METODE PENELITIAN

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang kinerja saham dan kinerja operasi perusahaan sebelum dan sesudah right issue di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2007-2009 dan merupakan penelitian berbasis pengujian hipotesis ( hypothesis testing ). Pengujian yang digunakan berbasis penelitian pengujian hipotesis deskriptif yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan siapa yang terlibat di dalam suatu kegiatan, apa yang dilakukan, dimana, dan bagaimana melakukannya (Jogiyanto, 2004:12). Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.

Dalam menganalisis kinerja saham yang diproksikan dengan abnormal return , periode waktu yang digunakan adalah selama 101 hari bursa yang dibagi menjadi dua periode, yaitu periode estimasi ( estimation period ) yang digunakan untuk mengestimasi beta, dan periode peristiwa ( event period ) yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Periode estimasi selama 90 hari, yaitu dari t-95 hingga

t-6 sebelum event day . Periode peristiwa selama 11 hari, yakni terdiri dari 5 hari sebelum peristiwa ( pre event ), saat peristiwa ( event day ), dan 5 hari sesudah peristiwa ( post event ). Periode peristiwa dipilih 11 hari dengan alasan untuk menghindari adanya efek dari peristiwa lain selain right issue . Secara skematis, periodisasi penelitian kinerja saham ditunjukkan oleh Gambar 3.1 berikut.

Periode Estimasi Periode Peristiwa

t -95 t -6 t -5

0 t +5 t

Gambar 3.1 Periodisasi Penelitian Kinerja Saham

Sedangkan analisis kinerja operasi dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Jain dan Kini (1994), dimana model pengujian yang dilakukan menggunakan model tahun dasar ( benchmark ). Tahun dasar yang dimaksud adalah tahun -1 atau 1 tahun sebelum right issue dimana laporan keuangan terlengkap. Tahun ke-0 adalah tahun dimana perusahaan melakukan right issue . Secara skematis, bentangan periode pengujian kinerja operasi ditunjukkan oleh Gambar

3.2 berikut.

Tahun -2 -1

Tahun dasar

Dari -1 ke -2

Dari -1 ke 0 Dari -1 ke +1 Dari -1 ke +2 Dari -1 ke +3

Gambar 3.2 Deskripsi Rentang Tahun Pengujian Kinerja Operasi

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan right issue untuk periode tahun 2007-2009. Alasan pemilihan periode tahun 2007 sampai tahun 2009 karena periodenya lebih terkini sekaligus agar hasil penelitian nantinya dapat menggambarkan kondisi kinerja perusahaan sebelum dan sesudah krisis finansial global. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling (dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu). Kriteria-kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan melakukan satu kali kebijakan right issue selama periode penelitian. Hal ini ditetapkan karena penggunaan sampel perusahaan yang melakukan right issue lebih dari satu kali dalam periode waktu yang berdekatan akan menyulitkan dalam penentuan peristiwa mana yang a. Perusahaan melakukan satu kali kebijakan right issue selama periode penelitian. Hal ini ditetapkan karena penggunaan sampel perusahaan yang melakukan right issue lebih dari satu kali dalam periode waktu yang berdekatan akan menyulitkan dalam penentuan peristiwa mana yang

b. Perusahaan tidak melakukan right issue pada periode bulan Januari sampai Mei karena laporan keuangan tahunan perusahaan belum diaudit sehingga jika dimasukkan dalam perhitungan belum mencerminkan kondisi riil perusahaan.

c. Perusahaan tidak termasuk dalam sektor keuangan, dimana sektor keuangan terbagi dalam sub sektor perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan sekuritas, asuransi, dan reksadana. Hal ini disyaratkan karena penekanan analisis rasio-rasio di sektor keuangan berbeda dengan penekanan analisis rasio-rasio di sektor lain.

d. Untuk analisis kinerja saham, saham perusahaan tidak melakukan corporate actions yang lain (seperti stock split , pembagian dividen, dan lain-lain) pada periode satu bulan sebelum dan sesudah right issue . Sedangkan untuk analisis kinerja operasi, saham perusahaan tidak melakukan corporate actions yang lain (seperti merger atau akuisisi) pada periode satu tahun sebelum dan sesudah

right issue . Hal ini penting ditetapkan karena bila perusahaan melakukan corporate actions pada periode penelitian, efeknya akan mempengaruhi reaksi investor sehingga hasilnya akan bias.

e. Saham perusahaan dengan beta nol atau negatif tidak dianalisis. Hal ini disyaratkan karena harga saham perusahaan dengan beta nol atau negatif cenderung tidak mengalami perubahan (saham tidur).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data perusahaan yang melakukan right issue tahun 2007-2009, pergerakan harga saham perusahaan sampel penelitian, pergerakan IHSG, prospektus right issue , dan laporan keuangan. Data perusahaan yang melakukan right issue tahun 2007-2009 dan tanggal pengumuman right issue , prospektus right issue , dan laporan keuangan untuk periode sebelum dan sesudah right issue diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Sedangkan data pergerakan harga saham Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data perusahaan yang melakukan right issue tahun 2007-2009, pergerakan harga saham perusahaan sampel penelitian, pergerakan IHSG, prospektus right issue , dan laporan keuangan. Data perusahaan yang melakukan right issue tahun 2007-2009 dan tanggal pengumuman right issue , prospektus right issue , dan laporan keuangan untuk periode sebelum dan sesudah right issue diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. Sedangkan data pergerakan harga saham

3.4 Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukurannya

Untuk mempermudah dalam proses analisis data dan membatasi permasalahan dalam penelitian ini, akan diuraikan definisi operasional variabel serta skala pengukurannya sebagai berikut.

3.4.1 Kinerja Saham Kinerja saham akan mengindikasikan kinerja pasar perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan nilai pasar saham perusahaan yang beredar di pasar modal. Kinerja saham dalam penelitian ini diproksikan dengan abnormal return . Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan harapannya. Gumanti (2011:57) mendefinisikan abnormal return sebagai kelebihan dari return yang sesungguhnya atas return yang diharapkan investor. Untuk menghitung abnormal return dibutuhkan variabel-variabel sebagai berikut:

a. Return Saham Return saham adalah tingkat keuntungan yang didapat oleh setiap saham pada suatu periode yang dinyatakan dalam persentase dan dihitung harian. Return saham dinyatakan dengan skala rasio.

b. Return Pasar Return pasar adalah tingkat keuntungan yang terjadi di pasar yang merupakan cermin dari keuntungan pasar dalam bentuk perubahan terhadap indeks pasar. Indeks pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks harga saham gabungan (IHSG) yang dinyatakan dalam persentase dan dihitung per hari. Return pasar dinyatakan dengan skala rasio.

c. Expected Return Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. Expected return dinyatakan dalam persentase dan dihitung per hari atau berbasis harian. Expected return dinyatakan dengan skala rasio.

3.4.2 Kinerja Operasi Kinerja operasi perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dalam jangka pendek dan akan diukur dengan rasio-rasio operating performance (Jain dan Kini, 1994). Kinerja operasi diukur dengan menggunakan empat variabel yaitu: tingkat pengembalian operasi atas aset, aliran kas operasi atas total aset, pertumbuhan penjualan, dan perputaran total aset.

a. Tingkat Pengembalian Operasi Atas Aset Tingkat pengembalian operasi atas aset ( operating return on assets (ORA)) merupakan rasio dari laba operasi terhadap total aset pada tahun yang bersangkutan. Semakin besar tingkat pengembalian operasi yang diperoleh mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menunjukkan peningkatan efisiensi aset perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian operasi yang diperoleh maka semakin menurun kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi. Tingkat pengembalian operasi atas aset ( operating return on assets ) dinyatakan dengan skala rasio.

b. Aliran Kas Operasi Atas Total Aset Aliran kas operasi atas total aset ( operating cash flow to total assets (OCFTA)) merupakan rasio peredaran uang dari kegiatan operasi dengan total aset pada tahun yang bersangkutan. Semakin besar rasio aliran kas operasi atas total aset maka semakin baik kinerja operasi perusahaan yang berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan aktivitas sehari- harinya. Sebaliknya semakin kecil rasio aliran kas operasi atas total aset maka semakin buruk kinerja operasi perusahaan yang berarti perusahaan tersebut tidak memiliki cukup kemampuan untuk mempertahankan aktivitas sehari- harinya. Aliran kas operasi atas total aset ( operating cash flow to total assets ) dinyatakan dengan skala rasio.

c. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan ( sales growth ) merupakan rasio dari penjualan pada tahun kini dikurangi dikurangi penjualan tahun sebelumnya dan dibagi dengan penjualan tahun sebelumnya. Semakin besar rasio pertumbuhan penjualan c. Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan penjualan ( sales growth ) merupakan rasio dari penjualan pada tahun kini dikurangi dikurangi penjualan tahun sebelumnya dan dibagi dengan penjualan tahun sebelumnya. Semakin besar rasio pertumbuhan penjualan

d. Perputaran Total Aset Perputaran total aset ( total assets turnover (TATO)) merupakan rasio dari penjualan bersih terhadap total aset. Semakin tinggi rasio perputaran total aset berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan aset- aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Sedangkan jika rasio perputaran total aset semakin rendah berarti kemampuan perusahaan semakin menurun dalam mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Perputaran total aset ( total assets turnover ) dinyatakan dengan skala rasio.

3.5 Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.5.1 Perhitungan Abnormal Return Saham Tahap-tahap yang digunakan dalam menghitung abnormal return saham meliputi:

a. Menghitung return saham (R it ) R it = ln

Keterangan: R it = tingkat keuntungan saham i pada periode t P it = harga saham i pada periode t P it-1 = harga saham i pada periode t-1

b. Menghitung return pasar (R mt )

R mt = ln

Keterangan: R mt = tingkat keuntungan pasar pada periode t IHSG t = indeks harga saham gabungan pada periode t

IHSG t-1 = indeks harga saham gabungan pada periode t-1

c. Meregresi return saham harian dengan return pasar harian untuk memperoleh α (alfa) dan β (beta) masing-masing saham dengan menggunakan persamaan

Single Index Model . R it =α i +β i R mt +e i

Keterangan: α i = bagian return saham i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar β i = sensitivitas return saham i atas pergerakan pasar (disebut juga sebagai

beta saham i )

e i = kesalahan residual

d. Menghitung expected return (E(R it ) Expected return dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan Single Index Model .

E(R it )=α i +β i E(R mt ) Keterangan: E(R it )= expected return saham i pada periode t

α i = bagian return saham i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar

β i = sensitivitas return saham i atas pergerakan pasar (disebut juga sebagai beta saham i ) R mt = tingkat keuntungan pasar pada periode t

e. Menghitung abnormal return (AR it ) AR it =R it – E(R it ) Keterangan: AR it = abnormal return saham i pada periode t R it

= tingkat keuntungan saham i pada periode t

E(R it ) = expected return saham i pada periode t

3.5.2 Perhitungan Rasio-Rasio Operating Performance Tahap-tahap yang digunakan dalam menghitung rasio-rasio operating performance meliputi: 3.5.2 Perhitungan Rasio-Rasio Operating Performance Tahap-tahap yang digunakan dalam menghitung rasio-rasio operating performance meliputi:

Keterangan:

Laba Operasi it = laba operasi saham i pada periode t Total Aset it = total aset saham i pada periode t

b. Menghitung aliran kas operasi atas total aset Aliran Kas Operasi Atas Total Aset =

Keterangan: Aliran Kas Operasi it = aliran kas operasi saham i pada periode t

Total Aset it = total aset saham i pada periode t

c. Menghitung pertumbuhan penjualan Pertumbuhan Penjualan =

Keterangan: S it = penjualan saham i pada periode t

S it-1 = penjualan saham i pada periode t-1

d. Menghitung perputaran total aset Perputaran Total Aset =

Penjualan Bersih it = penjualan bersih saham i pada periode t

Total Aset it = total aset saham i pada periode t

3.5.3 Uji Normalitas Data Pengujian terhadap normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel yang diamati (n) kurang dari 50. Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah data yang akan diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dengan mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau tidak maka selanjutnya dapat ditentukan alat uji untuk menguji hipotesis.

Jika data tersebut berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji- t one sample dan t paired samples . Tetapi jika data Jika data tersebut berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis penelitian menggunakan uji- t one sample dan t paired samples . Tetapi jika data

a. Merumuskan hipotesis

H 0 : data berdistribusi normal Ha : data tidak berdistribusi normal

b. Menentukan level of significance (α)

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p - value pada perhitungan statistik.

c. Menentukan kriteria pengujian

H 0 diterima jika p- value > α

H 0 ditolak jika p- value < α

d. Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

1) Jika p- value > α, maka data berdistribusi normal.

2) Jika p- value < α, maka data tidak berdistribusi normal.

3.5.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran dari hipotesis sehingga akan dihasilkan suatu kesimpulan yang dapat digunakan sebagai kerangka untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Uji hipotesis dilakukan berdasarkan distribusi data yang tersedia.

a. Pengujian Abnormal Return Dalam melakukan pengujian terhadap abnormal return pada hari-hari di sekitar pengumuman right issue, jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji- t one sample. Namun jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji Wilcoxon one sample .

1) Uji- t One Sample Langkah-langkah yang digunakan dalam uji- t one sample adalah sebagai berikut: 1) Uji- t One Sample Langkah-langkah yang digunakan dalam uji- t one sample adalah sebagai berikut:

H 01 : AR it = 0, artinya tidak terdapat abnormal return pada hari-hari di sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia. Ha 1 : AR it ≠ 0, artinya terdapat abnormal return pada hari-hari di sekitar

pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

b) Menentukan level of significance (α) Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria pengujian Uji hipotesis yang digunakan adalah uji dua sisi ( two tailed ). Dengan kriteria:

H 0 diterima jika p- value >α

H 0 ditolak apabila p- value < α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

1) Jika p- value > α, maka tidak terdapat abnormal return pada hari- hari di sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

2) Jika p- value < α, maka terdapat abnormal return pada hari-hari di

sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

2) Uji Wilcoxon One Sample Langkah-langkah yang digunakan dalam uji Wilcoxon one sample adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

H 01 : AR it = 0, artinya tidak terdapat abnormal return pada hari-hari di sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia. Ha 1 : AR it ≠ 0, artinya terdapat abnormal return pada hari-hari di sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

b) Menentukan level of significance (α)

Tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria pengujian Uji hipotesis yang digunakan adalah uji dua sisi ( two tailed ). Dengan kriteria:

H 0 diterima jika p- value >α

H 0 ditolak jika p- value < α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

1) Jika p- value > α, maka tidak terdapat abnormal return pada hari- hari di sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

2) Jika p- value < α, maka terdapat abnormal return pada hari-hari di

sekitar pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.

b. Pengujian Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Right Issue

Pengujian terhadap abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman right issue menggunakan uji- t paired samples jika data berdistribusi normal. Namun jika data tidak berdistribusi normal, maka pengujian menggunakan uji Wilcoxon paired samples .

1) Uji- t Paired Samples

Langkah-langkah yang digunakan dalam uji- t paired samples adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

H 02 : AR sebelum ≤ AR sesudah , artinya abnormal return saham pada hari- hari sesudah pengumuman right issue tidak lebih rendah atau sama dengan hari-hari sebelum pengumuman right issue .

Ha 2 : AR sebelum > AR sesudah , artinya abnormal return saham pada hari- hari sesudah pengumuman right issue lebih rendah daripada hari- hari sebelum pengumuman right issue .

b) Menentukan level of significance (α)

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria pengujian Uji hipotesis yang digunakan adalah uji satu sisi (one tailed ). Dengan kriteria:

H 0 diterima apabila p- value >α

H 0 ditolak apabila p- value <α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

1) Jika p- value > α, maka abnormal return saham pada hari-hari sesudah pengumuman right issue tidak lebih rendah atau sama dengan hari-hari sebelum pengumuman right issue .

2) Jika p- value < α, maka abnormal return saham pada hari-hari sesudah pengumuman right issue lebih rendah daripada hari-hari sebelum pengumuman right issue .

2) Uji Wilcoxon Paired Samples Langkah-langkah yang digunakan dalam uji Wilcoxon paired samples adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

H 02 : AR sebelum ≤ AR sesudah , artinya abnormal return saham pada hari- hari sesudah pengumuman right issue tidak lebih rendah atau sama dengan hari-hari sebelum pengumuman right issue .

Ha 2 : AR sebelum > AR sesudah , artinya abnormal return saham pada hari- hari sesudah pengumuman right issue lebih rendah daripada hari- hari sebelum pengumuman right issue .

b) Menentukan level of significance (α) Tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria pengujian Uji hipotesis yang digunakan adalah uji satu sisi ( one tailed ).

Dengan kriteria :

H 0 diterima apabila p- value >α

H 0 ditolak apabila p- value <α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan

1) Jika p- value > α, maka abnormal return saham pada hari-hari sesudah pengumuman right issue tidak lebih rendah atau sama dengan hari-hari sebelum pengumuman right issue .

2) Jika p- value > α, maka abnormal return saham pada hari-hari sesudah pengumuman right issue lebih rendah daripada hari-hari sebelum pengumuman right issue .

c. Pengujian Kinerja Operasi Pengujian kinerja operasi menggunakan uji- t paired samples jika data berdistribusi normal. Namun jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Wilcoxon paired samples .

1) Uji- t Paired Samples

Langkah-langkah yang digunakan dalam uji- t paired samples adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

H 03 : ORA sebelum ≥ ORA sesudah , artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

Ha 3 : ORA sebelum < ORA sesudah , artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

H 04 : OCFTA sebelum ≥ OCFTA sesudah , artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

Ha 4 : OCFTA sebelum < OCFTA sesudah , artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

H 05 : Sales Growth sebelum ≥ Sales Growth sesudah , artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

Ha 5 : Sales Growth sebelum < Sales Growth sesudah , artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

H 06 : TATO sebelum ≥ TATO sesudah , artinya perputaran total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

Ha 6 : TATO sebelum < TATO sesudah , artinya perputaran total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

b) Menentukan level of significance (α) Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria Pengujian

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji satu sisi ( one tailed ). Dengan kriteria:

H 0 diterima jika p- value >α

H 0 ditolak jika p- value <α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan (1) H 03 diterima jika p- value > α, artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(2) H 03 ditolak jika p- value < α, artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(3) H 04 diterima jika p- value > α, artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(4) H 04 ditolak jika p- value < α, artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(5) H 05 diterima jika p- value > α, artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(6) H 05 ditolak jika p- value < α, artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(7) H 06 diterima jika p- value > α, artinya perputaran total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(8) H 06 ditolak jika p- value < α, artinya perputaran total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

2) Uji Wilcoxon paired samples Uji Wilcoxon paired samples digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan kinerja operasi perusahaan sebelum dan sesudah right issue . Uji Wilcoxon paired samples digunakan jika data penelitian tidak berdistribusi normal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji Wilcoxon paired samples adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

H 03 : Tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue sama atau tidak lebih baik daripada sebelum right issue . Ha 3 : Tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right

issue lebih baik daripada sebelum right issue .

H 04 : Aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue sama atau tidak lebih baik daripada sebelum right issue .

Ha 4 : Aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

H 05 : Pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue sama atau tidak lebih baik daripada sebelum right issue .

Ha 5 : Pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik daripada sebelum right issue .

H 06 : Perputaran total aset perusahaan sesudah right issue sama atau tidak lebih baik daripada sebelum right issue . Ha 6 : Perputaran total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik daripada sebelum right issue .

b) Menentukan level of significance (α) Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1%, 5%, dan 10%. Pemilihan tingkat signifikansi yang digunakan didasarkan pada hasil p- value pada perhitungan statistik.

c) Kriteria pengujian

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji satu sisi ( one tailed ). Dengan kriteria:

H 0 diterima jika p- value >α

H 0 ditolak jika p- value <α

d) Menarik kesimpulan dari hipotesis yang diajukan (1) H 03 diterima jika p- value > α , artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(2) H 03 ditolak jika p- value < α, artinya tingkat pengembalian operasi atas aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(3) H 04 diterima jika p- value > α, artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(4) H 04 ditolak jika p- value < α, artinya aliran kas operasi atas total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(5) H 05 diterima jika p- value > α, artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(6) H 05 ditolak jika p- value < α, artinya pertumbuhan penjualan perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

(7) H 06 diterima jika p- value > α, artinya perputaran total aset perusahaan sesudah right issue tidak lebih baik atau sama dengan sebelum right issue .

(8) H 06 ditolak jika p- value < α, berarti perputaran total aset perusahaan sesudah right issue lebih baik daripada sebelum right issue .

3.6 Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan metode analisis data yang digunakan maka dapat disusun urutan proses penyelesaian penelitian ini secara skematis sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.3 berikut.

Start

Data nama perusahaan yang

melakukan right issue tahun 2007-2009 di BEI dan tanggal pengumumannya

Harga saham dan IHSG

Laporan keuangan sebelum

sebelum dan sesudah right issue dan sesudah right issue

Return tiap saham (R i )

dan return pasar (R m ) Rasio operating performance:

1. Tingkat pengembalian

Tingkat risiko tiap operasi atas aset

saham 2. Aliran kas operasi atas total

aset

Expected return tiap 3. Pertumbuhan penjualan

saham (ER i )

4. Perputaran total aset

Abnormal return tiap

saham (AR i )

Rasio-rasio operating performance

sebelum dan sesudah right issue dan sesudah right issue

Abnormal return saham sebelum

Uji Normalitas Data

- Data berdistribusi normal : Uji-t one sample dan - Data berdistribusi normal : Uji-t

t paired samples paired samples

- Data tidak berdistribusi normal : Uji Wilcoxon - Data tidak berdistribusi normal :

one sample dan Wilcoxon paired samples Uji Wilcoxon paired samples

Kesimpulan

Stop

Gambar 3.3 Kerangka Pemecahan Masalah

Keterangan kerangka pemecahan masalah:

1. Start .

2. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data nama perusahaan yang melakukan right issue pada tahun 2007-2009 di Bursa Efek Indonesia dan tanggal pengumuman right issue .

3. Data yang diperlukan selanjutnya adalah data harga saham harian yaitu harga saham pada hari terakhir perdagangan saham ( closing price ) dan IHSG sebelum dan sesudah pengumuman right issue ( event date ) serta laporan keuangan perusahaan sebelum dan sesudah right issue tahun 2007-2009.

4. Data harga saham yang diperoleh diolah untuk mendapatkan return saham (R it ) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diolah untuk mendapatkan return pasar (R mt ). Kedua data tersebut diolah bersama-sama sehingga mendapatkan beta saham (β i ), expected return (E(R it ), dan abnormal return (AR it ). Sedangkan data laporan keuangan yang diperoeh, dipisahkan terlebih dahulu sesuai kurun waktu yaitu laporan keuangan sebelum right issue dan laporan keuangan sesudah right issue , kemudian dihitung rasio-rasio operating performance sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya.