TINJAUAN TENTANG GURU AGAMA
5. Kode Etik Guru
Jika istilah “Kode etik” dikaji lebih dalam, maka terdiri dua kata, yakni “Kode” dan “etik”. Perkataan “etik” berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang berarti watak, adab atau cara hidup. Dapat diartikan bahwa etik itu menunjukkan “cara berbuat yang menjadi adat, karena persetujuan dari kelompok manusia”. Dan etik biasanya dipakai untuk pengkajian sistem nilai- nilai yang disebut “kode”, sehingga terjemalah apa yang disebut “kode etik”. Atau secara harfiah “kode etik” berarti sumber etik. Etika artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi, “kode etik guru” diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”. Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statemen formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru. 15
Muhaimin dan Abdul Mudjib mengatakan, kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur hubungan kemanusiaan (hubungan relationships) antara pendidi dan anak didik, orang tua anak didik, koleganya
serta dengan atasannya. 16 Di dalam Undang-Undang Guru Dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005)
pasal 43 pasal I dan 2 disebutkan :
14 Wawasan Tugas Guru Dan Tenaga Kependidikan, op.cit., hal. 76-83 15 Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hal. 49-50 16 Muhaimin, dkk, op. cit, hal 174.
1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik.
2) Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yangmengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan. 17
Berikut akan dikemukakan kode etik guru Indonesia yang sebagai hasil dari rumusan kongres PGRI XIII pada tanggal 21 sampai dengan 25 November 1973 di Jakarta, terdiri dari sembilan item, yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua anak didik sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
6. Guru sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
17 Undang-Undang Guru Dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005) (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hal. 21
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Kode etik tersebut merupakan suatu pedoman yang dapat mengatur segala perbuatan guru, juga merupakan barometer dari segala sikap guru dalam berbagai segi kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.