu diperlukan kerja keras untuk bisa mencapai target angka kesakitan DBD tahun 2015 yakni
82 84
86 88
90 92
94
2011 2012
2013 2014
2015 86
86 87
87 88
86,32 89,1
93,99 87,94
89,68
Pe rs
ent ase
Tahun Target
Pencapaian
0,2 0,4
0,6 0,8
1
2011 2012
2013 2014
2015 1
1 1
1 1
0,58 0,75
0,11 0,42
0,69
Pe r 100.000 P
enduduk
Tahun Target
Pencapaian
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 37
sebesar 51 per 100.000 penduduk. Masih tingginya angka kesakitan DBD terutama disebabkan oleh faktor perilaku, lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat yang masih mendukung sebagai tempat
berkembang biaknya nyamuk vektor DBD seperti ± 80 penduduk Dumai masih menggunakan bak–bak penampung air hujan PAH dalam memenuhi kebutuhan air bersih, serta tingginya
mobilitas penduduk. Di samping itu, dampak dari global warming juga memicu meningkatnya angka kesakitan DBD. Dari hasil pengamatan data jumlah kasus DBD dalam kurun waktu tertentu
menunjukkan grafik naik turun. Berdasarkan pengamatan tersebut, ada suatu masa yang menunjukkan pola jumlah kasus DBD yang lebih tinggi di banding waktu-waktu lainnya, yang
biasanya muncul setiap lima tahun. Inilah yang kemudian di sebut dengan siklus lima tahunan DBD. Untuk Meminimalisir dan mencegah penularan kasus DBD dilakukan dengan metode fogging
focus. Fogging atau pengasapan dilakukan untuk memutuskan rantai penularan dengan cara membunuh nyamuk dewasa yang telah Infektif terinfeksi Virus Dengue. Nyamuk yang telah
menggigit penderita akan menjadi infektit dan apabila tidak dibunuh maka selama hidup nyamuk tersebut akan menjadi sumber penyebaran penyakit DBD. Kegiatan fogging focus dilakukan setiap
ditemukan kasus tersangka DBD berdasarkan rekomendasi hasil penyelidikan epidemiologi PE dengan luas daerah penyemprotan atau radius 200 M2 dan dilakukan di 100 fokus sebanyak 2 siklus
dengan interval 1 satu minggu. Namun demikian, foggingpengasapan bukanlah solusi dalam upaya pengendalian penyakit
demam berdarah, upaya yang paling efektif adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak oleh seluruh warga masyarakat dan secara terus menerus.
Grafik 1. 21 Pencapaian Angka Kesakitan Demam Berdarah
Dengue Kota Dumai dari tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
70 65
60 55
51 60,89
33,95 58,02
87,17 115,89
20 40
60 80
100 120
140
2011 2012
2013 2014
2015
P e
r 1
.0 P
e n
d u
d u
k
Tahun Target
Pencapaian
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 38 Tabel 1. 21
Sasaran 3 : Meningkatnya Status Gizi Tahun 2015 No
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Capaian
1. Persentase Balita dengan Gizi Buruk
3 0,01
100 2.
Persentase Balita dengan Gizi Kurang 7
0,41 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
Pencapaian indikator kinerja dari Sasaran 3 yakni meningkatnya status gizi pada tahun 2015 adalah sebesar 100.
9 Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Status gizi sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena
disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung dan juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih
berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui. Pengukuran gizi pada balita difokuskan pada tingkat kecukupan gizinya
yang diukur melalui berat badan terhadap umur atau berat badan terhadap tinggi badan yang dilakukan di posyandu. Melalui pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan secara terus
menerus setiap bulannya di posyandu terutama pada balita BGM Bawah Garis Merah oleh petugas kesehatan, pengadaan PMT Pemberian Makanan Tambahan, pemberian vitamin balita dan
penyuluhan gizi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita, maka kejadian gizi buruk pada balita dapat diantisipasi. Pada tahun 2011 sampai dengan 2013 tidak ditemukan kasus
balita dengan gizi buruk sehingga persentase balita dengan gizi buruk di Kota Dumai adalah 0. Namun pada tahun 2014, sudah ditemukan kasus balita gizi buruk. Hal ini berkat optimalisasi
implementasi kegiatan perawatan kesehatan masyarakat perkesmas yang mulai diaktifkan kembali sejak tahun 2014, salah satunya melalui pelacakan kasus balita dengan gizi buruk. Pada tahun 2015
ditemukan 5 balita gizi buruk yaitu 3 balita di wilayah kerja puskesmas Jaya Mukti, 1 balita di wilayah kerja Dumai Barat dan 1 balita di Wilayah kerja Puskesmas Sungai Sembilan. Dengan
demikian persentase balita dengan gizi buruk di Kota Dumai adalah 0,01. Bila dibandingkan dengan tahun 2014 dimana ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 3 kasus, maka ada peningkatan
kasus gizi buruk pada tahun 2015. Kasus gizi buruk yang dijumpai di Puskesmas Jaya Mukti, Dumai Barat dan Sungai Sembilan sudah di intervensi dengan memberikan Pemberian Makanan Tambahan
PMT pemulihan selama 90 hari dan juga melakukan pengukuran Antroprometri oleh TPG meliputi penimbangan berat badan setiap minggu, pengukuran TB setiap bulannya, pemeriksaan klinis oleh
dokter puskesmas dan pemberian konseling kepada ibu atau pengasuhnya.
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
I - 39 Grafik 1. 22
Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Buruk Kota Dumai dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
10 Persentase Balita Dengan Gizi Kurang Kasus balita dengan gizi kurang masih sering ditemukan dan jumlahnya cenderung mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya mobilitas warga pendatang dari luar Kota Dumai, dimana warga pendatang ini pada umumnya masih kurang berperilaku hidup bersih dan sehat
PHBS dan jarang mau datang ke sarana kesehatan posyandu, poskeskel dan puskesmas untuk memeriksakan kesehatan balitanya. Sampai dengan akhir tahun 2015 kasus balita dengan gizi kurang
yang ditemukan di Kota Dumai sebanyak 146 kasus dari 35,296 balita yang ditimbang, sehingga persentase balita dengan gizi kurang di Kota Dumai adalah sebesar 0,41. Bila dibandingkan dengan
tahun 2014 dimana persentase balita dengan gizi kurang sebesar 0,31, terlihat ada peningkatan persentase balita dengan gizi kurang. Bila dibandingkan dengan target Kota Dumai Tahun 2015
yakni sebesar 7, maka pencapaian tersebut masih di bawah target.
Grafik 1. 23 Pencapaian Persentase Balita Dengan Gizi Kurang
Kota Dumai dari Tahun 2011 sampai dengan 2015
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Dumai
0.01 0,01
3 3
3 3
3
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5
2011 2012
2013 2014
2015 Pencapaian
Target
0,2 0,42
0,31 0,31
0,41 7
7 7
7 7
1 2
3 4
5 6
7 8
2011 2012
2013 2014
2015 Pencapaian
Target
LKPJ Walikota Dumai Akhir Tahun Anggaran 2015
II - 1
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
DALAM PEMBANGUNAN TAHUN 2015
Rencana strategis pembangunan Kota Dumai disusun dalam dokumen Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Dumai Tahun 2011 - 2015
telah dilegalitaskan dengan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 14 Tahun 2014. Dokumen Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD tersebut merupakan
dokumen bersifat taktis strategis untuk periode lima Tahun yang menjabarkan strategi pembangunan yang akan dijalankan oleh pemerintah Kota Dumai dalam rangka mengoptimalisasikan pemanfaatan
dan pengembangan berbagai potensi dan sumber daya yang tersedia di Kota Dumai. Di dalam Revisi RPJMD Kota Dumai Tahun 2011 - 2015 dijabarkan pernyataan visi, misi, dan
program Kepala Daerah serta memuat strategi pembangunan Daerah, arah kebijakan keuangan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana - rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD juga menjadi pedoman bagi Satuan Perangkat Kerja Daerah SKPD dalam menyusun Rencana Strategis Renstra SKPD.
Renstra - SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dan bersifat indikatif.
Dengan berpedoman pada Renstra - SKPD dan mengacu pada RKPD, selanjutnya setiap SKPD menyusun dokumen Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah RENJA - SKPD sebagai
bahan penyusunan RAPBD.
A. Visi Dan Misi Pembangunan
Visi dan Misi Pembangunan Kota Dumai tertuang dalam Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Dumai periode 2011 - 2015 adalah :
“ Terwujudnya Kota Dumai Sebagai Pusat Pelayanan Kepelabuhanan, Perdagangan, Tourism dan Industri PENGANTIN yang Berbudaya Melayu dan Agamis Menuju Dumai
Sejahtera, Harmonis, Aman dan Tertib SEHAT di Kawasan Pantai Timur Sumatera Tahun 2015 ”
B. Misi Pembangunan Kota Dumai Tahun 2011 - 2015
Misi pembangunan Kota Dumai untuk merealisasikan visi pembangunan di atas adalah :