terungkap kegiatan tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam proposal. Sementara itu, uang Rp 250 juta masih diselidiki.
3.2. Kategorisasi Objektivitas Pers
Dari berita kasus korupsi P2SEM UPN Jatim di surat kabar Surabaya Pagi yang dianalisa sebagai obyek dari penelitian ini yang kemudian penulis
mengklasifikasikannya berdasarkan kategori yang telah dibuat dan disesuaikan agar diperoleh hasil yang akurat, karena validitas metode dan hasil-hasilnya
sangat bergantung dari kategori-kategorinya. Dengan demikian penelitian menggunakan kategorisasi yang digunakan oleh Jurgen Westerstahl yang
kemudian disempurnakan oleh McQuail.
1.
Faktual Dimensi faktual terdiri dari sub dimensi akurasi dan validitas :
Akurasi Menunjukkan ketepatan data yang diberitakan. Hal ini
berkaitan dengan pencantuman atau adanya kata-kata yang menunjukkan jumlah, tempat peristiwa, waktu peristiwa atau
wawancara, nama narasumber, dan sebagainya. Terdapat dua kategori dalam konsep ini yaitu :
a. Dicantumkan jumlah, tempat, waktu, nama, baik yang berupa kata-kata atau pernyataan tentang jumlah, tempat, waktu, nama
atau keseluruhannya. b. Tidak dicantumkan jumlah, tempat, waktu, nama, baik yang
berupa kata-kata atau pernyataan tentang jumlah, tempat, waktu, nama atau keseluruhannya.
Kesesuaian judul dengan isi berita. Hal ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah judul merupakan bagian dari kalimat
yang sama pada isi berita, atau kutipan yang ada dalam isi berita. Konsep ini dibagi ke dalam :
a.
Sesuai, apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau kutipan yang ada dalam isi berita.
b. Tidak sesuai, apabila tema bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau kutipan yang ada dalam
isi berita. Validitas
Atribusi sumber data Untuk mengetahui keabsahan pemberitaan yaitu
pencantuman sumber berita secara jelas, berupa nama, pekerjaan, atau sesuatu untuk upaya konfirmasi atau cek dan recek. Konsep
ini dibagi menjadi :
a. Sumber berita jelas, apabila dalam pemberitaan tersebut dicantumkan identitas narasumber, seperti nama, pekerjaan dan
sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi. b. Sumber berita tidak jelas, apabila dalam pemberitaan tersebut
tidak dicantumkan identitas narasumber, seperti nama, pekerjaan dan sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan
konfirmasi. Kompetensi narasumber, digunakan untuk mengetahui
validitas informasi yang didapatkan, apakah berasal dari apa yang dilihat wartawan sendiri atau berasal dari narasumber yang
menguasai persoalan, atau hanya sekedar kedekatannya dengan media yang bersangkutan karena jabatan atau latar belakang yang
berhubungan dengan objek yang diberitakan. Pemberitaan dikatakan valid, apabila berasal dari wartawan atau dari pelaku
langsung sebagai pihak yang berkompeten. Terdapat dua kategori : a. Peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatan
wartawan secara langsung, yaitu mengungkap informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh wartawan
itu sendiri. b. Peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan
sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut dan ahli di bidangnya.
c. Peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengetahui dengan pasti peristiwa
atau tidak ahli dibidangnya, hanya sekedar memberikan opini tanpa alasan yang kuat.
2. Imparsial Dimensi imparsialitas terdiri dari sub-dimensi keseimbangan dan
netralitas : Keseimbangan
Dalam memuat informasi yang mengandung kritik yang menyerang atau merusak citra seseorang atau sekelompok orang,
diwajibkan untuk menyediakan kesempatan dalam waktu yang pantas dan setara bagi pihak yang dikritik untuk memberikan komentar atau argumen
balik terhadap kritikan yang diarahkan kepadanya.
a.
Seimbang, apabila masing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita maupun dalam jumlah kolom yang
diberikan.
b.
Tidak seimbang, apabila masing-masing pihak yang diberitakan tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita maupun kolom yang
diberikan.
Netralitas Berkaitan dengan sikap tidak memihak wartawan dalam
menyajikan pemberitaan. Pertama, Pencampuran fakta dan opini pendapat pribadi wartawan yang masuk dalam penyajian berita.
a. Adanya pencampuran fakta dan opini, apabila dalam
pemberitaan terdapat kata-kata opinionative, seperti : tampaknya, seakan, seolah, rupanya, diperkirakan, diramalkan,
mengejutkan, manuver, sayangnya dan kata-kata opinionative lainnya.
b. Tidak adanya pencampuran fakta dan opini, apabila dalam
pemberitaan tidak terdapat kata-kata opinionative seperti yang disebutkan sebelumnya.
kedua, Penghakiman, adalah penyajian fakta yang disertai oleh penghakiman wartawan terhadap seseorang, kelompok atau
lembaga tanpa disertai data yang akurat. Dapat dilihat dengan penggunaan kata-kata : pasti, dapat dipastikan, dan kata-kata lain
yang cenderung menuduh.
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel