Pemahaman dan miskonsepsi tentang gerak dan gaya pada siswa SMA negeri di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur.

(1)

ABSTRAK

Oktama Azarya Nanda. 2015: “Pemahaman dan Miskonsepsi tentang Gerak dan Gaya pada Siswa SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

Timur”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman dan

miskonsepsi gerak dan gaya pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Kutai

Barat, Kalimantan Timur, (2) penyebab terjadinya miskonsepsi gerak dan gaya

pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur,

Penelitian ini dilakukan di empat SMA Negeri yang ada di Kabupaten

Kutai Barat yaitu SMA Negeri 1 Linggang Bigung 8 Agustus 2014, SMA Negeri

1 Sendawar 15 Agustus2014 , SMA Negeri 1 Long Iram 9 Agustus 2014, SMA

Negeri 2 Sendawar 18 Agustus 2014. Sampel penelitian ini terdiri dari 140 siswa

kelas XI dari keempat sekolah tersebut. Data di peroleh melalui tes pilihan ganda

dengan jawaban yang disertai alasan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa

mengenai konsep gerak dan gaya sangat rendah. Berdasarkan empat sub konsep

yang ada siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada subkonsep gerak


(2)

miskonsepsi yang paling rendah adalah gaya pada benda bergerak. (2) Ada empat

penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu siswa salah dalam menghubungkan antara

besaran yang satu dengan besaran yang lain, siswa menyamakan suatu besaran

dengan besaran yang lain padahal berbeda, siswa berpikir intuitif, dan tidak

pernah mengamati fenomena fisika secara langsung.


(3)

ABSTRACT

OktamaAzarya Nanda. 2015: “Understanding and misconception on motion and force in Senior High School in West Kutai, East Kalimantan”. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural

Sciences, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is quantitative and qualitative descriptive aiming to

determine (1) the level of understanding and misconceptions of motion and force

the students of class XISenior High School in West Kutai, East Kalimantan; (2)

the cause of misconceptions of motion and force the students of class XI Senior

High School in West Kutai, East Kalimantan.

This research was conducted in four Senior High School in the West Kutai

such as; SMA Negeri 1 Linggang Bigung 8 August 2014, SMA Negeri 1

Sendawar August 15, 2014, SMA Negeri 1 Long Iram 9 August 2014, and SMA

Negeri 2 Sendawar 18 August 2014.The study sample is consisted of 140 students

of class XI of the four schools. Data were obtained through multiple choice tests

with the opened reasons.

The results showed that (1) the level of students' understanding of the

concept of motion and force is very low. Based on the four sub-concepts, students

experienced many misconceptions on the subconcepts straight of motion, the

force on stationary objects, circular of motion and parabolic of motion and the


(4)

misconceptions: wrong connections between the magnitude of the amount and the

other, students equate a magnitude scale with the other seven though different, the

students thought intuitively, and they never directly observed physics phenomena.


(5)

KALIMANTAN TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oktama Azarya Nanda

101424035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(6)

i

KALIMANTAN TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oktama Azarya Nanda

101424035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(7)

ii ii ii


(8)

iii iii iii


(9)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya. Pengkotbah 3:1

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu

2 Tawarikh 15:7

Karya ini kupersembahkan untuk :

Orang tuaku Hesel dan Isnarty

Adikku Tamariska

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya. Pengkotbah 3:1

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu

2 Tawarikh 15:7

Karya ini kupersembahkan untuk :

Orang tuaku Hesel dan Isnarty

Adikku Tamariska

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya. Pengkotbah 3:1

Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu

2 Tawarikh 15:7

Karya ini kupersembahkan untuk :

Orang tuaku Hesel dan Isnarty


(10)

v LEMB

Saya menyatakan den memuat karya atau ba kutipan dan daftar pust

v

BAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang say bagian karya orang lain, kecuali yang telah di pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 A Penulis

Oktama Azarya

v

YA

saya tulis ini tidak disebutkan dalam

6 Agustus 2015


(11)

vi LEM PUBLIKASI KAR Yang bertandatangan Nama Nomor Dengan pengembanga Universitas Sanata Dh

Pemahaman dan Misk di Kabupaten Kutai B

Beserta perangkat yan kepada Perpustakaan bentuk media lain, me secara terbatas, dan kepentingan akademis royalty kepada saya se

Demikian pernyataan

vi

EMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN A

an dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sana

a : Oktama Azarya Nanda

orMahasiswa : 101424035

ngan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Dharma Karya ilmiah saya yang berjudul :

iskonsepsi Tentang Gerak dan Gaya pada Sisw ai Barat, Kalimantan Timur

yang diperlukan (bila ada).Dengan demikian sa an Sanata Dharma hak untuk menyimpan, men n, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, m dan mempublikasikannya di internet atau me

mis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun a selama tetap menyantumkan saya sebagai penul

an ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyaka

Pada tanggal : 26

Yang Menyatakan

Oktama Azarya N

vi

N

N AKADEMIS

Sanata Dharma

pada Perpustakaan

Siswa SMA Negeri

saya memberikan engalihkan dalam , mendistribusikan media lain untuk upun memberikan penulis.

akarta

26 Agustus 2015

kan


(12)

vii ABSTRAK

Oktama Azarya Nanda. 2015: “Pemahaman dan Miskonsepsi tentang Gerak dan Gaya pada Siswa SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

Timur”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui: (1) tingkat pemahaman dan

miskonsepsi gerak dan gaya pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Kutai

Barat, Kalimantan Timur, (2) penyebab terjadinya miskonsepsi gerak dan gaya

pada siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Penelitian ini dilakukan di empat SMA Negeri yang ada di Kabupaten

Kutai Barat yaitu SMA Negeri 1 Linggang Bigung 8 Agustus 2014, SMA Negeri

1 Sendawar 15 Agustus2014 , SMA Negeri 1 Long Iram 9 Agustus 2014, SMA

Negeri 2 Sendawar 18 Agustus 2014. Sampel penelitian ini terdiri dari 140 siswa

kelas XI dari keempat sekolah tersebut. Data di peroleh melalui tes pilihan ganda

dengan jawaban yang disertai alasan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa

mengenai konsep gerak dan gaya sangat rendah. Berdasarkan empat sub konsep

yang ada siswa paling banyak mengalami miskonsepsi pada subkonsep gerak


(13)

viii

miskonsepsi yang paling rendah adalah gaya pada benda bergerak. (2) Ada empat

penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu siswa salah dalam menghubungkan antara

besaran yang satu dengan besaran yang lain, siswa menyamakan suatu besaran

dengan besaran yang lain padahal berbeda, siswa berpikir intuitif, dan tidak

pernah mengamati fenomena fisika secara langsung.


(14)

ix ABSTRACT

OktamaAzarya Nanda. 2015: “Understanding and misconception on motion and force in Senior High School in West Kutai, East Kalimantan”. Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural

Sciences, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research is quantitative and qualitative descriptive aiming to

determine (1) the level of understanding and misconceptions of motion and force

the students of class XISenior High School in West Kutai, East Kalimantan; (2)

the cause of misconceptions of motion and force the students of class XI Senior

High School in West Kutai, East Kalimantan.

This research was conducted in four Senior High School in the West Kutai

such as; SMA Negeri 1 Linggang Bigung 8 August 2014, SMA Negeri 1

Sendawar August 15, 2014, SMA Negeri 1 Long Iram 9 August 2014, and SMA

Negeri 2 Sendawar 18 August 2014.The study sample is consisted of 140 students

of class XI of the four schools. Data were obtained through multiple choice tests

with the opened reasons.

The results showed that (1) the level of students' understanding of the

concept of motion and force is very low. Based on the four sub-concepts, students

experienced many misconceptions on the subconcepts straight of motion, the

force on stationary objects, circular of motion and parabolic of motion and the


(15)

x

misconceptions: wrong connections between the magnitude of the amount and the

other, students equate a magnitude scale with the other seven though different, the

students thought intuitively, and they never directly observed physics phenomena.


(16)

xi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan

rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul “Pemahaman dan Miskonsepsi tentang Gerak dan Gaya pada Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Proses penyusunan, pelaksanaan, serta penyelesaian skripsi ini dari

bimbingan, bantuan dorongan serta semangat dari berbagai pihak. Maka dari itu

pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., MST., selaku dosen pembimbing yang selalu

setia dan sabar mendampingi penulis dalam penyusunan, pelaksanaan serta

penyelesaian skripsi ini.

2. T. Sarkim, Ph.D., selaku dosen yang memvalidasi instrumen penelitian

yang akan digunakan oleh peneliti.

3. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang telah membimbing dan memberikan ilmu

selama perkuliahan.

4. Sudaryanti, S.Pd., selaku guru fisika yang memvalidasi instrumen


(17)

xii

5. Ayonisius, S.Pd., MM., selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Barat yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis melaksanakan

penelitian di Kabupaten Kutai Barat.

6. Mikael N, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Linggang Bigung

yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis melaksanakan

penelitian di SMA tersebut.

7. Drs. Suparman selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Long Iram yang telah

berkenan memberikan ijin kepada penulis melaksanakan penelitian di

SMA tersebut.

8. Drs. H. Amran Akhadi, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1

Sendawar yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis

melaksanakan penelitian di SMA tersebut.

9. Drs. Meki selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sendawar yang telah

berkenan memberikan ijin kepada penulis melaksanakan penelitian di

SMA tersebut.

10. Saul S.Pd., selaku Waka Kurikulum SMA Negeri 2 Sendawar yang telah

mendampingi penulis dalam melakukan penelitian.

11. Enita, S.Pd., selaku guru fisika kelas XI SMA Negeri 2 Sendawar yang

telah mendampingi penulis dalam melakukan penelitian.

12. Ibu Desi selaku guru fisika kelas XI SMA Negeri 1 Sendawar yang telah

mendampingi penulis dalam melakukan penelitian.

13. Bapak Mario selaku pengajar di SMA Negeri 2 Sendawar yang telah


(18)

xiii

14. Kedua orang tua penulis, Ayah Hesel dan Ibu Isnarti serta adiku

Tamariska yang telah memberikan semangat, nasehat, perhatian dan kasih

sayang, serta doa yang tak akan bisa penulis balas.

15. Sahabatku Agus, Dedy, Flori, Yeni, Indah, Endah, Fika dan teman-teman

Pendidikan Fisika angkatan 2010 atas kebersamaan dan dukungannya

selama masa perkuliahan.

16. Temanku Dio, Kalvari, Roy, Donal, Wahyu dan seluruh penghuni asrama

Tana Purai Ngeriman atas kebersamaan dan dukungannya.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas

segala bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.


(19)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...……… iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT……….. ix

KATA PENGANTAR……….. xi

DAFTAR ISI………. xiv

DAFTAR TABEL………...………. xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah...……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 3

C. Tujuan……… 3

D. Manfaat Penelitian……… 4


(20)

xv

A. Konsep dan Miskonsepsi ……… 5

1. Konsep ……… 5

2. Miskonsepsi ……… 6

B. Penyebab Miskonsepsi……….. ……… 6

1. Siswa ……… 7

a. Prakonsepsi yang tidak tepat ……… 7

b. Pemikiran asosiatif………. 7

c. Pemikiran humanistik ……… 8

d. Reasoning yang tidak lengkap atau salah generalisasi ...……… 8

e. Pemikiran intuitif……… 8

f. Tahap perkembangan kognitif……… 9

g. Kemampuan siswa……….. 9

h. Minat belajar siswa yang rendah……… 10

2. Guru/Pengajar……… 10

3. Konteks pembelajaran……… 11

4. Cara mengajar……… 12

5. Buku teks……….. 12

C. Cara mendeteksi dan mengatasi miskonsepsi……… 12

D. Miskonsepsi mekanika……….. 13

E. Konsep gerak dan gaya………. 15

1. Gerak Lurus……….. 15

a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)………. 15

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) ……… 15

1) Gerak Jatuh Bebas……… 16

2) Gerak Vertikal ke Atas (GVA) ……… 18

3) Gerak Vertikal ke Bawah ... 19

2. Gerak Parabola ………. 19


(21)

xvi

a.Hukum Newton I………...……… 22

b.Hukum Newton II………...……….. 22

c.Hukum Newton III ………...………. 22

4. Gerak Melingkar ……….. 23

a. Besaran Gerak Melingkar ……….. 23

b. Dinamika Gerak Melingkar………. 24

5. Gaya Berat, Gaya Normal dan Gaya Gesek………. 25

a.Gaya Berat ………. 25

b.Gaya Normal ……….. 26

c.Gaya Gesek ………. 27

BAB III METODE PENELITIAN...……….. 29

A. Jenis Penelitian……….. 29

B. Waktu Peneltian dan Tempat Penelitian ……….. 29

1. Waktu Penelitian ………. 29

2. Tempat Penelitian………. 29

C. Populasi dan Sampel………. 29

1. Populasi………. 29

2. Sampel……….. 30

D. Prosedur Penelitian ……….. 30

1. Perencanaan Penelitian………. 30

a. Menentukan dan membuat instrumen penelitian……… 30

b. Menentukan sekolah yang akan diteliti………... 30

c. Menghubungi sekolah yang akan diteliti…………... 31

2. Pelaksanaan Penelitian……….. 31

E. Instrumen Penelitian………. 31

1. Instrumen……….. 31


(22)

xvii

F. Metode Analisa Data……… 35 1. Menentukan kategori jawaban siswa...…….………….. 35 2. Mengelompokan jawaban siswa

berdasarkan kategori jawaban...…... 36 3. Penentuan tingkat pemahaman siswa

4. Kelas XI SMA di Kabupaten Kutai

Barat... 38 5. Penentuan tingkat miskonsepsi pada seluruh

siswa Kelas XI SMA di Kabupaten Kutai

Barat... 39 6. Menentukan pola/kecenderungan

miskonsepsi siswa SMA di Kabupaten Kutai

Barat ...………... 40

7. Menemukan penyebab miskonsepsi pada Siswa

SMA di Kabupaten Kutai Barat ………...…… 41

BAB IV DATA DAN ANALISA...………. 42 A. Deskripsi Sekolah………... 42 B. Data ……….. 45 1. Rincian jumlah siswa tiap sekolah……… 45 2. Gambaran umum Konsep yang dimiliki

siswa…………...…… 45 C. Analisis………. 49

1. Penentuan dan pengelompokan kategori

jawaban.. ... 49 2. Jumlah kategori jawaban pada

masing-masing sekolah... 50 3. Tingkat pemahaman Siswa………... 52

a.Tingkat pemahaman siswa secara


(23)

xviii

b.Tingkat pemahaman siswa tiap sekolah... 52 4. Tingkat miskonsepsi

siswa……… ... 53 a.Tingkat miskonsepsi siswa secara

keseluruhan... 53 b.Tingkat miskonsepsi siswa tiap sekolah... 53 c.Jumlah dan tingkat miskonsepsi yang di

alami setiap siswa... 55 d.Kecenderungan atau pola miskonsepsi

siswa ...…………... 5 5. Miskonsepsi tiap soal dan penyebab

miskonsepsi...…...…. 55 D. Pembahasan……….. 63 1. Tingkat pemahaman konsep siswa... 63 2. Tingkat miskonsepsi siswa... 63 3. Penyebab miskonsepsi... 64

BAB V PENUTUP ..………. 66 A. Kesimpulan ……….. 66 B. Saran ……… 67 DAFTAR PUSTAKA ………... 68 LAMPIRAN ………... 70


(24)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Miskonsepsi Fisiks Pokok

Bahasan Mekanika Pada Level SMA ...………. 14 Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal ...………. 31 Tabel 3.2 Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Tipe

Jawaban dan CRI yang Disederhanakan...……… 35 Tabel 3.3 Pengelompokan Jawaban Siswa Berdasarkan

Kategori Jawaban ... 36

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Pada Masing-masing Sub Konsep……... 40 Tabel 4.1 Jumlah Siswa Tiap Sekolah .………... 45 Tabel 4.2 Presentase Miskonsepsi Siswa dari Miskonsepsi

yang Paling Tinggi...………... 46 Tabel 4.3 Jumlah Keseluruhan Kategori Jawaban Siswa... 49

Tabel 4.4 Frekuensi dan Persentase Kategori Jawaban Siswa

Tiap Sekolah ... 51

Tabel 4.5 Jumlah dan Presentase Kategori Jawaban Siswa

Tiap Sekolah ... 52

Tabel 4.6 Jumlah dan Presentasi Jawaban Siswa Tiap

Sekolah ... 54

Tabel 4.7 Prosentasi Tingkat Miskonsepsi Siswa ... 55

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Miskonsepsi pada Tiap Sub


(25)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerak Parabola... ...………. 19 Gambar 2.2 Arah Kecepatan Linear...………... 24 Gambar 2.3 Gaya Sentripetal ...………...……… 25 Gambar 2.4 Gaya Berat ... 25

Gambar 2.5 Gaya Normal... 26

Gambar 2.6 Gaya Gesek ... 27

Gambar 4.1 Histogram Presentase Frekuensi Jawaban Seluruh Siswa Terhadap Konsep Gerak dan

Gaya Untuk Setiap Kategori Jawaban... 50

Gambar 4.2 Histogram Presentase Frekuensi Jawaban Siswa Terhadap Konsep Gerak dan Gaya untuk Setiap

Kategori Jawaban..………... 51 Gambar 4.3 Histogram Presentase Kategori Jawaban Benar

Tiap Sekolah ... 53

Gambar 4.4 Histogram Persentase Kategori Jawaban

Miskonsepsi Tiap Sekolah ... 54


(26)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: SURAT IZIN PENELITIAN, VALIDASI

DOSEN DAN GURU ... 70

LAMPIRAN 2 : SOAL TES AWAL…………... 81 LAMPIRAN 3 : SOAL TES AKHIR…………... 89 LAMPIRAN 4 : KUNCI JAWABAN……….. 98 LAMPIRAN 5 : JAWABAN SISWA……….. 99 LAMPIRAN 6 : TABEL ALASAN SISWA……… 103 LAMPIRAN 7: TABEL KATEGORI JAWABAN .……… 111 LAMPIRAN 8: FOTO–FOTO PENELITIAN……… 133 LAMPIRAN 9: DAFTAR NAMA SISWA ………. 139


(27)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siswa banyak mengenal peristiwa fisika dalam kehidupan

sehari-hari. Sebelum mengikuti pembelajaran di sekolah siswa sudah memiliki

konsep awal tentang fisika yang mereka kembangkan lewat pengalaman

hidup mereka sehari-hari. Menurut Van Den Berg (1991) siswa yang

memasuki kelas, sudah penuh dengan prakonsepsi atau praanggapan

mengenai alam dan fisika. Setiap konsep yang dimiliki siswa tidak berdiri

sendiri melainkan saling berhubungan dengan konsep-konsep yang lain.

Konsep awal yang mereka punyai tersebut terkadang tidak sesuai

dengan pengertian ilmiah. Menurut Van Den Berg (1991) konsepsi siswa

yang bertentangan dengan konsep para fisikawan disebut miskonsepsi.

Menurut Suparno (2005) miskonsepsi atau salah pengertian adalah konsep

awal siswa yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Van Den Berg

menjelaskan bahwa miskonsepsi adalah pola berfikir yang konsisten pada

suatu situasi atau masalah yang berbeda-beda tetapi pola berfikir itu salah

atau dengan kata lain konsepsi siswa bertentangan dengan konsep

fisikawan, biasanya menyangkut hubungan antarkonsep (Maulana, 2010).

Menurut Suparno (2005) miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa dapat

disebabkan oleh miskonsepsi siswa sendiri, miskonsepsi guru karena tidak


(28)

Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa kekeliruan

siswa dengan fisika ternyata memiliki pola tertentu. Kebanyakan siswa

juga secara konsisten mengembangkan konsep fisika yang salah secara

terus menerus tanpa mereka sadari. Ada salah pengertian atau miskonsepsi

dalam diri siswa yang terkadang tidak disadari oleh guru, bahkan oleh

siswa sendiri. Marshal dan Gilmour menyatakan bahwa pengertian yang

berbeda dari kata-kata antara siswa dan guru juga dapat menyebabkan

terjadinya miskonsepsi (Suparno, 2005). Hal ini juga menyebabkan

terjadinya kesenjangan antara apa yang disampaikan guru, dengan apa

yang ada dalam pemikiran siswa, akibatnya siswa akan sulit menerima

konsep baru yang disampaikan guru.

Menurut Van Den Berg (1991) mekanika adalah sub-bidang fisika

yang sering dianggap paling penting dan kebanyakan soal-soal tentang

mekanika dapat dipacahkan dengan beberapa hukum saja yaitu; Hukum

Newton I, II, dan III dan Hukum Gravitasi Newton. Tetapi meskipun

hanya mengenai beberapa hal tersebut saja, sangat sulit bagi siswa untuk

mengerti mekanika.

Di Kutai Barat sendiri belum ada riset atau penelitian mengenai

miskonsepsi dalam bidang fisika, baik itu mendeteksi adanya miskonsepsi,

penyebab, maupun cara mengatasi miskonsepsi. Untuk mengatasi

miskonsepsi terlebih dahulu harus dilakukan pendeteksian terhadap


(29)

menyelidiki pemahaman dan miskonsepsi tentang gerak dan gaya pada

siswa SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti

merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat pemahaman dan miskonsepsi tentang gerak dan

gaya pada siswa SMA Negeri di Kutai Barat, Kalimantan Timur ?

2. Apa penyebab terjadinya miskonsepsi tentang gerak dan gaya pada

siswa SMA Negeri di Kutai Barat, Kalimantan Timur ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui:

1. Tingkat pemahaman dan miskonsepsi tentang gerak dan gaya pada

siswa SMA Negeri di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

2. Penyebab terjadinya miskonsepsi tentang gerak dan gaya pada siswa


(30)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak antara

lain:

1. Para guru, dalam upaya mencegah dan mengatasi terjadinya

miskonsepsi pada diri siswa.

2. Para siswa, dalam mengatasi miskonsepsi fisika yang mereka

miliki.

3. Peneliti, sebagai salah satu acuan dalam mengatasi miskonsepsi


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep dan Miskonsepsi

1. Konsep

Konsep ilmu menurut Van Den Berg dan Van Klinken

adalah ide abstrak seperti gaya, tekanan, potensial, yang artinya

disepakati oleh para ilmuan (Van Den Berg dan Van Klinken,

1991). Konsep itu sendiri mencakup benda-benda,

kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas

dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau

simbol.Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antara sesama manusia dan yang

memungkinkan manusia berfikir (Ausubel dalam Van den Berg,

1991).

Menurut Van Den Berg (1991) siswa tidak memasuki

pelajaran dengan kepala kosong yang dapat diisi dengan

pengetahuan. Tetapi sebaliknya kepala siswa sudah penuh dengan

pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan pelajaran

yang diajarkan. Pada setiap bidang ilmu kebanyakan konsep

memiliki arti yang jelas yang telah disepakati oleh para ahli, namun


(32)

2008). Penafsiran terhadap suatu konsep tertentu disebut sebagai

konsepsi (Van den Berg, 1991).

2. Miskonsepsi

Fisika merupakan mata pelajaran yang lebih banyak

memerlukan pemahaman. Hal ini dilakukan melalui kegiatan

pembelajaran di sekolah menengah yang dapat dijadikan sebagai

modal penguasaan ilmu dan teknologi pada pendidikan selanjutnya

(Kurniadi, 2011). Agar penguasaan materi dapat tercapai maka

siswa harus dapat memahami konsep-konsep sub pokok bahasan

tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran. Miskonsepsi atau

salah konsep adalah sesuatu yang menunjuk pada suatu konsep

yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang

diterima pakar dalam bidang itu.

Miskonsepsi fisika dapat terjadi pada siapa saja di setiap

jenjang pendidikan, baik pada siswa sekolah dasar, sekolah

menengah, mahasiswa, bahkan guru ataupun dosen. Hal ini berarti

bahwa meskipun dalam fisika kebanyakan konsep mempunyai arti

yang jelas, bahkan yang sudah disepakati oleh para tokoh fisika,

konsepsi siswa atau guru berbeda-beda (Halomoan, 2006).

B. Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi dalam fisika dapat disebabkan berbagai macam hal.


(33)

siswa sendiri, guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar

dan buku teks.

1. Siswa

Penyebab miskonsepsi dari siswa sendiri dapat

bermacam-macam, seperti prakonsepsi yang tidak tepat, pemikiran asosiatif,

pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap atau salah

generalisasi, pemikiran intuitif, tahap perkembangan kognitif,

kemampuan siswa, serta minat belajar siswa yang rendah (Suparno,

2005).

a. Prakonsepsi yang tidak tepat

Sebelum mengikuti pembelajaran fisika dalam

kelas, siswa sudah memiliki konsep awal sendiri. Konsep

awal yang dimiliki siswa tersebut adalah prakonsepsi.

Konsep awal tersebut terkadang mengandung miskonsepsi.

Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orangtua, teman,

sekolah awal dan pengalaman di lingkungan siswa.

b. Pemikiran asosiatif

Menurut (Arons, 1981; Gilbert, Watts, Osborn,

1982; Marioni, 1989 dalam Suparno, 2005) Istilah- istilah

sehari-hari yang diasosiasi oleh siswa terkadang juga

membuat siswa mengalami miskonsepsi. Misalnya saja

seorang siswa mengasosiasikan kerja dengan energi. Jika


(34)

mobil haruslah ada kerja. Padahal dalam fisika meskipun

orang tersebut mendorong dengan sekuat tenaga namun

mobil tidak bergerak atau berpindah tempat maka akan

dianggap tidak ada kerja.

c. Pemikiran humanistik

Dalam model pemikiran ini, benda-benda dianggap

berperilaku seperti manusia. Misalnya, siswa menganggap

bila benda berada dalam keadaaan diam di atas meja, benda

tersebut tidak melakukan gaya terhadap meja (Suparno,

2005)

d. Reasoning yang tidak lengkap atau salah generalisasi

Menurut Cosmins reasoning yang tidak lengkap

atau salah dapat menyebabkan munculnya miskonsepsi.

Reasoning yang tidak lengkap tersebut dikarenakan

informasi atau data yang diperoleh tidak lengkap, sehingga

seorang siswa dapat menarik kesimpulan secara salah dan

ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi dalam diri siswa

(Suparno, 2005).

e. Pemikiran intuitif

Suatu perasaan dalam diri seseorang atau intuisi,

yang secara sepontan mengungkapkan gagasan atau sikap

tentang sebelum secara objektif dan rasional diteliti dapat


(35)

mempunyai intuisi bahwa benda yang massanya lebih besar

akan jatuh lebih cepat dibandingkan dengan benda yang

massanya lebih kecil. Pemikiran intuitif biasanya berasal

dari pengamatan benda atau kejadian yang terus-menerus

sehingga ketika muncul persoalan fisika tertentu, yang

muncul dalam pikiran siswa adalah pikiran intuitif tersebut

(Suparno, 2005).

f. Tahap perkembangan kognitif

Miskonsepsi pada siswa juga dapat diakibatkan

karena perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai

dengan bahan yang digeluti. Siswa yang belum sempurna

perkembangan kognitifnya secara formal akan mengalami

kesulitan dalam merumuskan dan memahami konsep yang

abstrak. Miskonsepsi ini kadang muncul apabila guru terlalu

terburu-buru merumuskan konsepsi fisika dengan rumusan

formal atau matematis tanpa disertai dengan kejadian

sehari-hari (Suparno, 2005).

g. Kemampuan siswa

Menurut Suparno kebanyakan siswa yang lemah

kemampuannya dalam bidang fisika akan banyak

mengalami miskonsepsi. Hal ini terjadi karena ketika

mereka belajar fisika di dalam kelas, siswa tidak dapat


(36)

lengkap/utuh. Tetapi konsep yang tidak lengkap tersebut

mereka anggap sudah lengkap dan benar sehingga

menyababkan mereka mengalami miskonsepsi (Suparno,

2005).

h. Minat belajar siswa yang rendah

Siswa yang tidak berminat belajar fisika biasanya

tidak memperhatikan dan mendengarkan secara penuh apa

yang disampaikan oleh guru, dan ketika membaca buku

teks cenderung tidak teliti tetapi hanya sambil lalu saja.

Akibatnya konsep fisika yang disampaikan oleh guru tidak

tertangkap bahkan salah dimengerti (Suparno, 2005).

2. Guru/ Pengajar

Miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika dapat menyebabkan

siswa mengalami miskonsepsi juga. Miskonsepsi ini dapat terjadi

karena guru tidak menguasai bahan, kurang kompeten, bukan lulusan

dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan

gagasan atau ide serta buruknya relasi antara siswa dan guru (Suparno,

2005). Karenanya ketika guru keliru mengajarkan suatu bahan kepada

siswa, dan siswa menganggapnya sebagai hal yang benar dan

memegang konsep itu kuat-kuat. Siswa akan mengalami miskonsepsi


(37)

3. Konteks Pembelajaran

Miskonsepsi ini biasanya disebabkan karena pengalaman,

bahasa sehari-hari yang digunakan siswa, serta keyakinan dan agama

maupaun perasaan senang atau tidak senang (Suparno, 2005).

Miskonsepsi yang disebabkan oleh pangalaman contohnya; dalam

kehidupan sehari-hari anak anak sering melihat bahwa matahari terbit

di timur dan tenggelam di barat, sehingga mereka menjadi berpikir

bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi. Padahal

berdasarkan penelitian para ahli bumilah yang mengelilingi matahari.

Sedangkan miskonsepsi yang disebabkan oleh bahasa dalam

kehidupan sehari hari adalah penggunaan istilah berat dalam

kehidupan sehari–hari. Dalam kehidupan sehari berat satuannya adalah kilogram sedangkan dalam fisika yang mempunyai satuan

kilogram adalah massa. Dengan demikian ketika mempelajari fisika

anak menjadi kesulitan dalam membedakan keduanya.

Untuk miskonsepsi yang disebabkan oleh keyakinan agama

misalnya dalam kitab suci dituliskan bahwa bumi itu luas, sehingga

ada yang berpikir bahwa bumi itu sungguh datar. Menurut para ahli

apabila dilihat dari luar angkasa bumi itu berbentuk bulat. Oleh sebab

itu ketika mempelajari fisika mereka akan sedikit bingung dan sulit


(38)

4. Cara Mengajar

Menurut Suparno metode mengajar guru yang hanya menekankan satu

segi saja dari konsep yang digeluti, meskipun membantu siswa

menangkap bahan, sering mempunyai dampak jelek yaitu

memunculkan miskonsepsi (Suparno, 2005). Miskonsepsi pada siswa

karena cara mengajar guru biasanya disebabkan guru hanya ceramah

dan menulis atau guru sering langsung menjelaskan ke bentuk

matematika serta tidak memeriksa PR siswa.

5. Buku Teks

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa karena buku teks

biasanya disebabkan kesalahan konsep yang tertulis di dalam buku

atau buku teks yang kurang teliti dalam menyusun baik gambar, tabel

maupun konstanta sehingga membuat siswa menjadi bingung dan

memunculkan miskonsepsi (Suparno, 2005).

C. Cara Mendeteksi dan Mengatasi Miskonsepsi

Sebelum kita membantu menangani miskonsepsi yang dimiliki

siswa, kiranya perlu kita mengetahui terlebih dahulu miskonsepsi apa yang

dipunyai siswa dan dari mana mereka mendapatkannya.Setelah

menemukan penyebabnya barulah dicari tindakan untuk mengatasinya

(Suparno, 2005). Untuk mendeteksi adanya miskonsepsi beberapa peneliti

menggunakan pertanyaan pilihan ganda digabung dengan alasan yang

sudah tertentu. Dalam model tersebut siswa tidak dibebaskan memberikan


(39)

telah diberikan. Model ini dipilih karena akan memudahkan dalam

menganalisa meskipun memiliki kelemahan yaitu alasan siswa yang

sesungguhnya tidak terungkap (Suparno, 2005).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi

miskonsepsi apabila miskonsepsi disebabkan oleh siswa sendiri,

diantaranya dengan menghadapkan siswa pada suatu kenyataan dan

peristiwa anomali serta mengajari siswa sesuai dengan level

perkembangan mulai dengan yang konkret baru kemudian yang abstrak.

Untuk miskonsepsi yang disebabkan oleh guru, maka guru harus belajar

lagi sehingga sungguh-sungguh menguasai bahan dan memberi waktu

siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis serta

membangun relasi yang baik dengan siswa (Suparno, 2005).

Apabila miskonsepsi terjadi karena buku teks maka guru perlu

mengkoreksi dengan teliti buku tersebut dan memperbaiki konsep yang

salah serta memberikan pembelajaran yang sesuai dengan level siswa.

D. Miskonsepsi Mekanika

Mekanika adalah studi mengenai gerak benda, konsep-konsep gaya

dan energi yang berhubungan membentuk suatu bidang kajian fisika

(Giancoli, 2001), dan sering dianggap merupakan sub-bidang fisika yang

paling penting baik dari segi penerapannya dalam teknik, maupun dari segi

kesempurnaaan sebagai contoh ilmu fisika dan dasar fisika lainnya (Van


(40)

dipecahkan dengan beberapa hukum saja yaitu; Hukum Newton I,II,III,

dan Hukum Gravitasi Newton (Van Den Berg dan Van Klinken, 1991).

Tetapi meskipun demikian, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa

siswa tetap banyak yang mengalami miskonsepsi dalam bidang mekanika.

Dalam tabel 2.1 berikut akan ditunjukan beberapa contoh

miskonsepsi yang terdapat pada diri siswa SMA (Suparno, 2005) :

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Miskonsepsi Fisika Pokok Bahasan Mekanika

pada Level SMA

NO Miskonsepsi

1 Gaya adalah sifat dari benda. Benda memiliki gaya dan bila

kehilangan gaya benda akan berhenti bergerak

2 Ketika sebuah benda diam berati tidak ada gaya yang bekerja pada

benda tersebut

3 Benda yang massanya lebih besar akan jatuh lebih cepat

dibandingkan benda yang massanya lebih kecil

4 Gaya diperlukan untuk menjaga benda bergerak dengan kecepatan

tetap.


(41)

E. Konsep Gerak dan Gaya

a. Gerak Lurus

Gerak lurus dapat didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada

lintasan lurus (Kanginan, 2007). Dua gerak lurus yang sederhana

adalah: Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah

Beraturan (GLBB) (Kanginan, 2007).

a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan atau sering disingkat GLB adalah Gerak

lurus dengan kecepatan konstan (tidak mengalami pecepatan atau

percepatan a = 0).

Berikutpersamaandalam GLB

x = v.t (1)

Ket :

x = jarak

v = kecepatan/kelajuan t = waktutempuh

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus dengan

kecepatan yang berubah secara beraturan atau

geraklurusdenganpercepatanatauperlambatan tetap.

Benda yang bergerak mengalami percepatan.

v = v + at (2)

v = (v + v ) (3)


(42)

Jikav = v + atmaka

x = v t + at (5)

Jikat = maka

x = atauv = v + 2ax (6)

Benda yang bergerak mengalami perlambatan.

= − (7)

̅ = ( + ) (3)

= ̅ = ( + ) (4)

Jikav = v − at maka

x = v t − at (8)

Jikat = maka

= − 2 (9)

1) Gerak Jatuh Bebas (GJB)

Gerak jatuh bebas didefinisikan sebagai gerak jatuh

benda dengan sendirinya mulai dari keadaan diam (V0 = 0) dan

selama gerak jatuhnya hambatan udara diabaikan, sehingga

benda hanya mengalami percepatan kebawah yang tetap, yaitu

percepatan gravitasi (Kanginan, 2013). Sedangkan menurut

= ; = −

+

Keterangan:

= ; =

= ; = ℎ

= ; = −

+

Keterangan:

= ; =


(43)

Haliday,gerak jatuh bebas adalah gerak yang timbul akibat

adanya gaya gravitasi dan benda tidak berada dalam

kesetimbangan, artinya benda terlepas dan tidak ditopang oleh

apapun dari segala sisi.

Terminologi jatuh bebas digunakan untuk benda

yang jatuh tanpa memilik kecepatan awal(V1=0). Untuk

menganalisis gerakan ini, maka dapat dilihat bahwa gerakan

hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, bukan massa

benda. Benda yang jatuh, semakin dekat ke permukaan bumi,

kecepatanya akan semakin bertambah,karena benda mengalami

percepatan sebesar percepatan gravitasi bumi.

Persamaan gerak yang digunakan untuk menganalisis

gerakan ini adalah persamaan gerak untuk gerak lurus berubah

beraturan (Haliday, 1987).

Dengan demikian secara sederhana persaman GLBB untuk

gerak benda mengalami percepatan dapat diubah menjadi :

v = v + gt (10)

y = y + v t + gt (11)

karena v = 0maka

y = y + gt (12)

Jikat = maka

v = v + 2gy (13)

= = =

= ℎ

=

y = y − y

+


(44)

2) Gerak Vertikal ke Atas (GVA)

Jika benda dilempar vertikal ke atas, prinsipnya adalah kebalikan

dari benda jatuh bebas, sehingga persamaan-persamaan yang

berlaku dapat dianalisis seperti berikut ini.

v = v − gt (14)

x = v t − gt (15)

Jikat = maka

= − 2 (16)

a) Waktu mencapai ketinggian maksimum

Saat benda dilempar vertikal ke atas dengan kecepatan v1,

kecepatan pada puncak adalah nol (v2=0) dengan memasukkan

nilai tersebut ke persamaanberikut

= − = (17)

Sehingga t maksimum adalah

= (18)

b) Ketinggian maksimum

Untuk mengetahui ketinggian maksimum benda yang

dilempar vertikal ke atas dapat diperoleh dengan mengolah

persamaan

= − 2 ℎ, dimana nilai v2=0, sehingga persamaan

menjadi = 2 ℎ, maka


(45)

3) Gerak V

dilempa

atau Vo ≠ 0

gerak j

= +

= + +

= + 2

b. Gerak P

dan sudut ada, m

tersebut

= = −

+

Ke

= =

= = ℎ

k Vertikal ke Bawah

Gerak vertikal kebawah adalah gerak sua

mpar tegak lurus kebawah dengan kecepatan aw

Vo ≠ 0.Pada gerak ini benda mengalami pe

k jatuh bebas.

Berikut persamaan gerak untuk gerak vertika

= + (10)

= + + (11)

= + 2 (13)

ak Parabola

Misalkan sebuah peluru ditembakkan denga

sudut α. Dengan menggangap bahwa gaya ge , maka kita dapat menggambarkan grafik pe

but seperti gambar berikut.

Gambar 2.1 Gerak Parabola

= = −

+

Keterangan:

= ; =

= ; = ℎ

suatu benda yang

n awal (Vo) tertentu

Vo ≠ 0 percepatan seperti

tikal kebawah

= +

= + +

= + 2

ngan kecepatan

gesek udara tidak pergerakan bola

= = −

+

= =


(46)

Pada gerak parbola, ada dua dimensi yang harus ditinjau.

Dimensi yang dimaksudkan adalah terhadap sumbu x dan sumbu y.

sumbu y adalah dimensi yang menunjukkanketinggian benda. Gerakan

pada dimensi ini akan dipengaruhi oleh gravitasi bumi, sehingga

percepatannya adalah g. Sedangkan pada sumbu x, percepatan tidak

ada, tidak ada pengaruh g pada gerakan di sumbu x, tetapi penting

diingat bahwa analisis ini mengabaikan pengaruh gesekan udara atau

angin yang mengenai benda. Sehingga gerakan pada sumbu x dapat

dilihat sebagai gerak lurus beraturan. Dengan demikian

persamaan-persamaan pada gerak lurus beraturan akan berlaku juga pada gerakan

pada sumbu y. berikut ini adalah analisis pada gerak parabola.

Saat peluru ditembakkan dengan kecepatan v1 dan sudut

αmaka kita dapat memproyeksikanbesaran kecepatan terhadap sumbu x dan sumbu y nilainya adalah :

= cos dan = sin (20)

Persamaan terhadap sumbu x

Persamaan gerak terhadap sumbu x dapat ditentutan dengan

menggunakan persamaan GLB.

x = v.t (1)

Karena = = vx, maka persamaan (1) dapat


(47)

Dimana:

v1= kecepatan awal peluru

vx= kecepatan peluru pada sumbu x

α= sudut penembakan

Persamaan terhadap sumbu y

Pada sumbu y berlaku persamaan umum gerak lurus berubah

beraturan, untuk benda yang mengalami perlambatan. Persamaan

tersebut dapat diubah menjadi

= − (21)

= + − (22)

= − 2 (23)

jika = sin maka

= sin − (24)

Jika v2y= 0 maka

sin = (25)

= (26)

Ket :

tp= waktu sampai ke titik puncak; =


(48)

c. Hukum Newton

Hukum Newtom menyatakan hubungan antara gaya, massa,

dan gerak benda.

a. Hukum Newton I

Sebuah benda akan terus berada dalam keadaan

diam atau bergerak lurus beraturan, jika tidak ada gaya atau

kekuatan dari luar yang bekerja pada benda tersebut. Sifat

benda yang cenderung mempertahankan keadaan geraknya

(diam atau bergerak lurus beraturan) disebut dengan

kelembaman atau inersia, sehingga hukum Newton I

disebut juga sebagai hukum kelembaman atau hukum

inersia (Kanginan, 2013). secara matematis dinyatakan:

∑F = 0⇔diam atau berGLB (27) b. Hukum Newton II

Hukum Newton II menyatakan bahwa “Percepatan

yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya, dan berbanding terbalik dengan massa benda”(Kanginan, 2013).

Secara matematis, hukum Newton II dinyatakan


(49)

c. Hukum Newton III

Menurut Newton gaya tunggal yang hanya

melibatkan satu benda tidak mungkin ada. Gaya hanya

hadir jika sedikitnya ada dua benda yang berinteraksi

(Kanginan, 2013).

Hukum ini dinyatakan sebagai berikut:

“Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besartetapi berlawanan arah”

Secara matematis, hukum Newton III dinyatakan

sebagai

aksi = - reaksi (29)

d. Gerak Melingkar

a. Besaran Gerak Melingkar

Gerak melingkar adalah gerak pada lintasan

berbentuk lingkaran (Kanginan, 2013). Ada perbedaan

antar gerak lurus beraturan ataupun berubah beraturan

dengan gerak melingkar. Pada gerak melingkar kita

menemukan istilah percepatan sudut (α), kecepatan sudut (ω) dan pergeseran sudut (Ө ) (Haliday, 1987).


(50)

Gambar 2.2 Arah kecepatan linear

b. Dinamika dalam gerak melingkar

Benda diikatkan pada tali. Maka besaran-besaran

yang bekerja pada benda adalah vektor kecepatan, dan

vektor percepatan sentripental. Arah antara kedua vektor

ini adalah tegak lurus satu dengan yang lain. Percepatan

sentripental mengarah ke pusat putaran. Pada gerakan ini

juga akan dihasilkan sebuah gaya sentripental yang arahnya


(51)

Gambar 2.3 Gaya sentripetal

Sesuai dengan Hukum Newton II bahwa ∑F= m.a bahwa maka gaya sentripental (Fs) adalah: Fs= m.as (30)

Dengan = maka diperoleh

Fs= m (31)

Dimana

v = Kecepatan linear (m/s)

r = Jari-jari lintasan lingkaran (m) m = Massa benda (kg)

Fs= Gaya sentripental (N)

e. Gaya Berat dan Gaya Normal

a. Gaya Berat


(52)

Gaya berat adalah gaya tarik bumi, karena berat

adalah salah satu bentuk gaya, berarti berat adalah besaran

vektor. Arah vektor ini adalah arah gaya tarik bumi yaitu

ke pusat bumi, dalam hal ini vertikal ke bawah. Dengan

demikian ketika suatu benda mengalami gerak jatuh bebas

benda tersebut mengalami percepatan karena ada gaya

yang bekerja pada benda tersebut yaitu gaya berat (w)

(Kanginan, 2013)

Gaya berat dirumuskan sebagai berikut

w = m.g, (32)

dimana : w = gaya berat m = massa benda

g = percepatan gravitasi bumi.

b. Gaya Normal

Gambar 2.5 Gaya normal

Gaya normal didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada

bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan, yang

N


(53)

arahnya tegak lurus bidang sentuh (Kanginan, 2013). Pada gambar

2.5 gaya normal bekerja pada benda atau kotak. Pada saat benda

atau kotak berada pada bidang datar gaya normal besarnya sama

dengan berat kotak, kedua gaya tersebut juga berlawanan arah.

Tetapi keduanya bukan pasangan aksi-reaksi, karena keduanya

bekerja pada benda yang sama.

c. Gaya gesek

Gaya gesek adalah gaya yang timbul sebagai akibat

dua benda yang bersinggungan. Besar gaya gesek

berbanding lurus dengan gaya normal N dengan suatu

konstanta pembanding μ yang dinamakan koefisien gesekan.

Gaya gesek antara dua benda yang bergerak adalah

gaya gesek kinetik. (Yahdi, 1996)

Gambar 2.6 Gaya gesek

Gaya gesek kinetik selalu berlawanan arah dengan gerak benda. Pada umumnya ada dua macam koefisien gesekan yaitu koefisin gesek statis μs yang berlaku pada

saat benda belum bergerak (diam) dan koefisien gesek statis


(54)

Persamaan matematis gaya gesek:

fs=μs. N, berlaku pada saat benda diam (33)


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang dipakai adalah penelitian survey. Dengan

penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan gambaran kondisi nyata siswa

berkaitan dengan tingkat miskonsepsi serta pola kecenderungan miskonsepsi

terhadap gerak dan gaya. Dalam penelitian ini tidak ada treatmen yang

dilakukan terhadap siswa. Data langsung diambil dari sampel yang dipilih

dari tiap sekolah. Penelitian ini bersifat deskriptif

kuantitatifdandeskriptifkualitatif.

B. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

Timur

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelilitian ini adalah semua siswa pada

Sekolah Menengah Atas yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat,


(56)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Jurusan

IPA dari empat sekolah yaitu SMA Negeri 1Linggang Bigung,

SMA Negeri 1 Sendawar, SMA Negeri 1 Long Iram dan SMA

Negeri 2 Sendawar. Total sampel adalah 140 Siswa.

D. Prosedur Penelitian

1. Perencanaan Penelitian

i. Menentukan dan membuat Instrumen penelitian

Instrumen penelitian dibuat dan dimodifikasi oleh

peneliti dengan mengacu padaPengembangan Instrumen Evaluasi Miskonsepsi Fisika Mahasiswa Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Berbasis CAA (Computer Aided Assesment)(Widodo, 2012).Instrumen penelitian ini terdiri dari dua puluh soal

dan dikelompokan berdasarkan empat sub konsep.

ii. Menentukan sekolah yang akan diteliti

Dalam penelitian ini peneliti memilih 4 SMA

Negeri yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat. Sekolah

tersebut dipilh karena setiap sekolah tersebut mempunyai

jurusan IPA dan hal ini sangat sesuai dengan materi yang


(57)

iii. Menghubungi sekolah yang akan diteliti

Setelah menentukan sekolah yang akan diteliti.

Peneliti menghubungi pihak sekolah yang akan diteliti

agar memperoleh izin untuk melakukan penelitian.

Selain itu peneliti juga meminta izin kepada Dinas

Pendidikan Kabupaten Kutai Barat

2. Pelaksanaan Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian di sekolah peneliti

membagikan soal multiple choice (Pilihan Ganda) kepada siswa.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan

ganda (multiple choice) dengan reasoning bebas. Instrumen tersebut

terdiri dari 20 butir soal dengan kisi-kisi seperti dalam tabel 3.1berikut

ini:

Tabel 3.1Kisi-kisi soal

Sub Konsep Materi No Butir

Gerak lurus

Gerak jatuh bebas (GJB) 1 Perpindahan 2 Gerak vertikal ke atas (GVA) 3 Gerak lurusdangaya 4 GerakJatuhBebas 5

Gerak melingkar dan

gerak parabola

Arah kecepatan linear 6 Gerak parabola 7 Gaya–gaya dalam gerak

melingkar 8 Arah kecepatan linear 9 Gaya sentripetal 10 Gaya pada Resultan gaya pada benda di 11


(58)

Sub Konsep Materi No Butir benda diam bidang datar

Resultan gaya dan gaya

gesek 12

Hukum Newton III 13 Gaya gesek pada benda diam 14 Gaya normal 15

Gaya pada benda bergerak

Hukum Newton I 16 Perlambatan dan gaya gesek 17

Gaya-gaya ketika benda di

udara 18

Gaya gesek pada benda

bergerak 19 Gaya aksi-reaksi 20

Berikut contoh soal butir soal nomor satu dan butir soal nomor dua

yang digunakan dalam penelitian:

No 1

Perhatikan gambar!

Ada dua buah, bola A dan B.Bola A terbuat dari besi dan dan bola B terbuat dari aluminium. Kedua bola tersebut dilepaskan pada saat dan ketinggian yang sama. Jika berat bola besi dua kali berat bola alumunium, bola manakah yang akan sampai ke tanah terlebih dahulu ?

a. Bola besi (A) sampai ke tanah lebih awal b. Bola aluminium (B) sampai tanah lebih awal


(59)

A B C D F E G Km7 Km 7 Km 10 Km 5 Km 5 Km 7 Km

c. Kedua bola sampai ke tanah dalam waktu yang sama

d. Bola besi (A) sampai ke tanah dengan waktu dua kali lebih cepat dari bola aluminium (B)

e. Bola aluminium (B) sampai ke tanah dengan waktu dua kali lebih cepat dari bolabesi (A)

No 2

Perhatikan Gambar!

Pada suatu wilayah terdapat jalan dengan bentuk lintasan seperti pada gambar berikut. Berapaperpindahan yang dialami mobil dari titik awal (A) hingga ke titik akhir (G)

a. 14 Km b. 21 Km c. 31 Km d. 36 Km e. 41 Km

Soal tersebut diisi oleh siswa yang akan menjadi sampel dalam

penelitian ini. Instrumen tersebut berguna untuk mengukur tingkat dan

penyebab miskonsepsi pada siswa SMA Negeri di Kabupaten Kutai

Barat, Kalimantan Timur. Untuk menghindari jawaban asal tebak maka

setiap pertanyaan yang diberikan, ditanyakan juga tingkat keyakinan

siswa atas kepastian jawaban dengan menggunakan Certainity of Response Indeks. Instrumen awal yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada(Lampiran3).


(60)

2. Validitas

Soal-soal tersebut disusun berdasarkan Pengembangan Instrumen Evaluasi Miskonsepsi Fisika Mahasiswa Dengan Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Berbasis CAA (Computer Aided Assesment) Karya Prasojo Sandi Widodo. Secara isi instrumen tersebut akan mengukur empat subkonsep dengan tiap subkonsepnya

mengandung berbagai macam materi, keempat subkonsep tersebut yaitu:

gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola, gaya pada benda diam

serta gaya pada benda bergerak. Kempat sub konsep tersebut semuanya

terkait dengan konsep utama yang ingin diteliti yakni gerak dan gaya.

Kualitas instrumen yang akan digunakan divalidasi oleh, dosen

ahli, guru serta beberapa orang siswa. Untuk dosen dan guru soal tersebut

akan diperiksa dan dikomentari apakah soal yang diberikan dapat

mengungkapkan miskonsepsi siswa SMA di Kabupaten Kutai Barat.

Sedangkan untuk siswa yang menjadi validator, peneliti meminta untuk

membaca sekilas serta memberikan ceklist mengenai bahasa serta tingkat

kesulitan masing-masing butir soal. Rincian dari komentar guru dan

dosen agar instrumen diperbaiki terdapat pada(Lampiran2). Berdasarkan beberapa hal tersebut, peneliti menyusun kembali serta memperbaiki

bahkan mengganti beberapa butir soal yang isinya kurang baik, sehingga

instrumen yang digunakan dalam penelitian sungguh baik dan valid.

Instrumen yang telah dikoreksi dan akan digunakan dalam penelitan


(61)

F. Metode Analisis Data

1. Menentukan kategori jawaban siswa

Dengan memperhatikan jawaban siswa atas pertanyaan yang

diberikan dan tingkat keyakinan siswa atas jawabannya, maka dapat

ditentukan empat kategori jawaban yaitu: jawaban terkaan, jawaban

salah, jawaban benar, dan jawaban miskonsepsi. Jenis jawaban dan

tingkat keyakinan atas kepastian jawaban dari setiap kategori

tercantum dalam tabel 3.2:

Tabel 3.2

Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Tipe Jawaban dan CRI yang Disederhanakan

Jawaban CRI (Certainity of Response Indeks) Kategori Jawaban Benar Sangat Tidak Yakin atau Tidak Yakin Terkaan Salah Sangat Tidak Yakin atau Tidak Yakin Salah

Benar Yakin atau Sangat Yakin Benar

Salah Yakin atau Sangat Yakin Miskonsepsi

Selain empat kategori diatas, peneliti juga menambahkan

satu lagi syarat yaitu apabila jawaban siswa salah dan mereka

yakin dengan jawaban meraka tetapi tidak memberikan alasan

menjawab maka peneliti memasukan jawaban tersebut dalam


(62)

2. Mengelompokan Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Jawaban

Lembar soal yang telah berisi jawaban dan alasan siswa

diperiksa dan dianalisis untuk mengetahui jawaban, alasan serta

tingkat keyakinan siswa atas pertanyaan yang diberikan. Dengan

menggunakan pengelompokan kategori jawaban pada tabel 3.1 diatas,

peneliti mengelompokan kategori jawaban siswa pada setiap butir

soal.

Setelah seluruh lembar jawaban siswa diperiksa dan dianalisis

berdasarkan kategori jawabannya, penulis menentukan jumlah

miskonsepsi masing masing siswa dan jumlah miskonsepsi siswa

secara kesuluruhan untuk tiap soal.Pengelompokan kategori jawaban

siswa dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3

Pengelompokan Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Jawaban

Nomor Soal

NO SISWA

1 2 40

J CRI KJ J CRI KJ J CRI KJ J CRI KJ 1

2

20 Sub 1 Sub 2 Sub 3


(63)

Nomor Soal

NO SISWA

1 2 40

J CRI KJ J CRI KJ J CRI KJ J CRI KJ Sub 4

Total KJ/Siswa

T T T T

S S S S

B B B B

M M M M

Keterangan:

Sub 1: Jumlah Miskonsepsi dari soal no 1-5

Sub 2: Jumlah Miskonsepsi dari soal no 6-10

Sub 3: Jumlah Miskonsepsi dari soal no 11-15

Sub 4: Jumlah Miskonsepsi dari soal no 16-20

J = Jawaban; CRI : Certainity Response Indeks; KJ = Kategori

Jawaban

Pada kolom J diisi : B bila benar; S bila salah

Pada kolom CRI diisi : STY = Sangat Tidak Yakin; TY:

Tidak Yakin; Y: Yakin; SY: Sangat

Yakin

Pada kolom KJ diisi : T Bila termasuk kategori jawaban

terkaan; S bila termasuk kategori

jawaban salah; B bila termasuk


(64)

termasuk kategori jawaban yang

mengandung miskonsepsi.

Pada Bagian Total KJ/ Siswa diisi dengan jumlah jawaban tiap

siswa berdasarkan kategori jawaban

Pada Bagian Total KJ/ Soal diisi dengan jumlah jawaban tiap

soal berdasarkan kategori jawaban

3. Penentuan tingkat pemahaman siswa Kelas XI SMA di Kabupaten

Kutai Barat

Tingkat pemahaman siswa secara keseluruhan dapat

ditentukan dengan menghitung posentasi dari perbandingan

jumlah kategori jawaban benar secara keseluruhan dengan

jumlah seluruh siswa dikali jumlah soal, lalu dikali dengan

100%

% = ∑

∑ ∑ 100%

Ket:

B = Jawaban benar

Untuk menentukan tingat pemahaman siswa tiap sekolah

dapat ditentukan dengan menghitung prosentasi dari

perbandingan jumlah kategori jawaban benar tiap sekolah

dengan jumlah seluruh siswa dikali jumlah soal lalu dikali 100%

% = ∑


(65)

4. Penentuan miskonsepsi siswa kelas XI SMA di Kabupaten Kutai

Barat

Dalam penelitian ini peneliti menganalisa miskonsepsi tiap

sub konsep yang mengandung beberapa buah soal sekaligus dan

miskonsepsi tiap siswa. Serta menentukan miskonsepsi siswa

pada konsep gerak dan gaya secara keseluruhan.

Tingkat miskonsepsi pada tiap kelompok soal yang

mengandung satu sub konsep dapat ditentukan dengan

menghitung prosentasi dari perbandingan jumlah siswa yang

mengalami miskonsepsi pada kelompok soal tersebut dangan

jumlah siswa secara keseluruhan dikali jumlah soal dalam

kelompok soal tersebut, lalu dikali dengan 100%

% = ∑

∑ ∑ 100%

Ket:

M = Jawaban Miskonsepsi

Tingkat miskonsepsi pada tiap siswa dapat

ditentukan dengan menghitung posentasi dari perbandingan

jumlah miskonsepsi keseluruhan yang dialami seorang siswa

dengan jumlah butir soal , lalu dikali dengan 100%

% =∑

∑ 100%

Tingkat miskonsepsi siswa secara keseluruhan dapat


(66)

jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan

dengan jumlah seluruh siswa dikali jumlah seluruh soal, lalu

dikali dengan 100%

% = ∑

∑ ∑ 100%

5. Menentukan pola/kecenderungan miskonsepsi siswa SMA di

Kabupaten Kutai Barat

Soal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibagi

menjadi empat sub konsep yaitu : Gerak lurus, Gerak melingkar,

Gaya pada benda diam, Gaya pada benda bergerak.

Untuk menentukan pola kecenderungan pola miskonsepsi pada

siswa SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat peneliti membuat

distribusi frekuensi/jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi tiap

sub konsep. Berikut adalah tabel 3.4 distribusi miskonsepsi pada

masing masing sub konsep

Tabel 3.4

Distribusi Frekunsi pada masing-masing Sub Konsep

Sub Konsep Butir Soal Frekunsi

Gerak lurus 1- 5 Gerak merlingkar dan Gerak

parabola 6-10 Gaya pada benda diam 11-15


(67)

6. Menemukan penyebab miskonsepsi pada siswa SMA di Kabupaten Kutai Barat

Untuk menemukan penyebab miskonsepsi maka perlu

dilakukan analisa terhadap alasan yang diberikan siswa ketika

memilih jawaban dalam tiap soal yang diberikan. Jika siswa

mengalami miskonsepsi ketika menjawab soal maka dari alasan


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sekolah

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan

18 Agustus 2014 pada empat SMA Negeri di Kabupaten Kutai Barat. Adapun

SMA Negeri yang dipakai sebagai sampel adalah SMA Negeri 1 Linggang

Bigung, SMA Negeri 1 Sendawar, SMA Negeri 1 Long Iram, dan SMA

Negeri 2 Sendawar. Alasan peneliti memilih empat SMA tersebut sebagai

penelitian, karena setiap sekolah tersebut mempunyai jurusan IPA dan hal ini

sangat sesuai dengan materi yang ingin diteliti.

SMA Negeri 1 Linggang Bigung adalah sekolah dengan siswa yang

sangat tertib, suasana di sekolah ini cukup ideal untuk proses belajar

mengajar. Kelas XI IPA di SMA ini terdiri dari tiga kelas dengan

pengelompokan berdasarkan kemampuan siswa. Di sekolah ini guru yang

mengajar fisika adalah guru yang memang lulusan pendidikan fisika. Di

sekolah ini guru yang mengajar cukup banyak sehingga kebanyakan guru

mengajar berdasarkan spesialisasinya masing-masing.

SMA Negeri 1 Sendawar adalah SMA dengan fasilitas yang cukup

baik. Di sekolah ini siswa-siswanya juga sangat tertib. Untuk melakukan

proses belajar mengajar seharusnya sangat ideal,namun pada saat

pengambilan data suasana sekolah secara keseluruhan sangat mengganggu

dan berisik. Hal ini terjadi karena halaman SMA Negeri 1 Sendawar menjadi


(69)

maupun SMA Se-Kecamatan Melak. Karena halaman sekolah sangat dekat

dengan kelas yang digunakan utuk pengambilan data, maka siswa cukup sulit

untuk berkonsentrasi mengerjakan test. Ada dua kelas XI yang peneliti ujikan

yaitu MIA 1 dan MIA 2. Guru yang mengajar di sekolah ini merupakan guru

baru, yang memang lulusan fisika. Guru yang mengajar di sekolah ini cukup

banyak sehingga pembagian tugas mengajar sesuai dengan spesialisasi

masing-masing guru.

SMA Negeri 1 Long iram adalah SMA yang terdapat di kecamatan long

iram. Sekolah ini sangat tertib dan disiplin dengan waktu. Di sekolah ini kelas

XI IPA hanya terdiri dari satu kelas sedangkan kelas XI IPS ada dua kelas.

Hal ini menunjukan bahwa kurangnya minat siswa untuk masuk jurusan IPA

di sekolah tersebut. Suasana kelas cukup tenang dan tidak berisik sehingga

sangat ideal untuk proses belajar mengajar. Waktu pengambilan data, hanya

sebagian siswa yang dapat mengikuti test karena beberapa siswa menjadi

pasukan pengibar bendera untuk acara 17 Agustus 2014.

Meskipun demikian beberapa siswa cukup kritis menanyakan dan

menkonfirmasi soal yang diujikan. Guru yang mengajar di SMA Negeri 1

Long Iram hanya sedikit dan banyak guru yang merangkap mengajar

beberapa mata pelajaran lain. Guru yang mengajar fisika di sekolah ini

memang lulusan fisika. Guru di sekolah ini terlihat sangat akrab dengan

murid.

SMA Negeri 2 Sendawar adalah SMA yang terdapat di Kecamatan


(70)

cukupberisik.Hal ini terjadi karena sekolah sedang mengadakan pertandingan

antarkelas dalam rangka menyambut 17 Agustus. Kegiatan ini juga

menyebabkan banyak siswa tidak berada di kelas. Atas inisiatif wali kelas dan

guru yang mendampingi peneliti, kelas XI IPA yang terdiri dari dua kelas

digabung menjadi satu. Antara guru dan siswa juga terlihat sangat akrab dan

beberapa siswa berani untuk bertanya dan menkonfirmasi soal yang peneliti

ujikan. Guru yang mengajar fisika di sekolah ini adalah lulusan fisika. Di

sekolah ini beberapa guru yang merangkap mengajar beberapa mata pelajaran

lain.

Dari beberapa sekolah tersebut ada beberapa guru yang menggunakan

buku fisika karya Marthen Kanginan, ada yang menggunakan buku paket dan

juga menggunakan buku LKS untuk melakukan proses belajar mengajar.

Ketika melakukan proses penelitian beberapa guru kurang menyadari

pentingnya mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa, bahkan ada guru

yang belum pernah mendengar penelitian mengenai miskonsepsi fisika.

Sebanyak 140 siswa kelas XI IPA dari empat sekolah yang berbeda

diuji pemahamannya pada pokok bahasan gerak dan gaya. Para siswa tersebut

diminta untuk mengerjakan soal pilihan ganda (multiple choice) dengan

alasan bebas yang disertai dengan tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang

diberikan. Pemberian tes pada siswa di masing-masing sekolah dilakukan


(71)

B. Data

1. Rincian Jumlah Siswa Tiap Sekolah

Tingkat miskonsepsi siswa kelas XI IPA SMA di Kabupaten Kutai

Barat terhadap konsep gerak dan gaya telah diukur dengan instrumen

Pemahaman dan Miskonsepsi Konsep Gerak dan Gaya. Ada enam kelas

dari empat sekolah yang menjadi sampel. Total siswa yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah 140 orang. Rincian jumlah siswa kelas

XI IPA yang menjadi sampel pada masing-masing sekolah bisa dilihat

dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel. 4.1 Jumlah Siswa Tiap Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah Siswa 1 SMA Negeri 1 Linggang Bigung 52 Orang 2 SMA Negeri 1 Sendawar 49 Orang 3 SMA Negeri 1 Long Iram 14 Orang 4 SMA Negeri 2 Sendawar 25 Orang Jumlah Siswa Keseluruhan 140 Orang

2. Gambaran Umum Konsep yang Dimiliki Siswa

Berdasarkan analisa alasan yang diberikan siswa, peneliti melihat

ada banyak miskonsepsi yang dialami siswa. Dari dua puluh materi dan

empat sub konsep yang ada, siswa mengalami miskonsepsi pada salah satu

materi yang diujikan, sehingga bisa dikatakan bahwa seluruh siswa

mengalami miskonsepsi. Dalam tabel 4.2 disajikan persentase miskonsepsi


(72)

Tabel 4.2 Persentase Miskonsepsi Siswa dari Miskonsepsi yang Paling Tinggi

No Miskonsepsi Materi No Soal Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi (%) 1 Benda yang

bermassa lebih besar akan jatuh lebih cepat dari benda yang bermassa lebih kecil

Gerak jatuh bebas (GJB)

1 128 91,43

2 Bom akan jatuh di belakang pesawat/ bom tidak memiliki kecepatan awal Gerak parabola

7 115 82,14

3 Belum bisa membedakan pengertian jarak dan perpindahan

Perpindahan 2 106 75,71

4 Ketika benda didorong dan tidak bergerak itu berarti gaya yang diberikan lebih kecil dari gaya gesek benda tersebut

Gaya gesek pada benda diam

14 106 75,71

5 Siswa belum mengerti

pengaruh besaran dalam GJB

Gerak Jatuh Bebas

5 103 73,57

6 Adanya gaya yang searah dengan gerakan bola Gaya-gaya dalam gerak melingkar

8 89 63,57

7 Siswa belum mengerti arah gaya yang bekerja pada benda di bidang miring

Resultan gaya dan gaya gese


(73)

No Miskonsepsi Materi No Soal Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi (%) 8 Besarnya gaya

normal yang bekerja pada benda di bidang miring dapat sama atau lebih besar dari berat benda

Gaya normal

15 85 60,71

9 Siswa belum mengerti gaya bekerja pada benda bergerak

Hukum Newton I

16 81 57,86

10 Siswa belum mengerti mengenai gaya gesek Gaya gesek pada benda bergerak

19 80 57,14

11 Besarnya gaya gravitasi yang bekerja pada benda diam adalah nol Resultan gaya pada benda di bidang datar

11 78 55,71

12 Siswa belum mengerti mengenai gaya yang bekerja pada GVA dan GJB

Gaya-gaya ketika benda di udara

18 77 55

13 Arah gaya sentripetal mengikuti lintasan benda yang berputar Gaya sentripetal

10 77 55

14 Kelerang akan bergerak mengikuti lintasan yang sebelumnya dilalui Arah kecepatan linear

9 72 51,43

15 Tembok yang didorong tidak bergerak terjadi karena tembok memberikan gaya Hukum Newton III


(74)

No Miskonsepsi Materi No Soal Jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi (%) yang lebih besar

dan berlawanan arah

16 Siswa belum mengerti arah kecepatan linear pada gerak melingkar Arah kecepatan linear

6 67 47,86

17 Ketika bola lepas dari tangan ada gaya normal yang bekerja pada bola

Gerak vertikal ke atas (GVA)

3 51 36,43

18 Siswa belum mengerti bagaimana gaya mempengaruhi gerak benda Gerak lurus dan gaya

4 42 30

19 Jika tidak ada gaya yang bekerja pada mobil maka mobil akan berhenti seketika

Perlambatan dan gaya gesek

17 38 27,14

20 Gaya berat dan gaya normal adalah gaya aksi reaksi.

Gaya aksi dan reaksi

20 31 22,14

Untuk mengetahui lebih detil mengenai alasan yang diberikan siswa untuk


(75)

C. Analisa Data

1. Penentuan dan pengelompokan kategori jawaban

Berdasarkan analisis jawaban siswa pada tes yang diberikan,

peneliti mengelompokan jawaban siswa berdasarkan Kategori Jawaban

Benar (B), Salah (S), Terkaan (T), dan Miskonsepsi (M) untuk setiap

siswa. Untuk melihat kategori jawaban tiap siswa dapat dilihat pada

lampiran 8, untuk jumlah dan persentase setiap kategori jawaban dari

setiap siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Jumlah Keseluruhan Kategori Jawaban Siswa

Jumlah Kategori Jawaban Persentase Jumlah Kategori Jawaban (%)

B S T M B S T M

548 366 302 1584 19,57 13,07 11,07 56,57

Bila persentase data pada tabel 4.3 di atas digambarkan dalam


(76)

Gambar 4.1Histogram Persentase Frekuensi Jawaban Seluruh Siswa Terhadap Konsep Gerak dan Gaya untuk Setiap Kategori Jawaban

Dari hasil analisa di atas diperoleh tingkat miskonsepsi yang relatif

tinggi yaitu 56,57 %, sedangkan jawaban salah adalah sebesar 13,07 %

dan terkaan 10,79 %. dan kategori jawaban benar atau pemahaman

konsep secara keseluruhan adalah sebesar 19,57 %.

2. Jumlah kategori jawaban siswa pada masing-masing sekolah

Peneliti telah menghitung jumlah miskonsepsi siswa untuk

masing-masing sekolah, berikut ini dalam tabel 4.4 disajikan jumlah

kategori jawaban siswa tiap sekolah.

19,57%

13,07% 10,79%

56,57%

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

B S T M

P

er

se

n

tas

e

(%

)

Kategori Jawaban

Histogram Persentase Frekuensi Jawaban Seluruh Siswa Terhadap Konsep Gerak dan Gaya untuk Setiap


(77)

Tabel. 4.4 Frekuensi dan Persentase Kategori Jawaban Siswa Tiap Sekolah Nama Sekolah Jumlah Kategori Jawaban Jumlah Siswa

Persentase Kategori Jawaban %

B S T M B S T M

SMA Negeri 1 Linggang

Bigung

239 125 79 597 52 22,98 12,02 7,60 57,40

SMA Negeri 1 Sendawar

187 111 84 598 49 19,08 11,33 8,57 61,02

SMA Negeri 1

Long Iram

65 28 31 156 14 23,21 10 11,07 55,71

SMA Negeri 2 Sendawar

57 102 108 233 25 11,40 20,40 21,60 46,60

Bila persentase data pada tabel 4.4 di atas digambarkan dalam bentuk

histogram akan tampak seperti pada gambar 4.2 .

Gambar 4.2 Histogram Persentase Frekuensi Jawaban Seluruh Siswa Terhadap Konsep Gerak dan Gaya untuk Setiap Kategori Jawaban

22,98 12,02 7,60 57,40 19,08 11,33 8,57 61,02 23,21 10,0011,07 55,71 11,40 20,40 21,60 46,60 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

B S T M B S T M B S T M B S T M

SMAN 1 Lg Bigung SMA 1 Sendawar SMA 1 Long Iram SMA 2 Sendawar

P e rs e n ta se (% ) Sekolah

Histogram Persentasi Frekuensi Jawaban Seluruh Siswa Terhadap Konsep Gerak dan Gaya untuk Setiap Kategori Jawaban


(78)

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa kategori jawaban

siswa tiap sekolah bervariasi. Namun meskipun demikian tingkat

miskonsepsi siswa masing-masing sekolah berada diatas 40%. Hal ini

menunjukan bahwa tidak ada sekolah yang benar-benar bebas dari

miskonsepsi.

3. Tingkat Pemahaman Siswa

a. Tingkat pemahaman siswa secara keseluruhan

Berdasarkan persentase jumlah kategori jawaban dapat

terlihat bahwa kategori jawaban benar atau tingkat pemahaman

siswa terhadap konsep gerak dan gaya adalah 19,57%.

b. Tingkat pemahaman siswa tiap sekolah

Untuk tingkat kategori jawaban siswa tiap sekolah dapat dilihat

dalam tabel 4.5 berikut ini:

Tabel. 4.5 Jumlah dan PersentaseKategori Jawaban Benar Siswa Tiap

Sekolah

Nama Sekolah

Jumlah Kategori Jawaban Benar/ Pemahaman Siswa

Jumlah Siswa

PersentaseKategori Jawaban Benar / Pemahaman Siswa

(%)

SMA Negeri 1

Linggang Bigung 239 52 22,98 SMA Negeri 1

Sendawar 187 49 19,08

SMA Negeri 1 Long

Iram 65 14 23,21

SMA Negeri 2


(79)

Bila persentase data pada tabel 4.5 digambarkan dalam

bentukhistogram akan tampak seperti pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Histogram persentase kategori jawaban benar tiap

sekolah

4. Tingkat miskonsepsi siswa

a. Tingkat miskonsepsi seluruh siswa

Berdasarkan persentase jumlah kategori jawaban dapat

terlihat bahwa tingkat miskonsepsi seluruh siswa terhadap konsep

gerak dan gaya adalah 56,57%.

b. Tingkat miskonsepsi siswa tiap sekolah

Tingkat miskonsepsi pada masing-masing sekolah dapat dilihat

dalam tabel 4.6

22,98 19,08 23,21 11,4 0 5 10 15 20 25

SMA Negeri 1 Linggang Bigung

SMA Negeri 1 Sendawar

SMA Negeri 1 Long Iram

SMA Negeri 2 Sendawar P e rs e n ta se (% ) Sekolah

Histogram persentasi kategori jawaban benar tiap sekolah


(80)

Tabel 4.6 Jumlah dan persentase kategori jawaban miskonsepsi siswa tiap sekolah Nama Sekolah Jumlah Kategori Jawaban Miskonsepsi Jumlah Siswa Persentase Kategori Jawaban Miskonsepsi(%) SMA Negeri 1

Linggang Bigung 597 52 57,40 SMA Negeri 1

Sendawar 598 49 61,02

SMA Negeri 1

Long Iram 156 14 55,71

SMA Negeri 2

Sendawar 233 25 46,60

Bila persentase data pada tebel 4.6 digambarkan dalam bentuk

histogram akan tampak seperti pada gambar 4.4

Gambar 4.4 Histogram persentase kategori jawaban miskonsepsi tiap

sekolah

57,4 61,02 55,71

46,6 0 10 20 30 40 50 60 70

SMA Negeri 1 Linggang Bigung

SMA Negeri 1 Sendawar

SMA Negeri 1 Long Iram

SMA Negeri 2 Sendawar P e rs e n ta se (% ) Sekolah

Histogram persentase kategori jawaban miskonsepsi tiap sekolah


(81)

c. Jumlah dan tingkat miskonsepsi yang dialami setiap siswa

Untuk menentukan miskonsepsi tiap siswa peneliti

jugamenghitung persentase miskonsepsi tiap siswa, seperti tercantum

dalam lampiran 8. Persentase miskonsepsi tersebut dikelompokan atas

lima kategori seperti nampak pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Persentase Tingkat Miskonsepsi Siswa

No Tingkat Miskonsepsi Siswa Persentase Miskonsepsi (%) Jumlah Siswa Persentase Siswa (%) 1 Sangat Rendah 0-19,99 8 5,71

2 Rendah 20-39,99 10 7,14

3 Sedang 40-59,99 48 34,29

4 Tinggi 60-79,99 57 40,71

5 Sangat Tinggi 80-100 17 12,14

Bila persentase data pada tabel 4.7 diatas digambarkan dalam

bentuk kurva akan tampak seperti pada gambar 4.5

Gambar 4.5Kurva Distribusi Tingkat Miskonsepsi Siswa

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

1 2 3 4 5

P e rs e n ta se (% ) Tingkat Miskonsepsi


(82)

Dari analisa miskonsepsi tiap siswa menunjukan bahwa

persentase siswa yang memiliki tingkat miskonsepsi sangat rendah

sebanyak 5,71%, rendah sebanyak 7,14%, sedang sebanyak 34,29%,

tinggi sebanyak 40,71 % dan sangat tinggi sebanyak 12,14%.

d. Kecenderungan atau pola miskonsepsi siswa

Kecenderungan atau pola miskonsepsi siswa diketahui dengan

menghitung frekuensi miskonsepsi berdasarkan empat subkonsep

yang berbeda serta menganalisa jawaban yang mereka berikan dalam

tes pemahaman dan miskonsepsi gerak dan gaya.

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Miskonsepsi pada Tiap Sub Konsep

Sub Konsep Butir Soal Frekuensi Gerak lurus 1- 5 430

Gerak merlingkar dan Gerak parabola

6-10 420

Gaya pada benda

diam 11-15 427

Gaya pada benda

bergerak 16-20 307

Bila dilihat pada tabel 4.8 siswa mengalami miskonsepsi

paling tinggi dalam subkonsep gerak lurus, gaya pada benda diam,

gerak melingkar dan gerak parabola dan yang paling rendah dalam


(1)

SMA Negeri 1 Long Iram


(2)

(3)

LAMPIRAN 9: Daftar Nama Siswa

No Nama Siswa Asal Sekolah 1 Dimas Eko S SMA Negeri 1 Linggang Bigung 2 Grace Debora SMA Negeri 1 Linggang Bigung 3 Muclish Adi Kurniawan SMA Negeri 1 Linggang Bigung 4 Ali Akbar SMA Negeri 1 Linggang Bigung 5 Antawiranda SMA Negeri 1 Linggang Bigung 6 Agus Maulana Karim W SMA Negeri 1 Linggang Bigung 7 Sesilia SMA Negeri 1 Linggang Bigung 8 Alif Oktaviana Putri SMA Negeri 1 Linggang Bigung 9 Anastasia Yumia Demi SMA Negeri 1 Linggang Bigung 10 Paskalia Mujan SMA Negeri 1 Linggang Bigung 11 Albertus Laurent Pereri SMA Negeri 1 Linggang Bigung 12 Arnoldy Nur Chrisye SMA Negeri 1 Linggang Bigung 13 Madani Kurniawati SMA Negeri 1 Linggang Bigung 14 Vabriant Surya Bhakti SMA Negeri 1 Linggang Bigung 15 Dwi Prasetio SMA Negeri 1 Linggang Bigung 16 Prasman SMA Negeri 1 Linggang Bigung 17 Benidiktus Cevin Weda SMA Negeri 1 Linggang Bigung 18 Arthur Renaldi SMA Negeri 1 Linggang Bigung 19 Sherly Novita Wantini SMA Negeri 1 Linggang Bigung 20 Siti Patma Wati SMA Negeri 1 Linggang Bigung 21 Agustinus Hejeng Bau Long Eng SMA Negeri 1 Linggang Bigung 22 Tiara Takanita Annisyah SMA Negeri 1 Linggang Bigung 23 Dina Siti Prawita. S SMA Negeri 1 Linggang Bigung 24 Irfan Maulana SMA Negeri 1 Linggang Bigung 25 Marcelino Ryan SMA Negeri 1 Linggang Bigung 26 Stefanus Dodi SMA Negeri 1 Linggang Bigung 27 Achmad Yusuf SMA Negeri 1 Linggang Bigung 28 Yuriska Christy SMA Negeri 1 Linggang Bigung 29 Norfina Ligit SMA Negeri 1 Linggang Bigung 30 Amelia R.R. Layun Rampan SMA Negeri 1 Linggang Bigung 31 Dini Kiki Pratiwi r SMA Negeri 1 Linggang Bigung 32 Fitri Indah Sari Aini SMA Negeri 1 Linggang Bigung 33 Agata Tika Sari SMA Negeri 1 Linggang Bigung 34 Maulidya SMA Negeri 1 Linggang Bigung 35 Muhamad Paisal SMA Negeri 1 Linggang Bigung 36 David Thanlian K SMA Negeri 1 Linggang Bigung 37 Evlin Kristina Wati S SMA Negeri 1 Linggang Bigung 38 Mir'atul Ghinayah Rahmania SMA Negeri 1 Linggang Bigung 39 Agustina Hami SMA Negeri 1 Linggang Bigung 40 Veronika Hagang SMA Negeri 1 Linggang Bigung 41 Eriza Agustian P SMA Negeri 1 Linggang Bigung 42 Mega Cristy Misran SMA Negeri 1 Linggang Bigung 43 Karmila Puspita Sari SMA Negeri 1 Linggang Bigung 44 Miftahul Janah SMA Negeri 1 Linggang Bigung


(4)

No Nama Siswa Asal Sekolah 45 Oktavianai Kristina SMA Negeri 1 Linggang Bigung 46 Ovi Anita SMA Negeri 1 Linggang Bigung 47 Nabila Amalia SMA Negeri 1 Linggang Bigung 48 Yohanes Krisna Natalino B SMA Negeri 1 Linggang Bigung 49 Erika Rosalina Felinsia SMA Negeri 1 Linggang Bigung 50 Mandala Tri Ananda Putra SMA Negeri 1 Linggang Bigung 51 Vania Talesia SMA Negeri 1 Linggang Bigung 52 Dwi Purnama Sari SMA Negeri 1 Linggang Bigung 53 Mita Ardila SMA Negeri 1 Sendawar

54 Theresia Katrin HB SMA Negeri 1 Sendawar 55 Tiara Nur Anisa SMA Negeri 1 Sendawar 56 Mutmainnah SMA Negeri 1 Sendawar 57 Rina Harti SMA Negeri 1 Sendawar 58 Surni Rahmadhani SMA Negeri 1 Sendawar 59 K. Novita Hunyang SMA Negeri 1 Sendawar 60 Sonia Ade Riska SMA Negeri 1 Sendawar 61 Rainaldi Setiawan SMA Negeri 1 Sendawar 62 Nadhila Ajrina Amanda SMA Negeri 1 Sendawar 63 Nur Mina SMA Negeri 1 Sendawar 64 Vanesia Risa Kotta SMA Negeri 1 Sendawar 65 Natasha Florenia SMA Negeri 1 Sendawar 66 Kristiana Novithania Asari SMA Negeri 1 Sendawar 67 Andi Luthfi Yudiana SMA Negeri 1 Sendawar 68 Ayu Viandari SMA Negeri 1 Sendawar 69 Chintya mayse P.F SMA Negeri 1 Sendawar 70 Syamsinar SMA Negeri 1 Sendawar 71 Febrianto Tejun SMA Negeri 1 Sendawar 72 Ermiati SMA Negeri 1 Sendawar 73 Adam Yonatan SMA Negeri 1 Sendawar 74 Firda Savitri SMA Negeri 1 Sendawar 75 Ana Ardianti SMA Negeri 1 Sendawar 76 Siti Julaikah SMA Negeri 1 Sendawar 77 Nusaima Robbana SMA Negeri 1 Sendawar 78 Nesti Norsepi SMA Negeri 1 Sendawar 79 Nur Anita SMA Negeri 1 Sendawar 80 Amdi Saputra SMA Negeri 1 Sendawar 81 Dandi Saputra Alfindi SMA Negeri 1 Sendawar 82 Moh Fahmi SMA Negeri 1 Sendawar 83 Katrin Natania Ropa SMA Negeri 1 Sendawar 84 Reka Amelia SMA Negeri 1 Sendawar 85 Hasnang SMA Negeri 1 Sendawar 86 Felisisima Genoveva SMA Negeri 1 Sendawar 87 Selvi Kurnia N SMA Negeri 1 Sendawar 88 Agrace SMA Negeri 1 Sendawar 89 Rizki Amalia SMA Negeri 1 Sendawar 90 Bulan Indah Lestari SMA Negeri 1 Sendawar 91 Elken Retno Sari SMA Negeri 1 Sendawar


(5)

No Nama Siswa Asal Sekolah 92 Putri Suci Rahmadhanty SMA Negeri 1 Sendawar 93 Reninda Agistri SMA Negeri 1 Sendawar 94 Fadilla Mifatul J SMA Negeri 1 Sendawar 95 Muhamad Hendra SMA Negeri 1 Sendawar 96 Muhamad Yusri SMA Negeri 1 Sendawar 97 Dicky Pratama Ramadhan SMA Negeri 1 Sendawar 98 Wina Rahmadayanti. E SMA Negeri 1 Sendawar 99 Denny Rivaldy SMA Negeri 1 Sendawar 100 Agustina Pitryani SMA Negeri 1 Sendawar 101 Muhamad Hajar SMA Negeri 1 Sendawar 102 Evan Prananda R SMA Negeri 1 Long Iram 103 Africa Nirwana S SMA Negeri 1 Long Iram 104 Luluk Muflikhatul Maulidyah SMA Negeri 1 Long Iram 105 Ria Ameldi SMA Negeri 1 Long Iram 106 Peni Nofiani SMA Negeri 1 Long Iram 107 Agatha Selly Pralinda SMA Negeri 1 Long Iram 108 Tesya Medi Andika SMA Negeri 1 Long Iram 109 Wiwik Karmila SMA Negeri 1 Long Iram 110 Lily Kurniawati SMA Negeri 1 Long Iram 111 Ronaldo Lamalo SMA Negeri 1 Long Iram 112 Noviana Felysia SMA Negeri 1 Long Iram 113 Anindayana Yunisia Exselsa SMA Negeri 1 Long Iram 114 Dina Siti Prawita SMA Negeri 1 Long Iram 115 Dini Kiki Pratiwi SMA Negeri 1 Long Iram 116 Yuli Farida SMA Negeri 1 Long Iram 117 Rexy Septian C SMA Negeri 1 Long Iram 118 Agustina Marseli SMA Negeri 1 Long Iram 119 Ruth Novitasari SMA Negeri 1 Long Iram 120 Rosalina SMA Negeri 1 Long Iram 121 Otniel SMA Negeri 1 Long Iram 122 Jundnes SMA Negeri 1 Long Iram 123 J Leonardo SMA Negeri 1 Long Iram 124 Faula Yuniarta S SMA Negeri 1 Long Iram 125 Pulus Kristiadi SMA Negeri 1 Long Iram 126 Kasia SMA Negeri 1 Long Iram 127 Theresia Sinta Dewi SMA Negeri 1 Long Iram 128 Isabella SMA Negeri 2 Sendawar 129 Ikajanulia SMA Negeri 2 Sendawar 130 Acmad Rifa'i SMA Negeri 2 Sendawar 131 Erwin Aprianto SMA Negeri 2 Sendawar 132 Ghea Angela J SMA Negeri 2 Sendawar 133 Cindy Caludia SMA Negeri 2 Sendawar 134 Aditya Yudistira Kilip SMA Negeri 2 Sendawar 135 Listita SMA Negeri 2 Sendawar 136 Fifit Oktavia S SMA Negeri 2 Sendawar 137 Jefri Febrianto SMA Negeri 2 Sendawar 138 Shinta Anggraini SMA Negeri 2 Sendawar


(6)

No Nama Siswa Asal Sekolah 139 Dimas Adi S SMA Negeri 2 Sendawar 140 Yohauks Tauggur Rani SMA Negeri 2 Sendawar