Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tidak Benda pada tahun 2003. Konvensi mengenai Perlindungan dan Promosi Keragam Ekspresi Budaya pada tahun 2005.

e. Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tidak Benda pada tahun 2003.

Konvensi ini mendefinisikan warisan budaya tidak berwujud seabagai praktek – praktek, ekspresi – ekspresi serta pengetahuan dan keahlian yang diakui oleh komunitasmasyarakat, kelompok dan dalam beberapa kasus diakui secara indivivu sebagai bagian dari warisan budaya. 45 Upaya utama untuk penyelamatan yang diusulkan dalam konvensi ini adalah membuat daftar warisan budaya. Negara – Negara anggota didukung untuk menggunakan upaya hukum, teknis, administratif dan financial yang sesuaibdengan tujuan : 46 Kerajinan tangan tradisional dilihat dari berbagai sisi adalah domain yang paling nyata yang di dalamnya warisan yang tidak berwujud tersebut a. Pemeliharaan ciptaan atau penguatan lembaga untuk pelatihan dalam pengelolaan warisan budaya tidak berwujud dan penyebaran warisan budaya ini melalui forum – forum dan ruang – ruang yang ditujukan untuk pertunjukan atau ekspresinya. b. Perlindungan akses terhadap warisan budaya tidak berwujud dalam rangka menghargai praktek – praktek yang lazim untuk mengakses aspek – aspek khusus warisan budaya ini. c. Pembuatan lembaga – lembaga dokumentasi untuk warisan budaya tidak berwujud dan kemudahan akses terhadap kembaga ini. Warisan budaya tidak berwujud yang dimiliki oleh Indonesia : 45 Basuki Antariksa, Opcit, hal.7 46 Ibid Universitas Sumatera Utara diekspresikan, tetapi penekanan dari konvensi ini tidak pada produk kerajinan itu sendiri, tetapi pada keahlian dan pengetahuan yang sangat diperlukan untuk kelanjutan produksi produk tersebut. Keris Indonesia 2003 dan Pertunjukan Wayang Kulit 2005 diakui oleh UNESCO sebagai Maha Karya Warisan Lisan dan Tidak Berwujud.

f. Konvensi mengenai Perlindungan dan Promosi Keragam Ekspresi Budaya pada tahun 2005.

Konvensi ini berusaha untuk memperkuat lima jaringan yang menyatu dalam satu rantai, yaitu : 47 Secara khusus, konvensi ini memiliki tujuan sebagai berikut : a. Kreasi b. Produksi c. Distribusipenyebaran d. Akses e. Kesukaan terhadap ekspresi budaya 48 47 1. Menegaskan kembali hak mutlak dari sebuah Negara untuk menentukan kebijakan – kebijakan budayanya. 2. Mengakui sifat – sifat spesifik dari barang dan jasa hasil budaya sebagai kendaraanalat pembawa identitas nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. http:aanbt.orgcontentkonvensi-perlindungan-dan-promosi-keanekaragaman-budaya, terakhir kali diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 48 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Memperkuat kerja sama dan solidaritas internasional sehingga sesuai dengan ekspresi budaya di semua Negara.

3. Peranan UNESCO Dalam Perlindungan Warisan Budaya Bangsa Indonesia