GAMBARAN UMUM TRADISI SIMAH LAUT
Setelah Shalat Dzuhur upacara dilanjutkan, ditandai dengan adanya iring-iringan penduduk membawa perahu yang berisi berbagai
pangananmakanan ke lokasi upacara yang berada di tepi pantai. Sesaji diletakkan ditempat khusus yang telah disediakan, kemudian
dibacakan doa yang dipimpin oleh seorang tetua adatketua adat setempat. Semua kue-kue tradisional dan benda lainnya yang telah
dipersiapkan dan telah dimasukkan ke dalam perahu lalu dilarung ke tengah laut. Setelah seluruh rangkaian upacara selesai, masyarakat
Desa Ujung Pandaran dan pengunjung memasuki masa pali pantangan yang berlangsung selama 3 hari. Selama masa pali ini
masyarakat dilarang melakukan kegiatan di laut termasuk menangkap ikan. Bagi masyarakat yang melanggar masa pali akan dikenakan
sanksidenda pelanggaran sesuai ketentuan adat setempat. Pada masa pali masyarakat setempat meyakini akan timbul
keanehan-keanehan, seperti munculnya berbagai jenis ikan yang ada di dalam laut seakan memberikan isyarat bahwa di masa yang akan
datang rejeki yang akan dituai masyarakat sebanyak apa yang tampak dalam isyaratpetunjuk keajaiban alam yang terjadi pada masa pali
tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar IV.1: Prosesi mendoakan sesaji yang akan dilarung ke laut
Gambar IV.2: Prosesi membawa perahu ke tepi pantai
B. Perlengkapan Prosesi Tradisi Simah Laut 1. Perahu Hias
Dalam pelaksanaan tradisi “Simah Laut” para warganelayan membuat perahu hias yang nantinya akan
digunakan sebagai wadah meletakkan sesaji yang akan dilarung ke tengah laut. Ukuran perahu ini tidak terlalu besar dan tidak
memakan waktu pembuatan yang sangat lama seperti perahu- perahu yang ukurannya relatif besar. Biasanya untuk pembuatan
perahu ini memakan waktu kurang dari satu bulan tergantung dari ketersediaan bahan baku. Setelah bentuk fisik dari perahu telah
selesai maka proses selanjutnya adalah memberi hiasan dan pernak pernik yang unik serta menarik untuk dilihat dan disaksikan.
Gambar IV.3 : perahu hias yang akan dilarung ke laut
2. Beragam Jenis Kue Tradisional Sebelum melaksanakan tradisi “Simah Laut” masyarakat
terlebih dahulu membuat beberapa jenis kue tradisional yang nantinya akan dilarung ke tengah laut bersamaan dengan sesaji
yang lain. Kue ini dibuat oleh para ibu rumah tangga ataupun warga perempuan setempat. Kue tradisional yang dibuat adalah
cucur, apam, wajik, kue gulung, kue putu dan kue tradisional lainnya. Kue-kue tradisional ini nantinya akan dilarung ke laut
besamaan dengan sesaji yang lain.
Gambar IV.4 : beberapa jenis kue tradisional
3. Hewan Kurban Tidak jauh berbeda dari daerah-daerah lain di Indonesia,
tradisi “Simah Laut” juga menggunakan hewan kurban dalam setiap pelaksanaan tradisi ini. Adapun hewan yang selalu
dikurbankan adalah kambing atau sapi yang sudah cukup dari segi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
usia dan ukuran badan yang relatif besar. Hewan kurban ini akan disembelih dan bagian kepala dari hewan tersebut akan dilarung ke
tengah laut sementara bagian lain selain kepala hewan akan dikonsumsi secara bersama-sama oleh warga setempat, pelaksana
tradisi dan wisatawan yang datang menyaksikan prosesi tersebut setelah prosesi selesai dilaksanakan.
C. Lokasi Pelaksanaan Tradisi “Simah Laut”
Pantai Ujung Pandaran adalah kawasan pantai yang terletak di Desa Ujung Pandaran Kabupaten Kotawiringin Timur Provinsi
Kalimantan Tengah dengan panjang pantai sekitar 321 km. Pantai ini berjarak sekitar 85 km arah selatan dari kota Sampit. Letak Pantai
Ujung Pandaran yang jauh dari keramaian kota dan menawarkan panorama pantai yang indah serta tersedianya wahana permainan
olahraga air water sport membuat para wisatawan merasa puas. Untuk mencapai pantai ini tersedia jalur darat yang hampir
keseluruhan jalannya telah bermaterial aspal. Namun jika sudah mendekati kawasan Pantai Ujung Pandaran maka jalan yang dilalui
lebih banyak bermaterial semen dan kerikil. Selain itu fasilitas penerangan di sepanjang jalan juga tergolong minim di malam hari
sehingga membahayakan bagi setiap wisatawan yang menggunakan akses jalan pada malam hari. Selain minim penerangan di sepanjang
akses jalan menuju destinasi, kawasan pantai ini juga memiliki jumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penginapan yang masih sangat kurang serta fasilitas toilet serta air bersih yang belum cukup untuk menunjang kebutuhan para wisatawan.
Banyak sampah-sampah kertas dan plastik yang terbawa arus ombak dari laut sehingga membuat kebersihan kawasan pantai ini
menjadi relatif kurang bersih. Selain sampah yang terbawa arus, sampah-sampah tersebut juga banyak dibuang oleh pengunjung yang
datang dan warga sekitar kawasan pantai. Dengan kondisi kebersihan lingkungan yang relatif kotor, tentu mendapat kesan negatif dari para
pengunjung yang datang ke destinasi Pantai Ujung Pandaran.
Gambar IV.5 : kondisi jalan menuju Pantai Ujung Pandaran