2008. Penafsiran terhadap suatu konsep tertentu disebut sebagai konsepsi Van den Berg, 1991.
2. Miskonsepsi Fisika merupakan mata pelajaran yang lebih banyak
memerlukan pemahaman. Hal ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah menengah yang dapat dijadikan sebagai
modal penguasaan ilmu dan teknologi pada pendidikan selanjutnya Kurniadi, 2011. Agar penguasaan materi dapat tercapai maka
siswa harus dapat memahami konsep-konsep sub pokok bahasan tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran. Miskonsepsi atau
salah konsep adalah sesuatu yang menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang
diterima pakar dalam bidang itu. Miskonsepsi fisika dapat terjadi pada siapa saja di setiap
jenjang pendidikan, baik pada siswa sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa, bahkan guru ataupun dosen. Hal ini berarti
bahwa meskipun dalam fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, bahkan yang sudah disepakati oleh para tokoh fisika,
konsepsi siswa atau guru berbeda-beda Halomoan, 2006.
B. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi dalam fisika dapat disebabkan berbagai macam hal. Menurut Suparno 2005 secara umum miskonsepsi dapat disebabkan oleh
siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar dan buku teks.
1. Siswa
Penyebab miskonsepsi dari siswa sendiri dapat bermacam- macam, seperti prakonsepsi yang tidak tepat, pemikiran asosiatif,
pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap atau salah generalisasi, pemikiran intuitif, tahap perkembangan kognitif,
kemampuan siswa, serta minat belajar siswa yang rendah Suparno, 2005.
a. Prakonsepsi yang tidak tepat Sebelum mengikuti pembelajaran fisika dalam
kelas, siswa sudah memiliki konsep awal sendiri. Konsep awal yang dimiliki siswa tersebut adalah prakonsepsi.
Konsep awal tersebut terkadang mengandung miskonsepsi. Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman,
sekolah awal dan pengalaman di lingkungan siswa. b. Pemikiran asosiatif
Menurut Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborn, 1982; Marioni, 1989 dalam Suparno, 2005 Istilah- istilah
sehari-hari yang diasosiasi oleh siswa terkadang juga membuat siswa mengalami miskonsepsi. Misalnya saja
seorang siswa mengasosiasikan kerja dengan energi. Jika seseorang menggunakan banyak energi untuk mendorong
mobil haruslah ada kerja. Padahal dalam fisika meskipun orang tersebut mendorong dengan sekuat tenaga namun
mobil tidak bergerak atau berpindah tempat maka akan dianggap tidak ada kerja.
c. Pemikiran humanistik Dalam model pemikiran ini, benda-benda dianggap
berperilaku seperti manusia. Misalnya, siswa menganggap bila benda berada dalam keadaaan diam di atas meja, benda
tersebut tidak melakukan gaya terhadap meja Suparno, 2005
d. Reasoning yang tidak lengkap atau salah generalisasi Menurut Cosmins reasoning yang tidak lengkap
atau salah dapat menyebabkan munculnya miskonsepsi. Reasoning yang tidak lengkap tersebut dikarenakan
informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap, sehingga seorang siswa dapat menarik kesimpulan secara salah dan
ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi dalam diri siswa Suparno, 2005.
e. Pemikiran intuitif Suatu perasaan dalam diri seseorang atau intuisi,
yang secara sepontan mengungkapkan gagasan atau sikap tentang sebelum secara objektif dan rasional diteliti dapat
menyebabkan miskonsepsi. Contohnya siswa kadang
mempunyai intuisi bahwa benda yang massanya lebih besar akan jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda yang
massanya lebih kecil. Pemikiran intuitif biasanya berasal dari pengamatan benda atau kejadian yang terus-menerus
sehingga ketika muncul persoalan fisika tertentu, yang muncul dalam pikiran siswa adalah pikiran intuitif tersebut
Suparno, 2005. f.
Tahap perkembangan kognitif Miskonsepsi pada siswa juga dapat diakibatkan
karena perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan bahan yang digeluti. Siswa yang belum sempurna
perkembangan kognitifnya secara formal akan mengalami kesulitan dalam merumuskan dan memahami konsep yang
abstrak. Miskonsepsi ini kadang muncul apabila guru terlalu terburu-buru merumuskan konsepsi fisika dengan rumusan
formal atau matematis tanpa disertai dengan kejadian sehari-hari Suparno, 2005.
g. Kemampuan siswa Menurut Suparno kebanyakan siswa yang lemah
kemampuannya dalam bidang fisika akan banyak mengalami miskonsepsi. Hal ini terjadi karena ketika
mereka belajar fisika di dalam kelas, siswa tidak dapat menangkap konsep yang disampaikan guru secara
lengkaputuh. Tetapi konsep yang tidak lengkap tersebut mereka anggap sudah lengkap dan benar sehingga
menyababkan mereka mengalami miskonsepsi Suparno, 2005.
h. Minat belajar siswa yang rendah Siswa yang tidak berminat belajar fisika biasanya
tidak memperhatikan dan mendengarkan secara penuh apa yang disampaikan oleh guru, dan ketika membaca buku
teks cenderung tidak teliti tetapi hanya sambil lalu saja. Akibatnya konsep fisika yang disampaikan oleh guru tidak
tertangkap bahkan salah dimengerti Suparno, 2005. 2. Guru Pengajar
Miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika dapat menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi juga. Miskonsepsi ini dapat terjadi
karena guru tidak menguasai bahan, kurang kompeten, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan
gagasan atau ide serta buruknya relasi antara siswa dan guru Suparno, 2005. Karenanya ketika guru keliru mengajarkan suatu bahan kepada
siswa, dan siswa menganggapnya sebagai hal yang benar dan memegang konsep itu kuat-kuat. Siswa akan mengalami miskonsepsi
yang sangat kuat dan sulit untuk diperbaiki.
3. Konteks Pembelajaran Miskonsepsi ini biasanya disebabkan karena pengalaman,
bahasa sehari-hari yang digunakan siswa, serta keyakinan dan agama maupaun perasaan senang atau tidak senang Suparno, 2005.
Miskonsepsi yang disebabkan oleh pangalaman contohnya; dalam kehidupan sehari-hari anak anak sering melihat bahwa matahari terbit
di timur dan tenggelam di barat, sehingga mereka menjadi berpikir bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi. Padahal
berdasarkan penelitian para ahli bumilah yang mengelilingi matahari. Sedangkan miskonsepsi yang disebabkan oleh bahasa dalam
kehidupan sehari hari adalah penggunaan istilah berat dalam kehidupan sehari–hari. Dalam kehidupan sehari berat satuannya
adalah kilogram sedangkan dalam fisika yang mempunyai satuan kilogram adalah massa. Dengan demikian ketika mempelajari fisika
anak menjadi kesulitan dalam membedakan keduanya. Untuk miskonsepsi yang disebabkan oleh keyakinan agama
misalnya dalam kitab suci dituliskan bahwa bumi itu luas, sehingga ada yang berpikir bahwa bumi itu sungguh datar. Menurut para ahli
apabila dilihat dari luar angkasa bumi itu berbentuk bulat. Oleh sebab itu ketika mempelajari fisika mereka akan sedikit bingung dan sulit
untuk menerima konsep yang baru.
4. Cara Mengajar Menurut Suparno metode mengajar guru yang hanya menekankan satu
segi saja dari konsep yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, sering mempunyai dampak jelek yaitu
memunculkan miskonsepsi Suparno, 2005. Miskonsepsi pada siswa karena cara mengajar guru biasanya disebabkan guru hanya ceramah
dan menulis atau guru sering langsung menjelaskan ke bentuk matematika serta tidak memeriksa PR siswa.
5. Buku Teks Miskonsepsi yang dialami oleh siswa karena buku teks
biasanya disebabkan kesalahan konsep yang tertulis di dalam buku atau buku teks yang kurang teliti dalam menyusun baik gambar, tabel
maupun konstanta sehingga membuat siswa menjadi bingung dan memunculkan miskonsepsi Suparno, 2005.
C. Cara Mendeteksi dan Mengatasi Miskonsepsi