atau 56°C selama 3 jam dan dengan deterjen, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodin. 2,6 Hasil studi menunjukkan bahwa unggas yang
sakit mengeluarkan virus influenza A H5N1 dengan jumlah besar dalam kotorannya. Penyebaran penyakit ini terjadi di antara populasi unggas satu
peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, namun beberapa tipe
tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik
yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terserang flu burung. Belum ada bukti terjadi penularan dari manusia ke manusia Depkes, 2005.
2.1.2. Patogenesis
Penyakit influenza dimulai dengan infeksi virus pada sel epitel saluran nafas. Virus ini kemudian memperbanyak diri replikasi dengan sangat cepat hingga
mengakibatkan lisis sel epitel dan terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran nafas. Pada tahap awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus, apabila
kemudian terjadi reexposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesifik mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons lebih cepat.
Replikasi virus akan merangsang pembentukan sitokin proinflamasi termasuk IL-1, IL-6, dan TNF-a yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dan menyebabkan gejala
sistemik influenza seperti demam, malaise, dan mialgia. Umumnya influenza bersifat self limiting dan virus terbatas pada saluran nafas Redaksi infeksi.com, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Infeksi strain H5N1 yang sangat patogen memicu respons imun yang tidak cukup sehingga menyebabkan respons inflamasi sistemik. Kemampuan strain H5N1
untuk menghindari mekanisme pertahanan tubuh sitokin berperan pada patogenitas dari strain ini. Pada infeksi H5N1, sitokin yang diperlukan untuk menekan replikasi
virus, terbentuk secara berlebihan cytokine storm yang justru menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas dan berat. Terjadi pneumonia virus berupa
pneumonitis interstisial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema intraalveolar, mobilisasi sel radang dan eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan
membran hyalin dan juga fibroblas. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan acute respiratory
distress syndrome ARDS. Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksiaanoksia yang dapat merusak organ lain anoxic multiorgan dysfunction Redaksi infeksi.com,
2007.
2.1.3. Diagnosis
WHO pada bulan Agustus 2006 membuat definisi baru tentang kasus infeksi virus influenza H5N1 Redaksi infeksi.com, 2007.
1. Orang yang dalam investigasi yakni seseorang yang telah diputuskan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi mengenai kemungkinan infeksi H5N1.
2. Kasus suspek yakni seseorang dengan penyakit saluran nafas bawah yang tidak
bisa dijelaskan disertai demam 38oC, batuk dan sesak atau kesulitan bernafas dan satu atau lebih keadaan di bawah ini dalam 7 hari sebelum terjadi gejala:
Universitas Sumatera Utara
a. Kontak dekat jarak 1 meter dengan orang merawat, berbicara,
bersentuhan yang dicurigai, probabel atau yang sudah dipastikan menderita avian influenza.
b. Terpapar ayam, unggas atau bangkai unggas, lingkungan tercemar
kotoran unggas di daerah yang dicurigai atau dipastikan terjadi infeksi H5N1 pada unggas atau manusia dalam satu bulan terakhir.
c. Mengkonsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak
sempurna di daerah yang dicurigai atau telah dikonfirmasi ada kasus H5N1 pada unggas atau manusia dalam 1 bulan terakhir.
d. Kontak dengan binatang bukan unggas yang sudah dipastikan tertular
H5N1. e.
Kontak dengan bahan pemeriksaan hewan maupun manusia yang dicurigai mengandung H5N1.
3. Kasus probabel
Definisi 1: kriteria kasus infiltrat atau bukti suatu pneumonia akut pada
gambaran foto toraks ditambah bukti gagal nafas hipoksemia, takipnoe berat atau konfirmasi laboratorium positif untuk influenza A tetapi untuk infeksi H5N1 belum
terbukti positif suspek dan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
Definisi 2: seseorang yang meninggal karena penyakit saluran nafas akut yang
tidak bisa dijelaskan penyebabnya, secara epidemiologi dengan kasus probabel atau konfirm avian influenza.
Universitas Sumatera Utara
4. Kasus pasti confirm yakni kasus suspek atau probabel dan satu dari hasil
laboratorium ini: a.
Kultur virus menunjukkan positif influenza AH5N1. b.
PCR positif H5N1. c.
Peningkatan titer antibodi netralisasi untuk H5N1 empat kali lipat atau lebih antara fase akut dan fase konvalesen. Titer antibodi netralisasi harus
1:80 atau lebih tinggi. d.
Titer antibodi mikronetralisasi untuk H5N1 1:80 atau lebih dari serum hari 14 atau sesudahnya setelah gejala timbul dan suatu hasil positif
menggunakan assay yang berbeda misalnya HI 1:60 atau lebih, atau Western Blot.
2.1.4. Flu Burung pada Unggas