2. 1 Toko Modern 2. 2 Waralaba Dampak Waralaba Toko Modern Terhadap Pasar Tradisional (Studi Pada Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan Medan)

pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Namun sesuai dengan judul penelitian yang ditetapkan oleh peneliti, jenis pasar modern yang dibahas pada penelitian ini terbatas pada pasar modern dengan jenis waralaba toko modern.

II. 2. 1 Toko Modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang dapat berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53M-DAGPER122008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 1 ayat 5. Toko modern biasanya dilengkapai berbagai fasilitas yang memberikan rasa nyaman bagi pembeli yang datang. Mulai dari AC, music, display produk yang rapi dan teratur, ruangan yang wangi dan bersih hingga pramuniaga yang bersikap ramah saat menyambut konsumen datang. Transaksi pembayaran pun dilakukan secara teratur dengan mengantri dan pembeli bisa memilih sistem pembayaran, secara tunai atau debit. Semua transaksi dan kegiatan ekonomi pada toko modern ini berlangsung di gerai. Luas gerai ini nantinya menetukan kategori dari toko modern itu sendiri, antara lain: 1. Gerai minimarket memiliki luas gerai ≤ 400m² 2. Gerai supermarket memiliki luas gerai ≤ 1200m² 3. Gerai department store memiliki luas gerai ≤ 2000m²

II. 2. 2 Waralaba

Waralaba yang saat ini berkembang pesat di Indonesia berasal dari bahasa Perancis, yaitu franchise. Franchise sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu Universitas Sumatera Utara “francorum rex” yang artinya bebas dari ikatan, yang mengacu pada kebebasan untuk memilih hak usaha. Sedangkan pengertian franchise berasal dari bahasa Perancis abad pertengahan, diambil dari kata “franc” bebas dan “francher” membebaskan yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa. Namun kemudian di Indonesia dialih-bahasakan dengan istilah waralaba yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen LPPM. Waralaba berasal dari dua kata yaitu kata wara yang berarti lebih atau istimewa dan kata “laba” yang berarti untung. Sehingga waralaba berarti usaha yang memberikan laba lebih atau istimewa Sutedi 2008:7. Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang danatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan danatau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 68M- DAGPER102012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern Pasal 1 ayat 1 Dari dimensi bisnis, waralaba dapat didefinisikan sebagai pengaturan dengan sistem pemberian hak pemakaian nama dagang milik franchisor oleh pihak independen atau franchisee untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian Sutedi 2008:6. Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir, dimana pemilik Universitas Sumatera Utara merk franchisor memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu Sutedi 2008:1. Beberapa istilah yang kerap ditemui dalam sistem usaha waralaba franchise antara lain : 1. Pemberi waralaba franchisor Franchisor adalah pihak pertama baik berupa perorangan ataupun badan usaha yang memiliki kapasitas untuk memberikan hak intelektual yang dimilikinya kepada pihak kedua franchisee untuk memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual, seperti nama, merek dagang, logo dan sistem usaha, dan semua prosedur yang dimilikinya. 2. Penerima waralaba franchisee Franchisee adalah pihak kedua baik berupa perorangan ataupun badan usaha yang menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh franchisor. 3. Royalty fee Royalty fee adalah kontribusi biaya dari operasional usaha franchisee yang dibayarkan kepada franchisor set iap peri ode pe njualan bula na n. Royalty fee ini berupa persentase tertentu dari besarnya omset penjualan franchisee. 4. Franchisee fee Universitas Sumatera Utara Franchisee fee adalah biaya waralaba berupa kontribusi biaya dari franchisee kepada franchisor, sebagai imbalan atas pemberian hak pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual franchisor dalam kurun waktu tertentu. Franchisee fee ini sering juga disebut sebagai one time initial fee. 5. Refranchising Refranchising adalah suatu lokasi yang pada awalnya dimiliki oleh franchisee tetapi akhirnya gerai tersebut dimiliki dibeli kembali dan dikelola oleh franchisor. 6. Master franchisee Master franchisee adalah franchisee yang mendapat hak waralaba langsung dari franchisor yang meliputi are geografis tertentu dan umumnya meliputi satu wilayah hukum negara. Master franchise dapat menjual hak waralabanya kepada area, multiple, maupun individual franchisee. 7. Multiple franchisee Franchisee yang memegang hak waralaba untuk lebih dari satu outlet di area geografis tertentu, tetapi tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya. 8. Individual franchisee Franchisee yang bertindak atas nama sendiri yang memegang hak waralaba untuk satu outlet saja dan tidak dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya. Universitas Sumatera Utara 9. Area franchisee Inividu atau perusahaan yang diberi hak waralaba meliputi cakupan wilayah geografis yang disepakati sebelumnya dalam perjanjian waralaba. Area franchisee dalam hal ini diberikan target atau deadline berkaitan dengan jumlah outlet yang harus dibuka dalam periode waktu tertentu. Area franchisee dapat menjual hak waralaba yang dimilikinya kepada individual atau multiple franchisee. 10. Retrofranchising Retrofranchising adalah lokasi yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh franchisor dan tidak akan dijual di-franchise-kan Suatu usaha dapat diwaralabakan bila setidaknya ada lima syarat minimal, yaitu : 1. Memiliki keunikan 2. Terbukti telah berhasil 3. Memiliki standar 4. Dapat diajarkandiaplikasikan 5. Menguntungkan Sutedi 2008:54

II. 2. 3 Tinjauan Hukum Waralaba