Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir ”.
Tema poligami telah banyak dibahas oleh ulama sejak dahulu dan perdebatannya sampai sekarang. Hal ini dapat dikemukakan terutama dalam
kitab-kitab fiqih dan tafsir. Hanya saja, pandangan yang berkembang selama ini cenderung memperkuat pendapat yang membolehkan konsep poligami
ta‟addud al-zawjat
3
dengan menggunakan dalil al- Qur‟an, yakni surat an-
Nisa‟4:3
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-
hak perempuan yang yatim bilamana kamu mengawininya, Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka kawinilah seorang saja, atau
3
Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2010, Cet. 1, h. 97.
budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya
”. Perhatian penuh Islam terhadap poligami sebagaimana ayat di atas ini
tidak semata-semata tanpa syarat. Islam menetapkannya dengan syarat, yaitu keadilan dan pembatasan jumlah. Keadilan menjadi syarat karena istri
mempunyai hak untuk hidup dan bahagia. Adapun pembatasan jumlah menjadi syarat karena jika tidak dibatasi, maka keadilan akan sulit ditegakkan.
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka tentu saja Islam melarangnya, dengan dua persyaratan itu berarti Islam telah memerhatikan hak-hak
perempuan, khususnya dalam masalah perkawinan.
4
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan ketika menafsirkan surat AN-Nisa ayat
3, “Maksudnya, jika ada perempuan yatim dalam perlindunganmu dan kamu khawatir tidak dapat memberinya mahar yang
memadai, maka beralihlah kepada wanita selainnya, sebab wanita lain juga masih banyak, dan Allah tidak mempersulitnya.
5
Al-Bukhari meriwayatkan dari Urwah bin Zubair bahwa Urwah bertanya kepada Aisyah ihwal firman Allah
,
...
4
Rodli Makmun, dkk., Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009, cet. 1, h. 19.
5
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1999 , Cet. K-1, h. 645.
Maka Aisyah berkata, „Wahai putra saudaraku, wanita yatim ini berada dalam perlindungan wali. Wanita yatim menggabungkan hartanya
dengan harta walinya. Lalu si wali terpesona dengan kecantikan dan hartanya. Kemudian hendak menikahinya tanpa mau berlaku dalam masalah mahar;
tidak memberi mahar seperti yang lazim diberikan kepada wanita lain. Para wali dilarang menikahi wanita yatim kecuali berlaku adil terhadapnya dan
memberi mereka mahar yang lazim pada saat dewasa. Para wali disuruh menikahi wanita-
wanita lain saja.”
6
Firman Allah Ta‟ala, ع ب ث ث ثم “Dua, tiga, atau empat.” Yakni,
nikahilah wanita yang kamu kehendaki selain wanita yatim. Jika kamu mau, nikahilah dua wanita, tiga, atau empat. Sunnah Rasulullah saw. yang
menerangkan informasi dari Allah menunjukkan bahwa seorang pun tidak boleh, selain Rasulullah., menikahi lebih dari empat orang wanita, sebab yang
demikian itu merupakan kekhususan untuk Rasulullah saw. Imam Ahmad meriwayatkan dari Salim, dari ayahnya
م ف ، عم ّ م س ف ، سن شع م سا م س نب ّ ايغ ّا ع ها يض يبا نع م س نع م س ي ع ها ص ا
,, م ت ا محا ا ،، ًعب ا ن م ي تي ّا
, ّ ا ّ ح نبا ّّص
مت ح با ع با ا عا ،مك
.
“Dari Salim, dari ayahnya r.a., bahwasanya Ghilan bin Salamah masuk Islam, sedangkan dia memiliki 10 orang istri. Dan semua istrinya masuk Islam pula
6
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, h. 645.
bersamanya, Maka Nabi Muhammad s. a. w menyuruh memilih dari istrinya- istrinya sebanyak empat orang.
7
Firman Allah
Ta‟ala surat An-Nisa 4: 3
Artinya :
“Jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka nikahi seorang saja atau budak yang kamu miliki.
” Yakni, jika banyaknya istri itu mengkhawatirkanmu untuk tidak dapat berlaku adil diantara mereka,
sebagaimana firman Allah Ta‟ala, “Sekali-kali kamu tidak dapat berlaku adil di antara istri-
istrimu, walaupun kamu sangat menginginkan berbuat adil.” Jika kamu khawatir berbuat zalim, maka kawinlah dengan seorang wanita saja
atau dengan beberapa budak perempuan yang ada dalam kuasaanmu sebab pemberian giliran di antara budak-budak bukan suatu kewajiban, namun
merupakan anjuran. Jika dilakukan, maka hal itu baik dan jika ditinggalkan maka tidak apa-
apa. Firman Allah Ta‟ala, “Hal itu lebih dekat untuk tidak berbuat aniaya,
” yakni zalim. Dikatakan, „aalin filhukmi, jika seseorang menyimpang, zalim, dan aniaya. Dalam hadits yang disandarkan kepada
Aisyah dikatakan bahwa firman Allah, “Hal itu lebih dekat untuk tidak
7
Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram Min Adillatul Ahkam, hadits no. 1037, h. 526.
.
berbuat aniaya ” berarti kamu tidak berbuat aniaya. Demikian menurut
riwayat Ibnu Abi Hatim.
8
Dimensi kontroversial poligami sangat tajam dan hampir sulit dipertemukan. Satu kelompok memandang bahwa poligami merupakan
fasilitas yang diberikan Allah kepada para suami dan menganggapnya bukan saja termasuk sesuatu yang dihalalkan, tetapi juga menjadikan tindakan yang
tidak adil terhadap relasi suami dan isteri. Hal inilah yang membawa persoalan poligami menjadi sulit untuk dikompromikan. Karena setiap
kelompok juga menggunakan metodologi yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan produk hukum yang berbeda-beda pula, bahkan bertentangan
satu sama lain. Upaya untuk tetap menjawab tantangan modernitas dengan
mensinergikan ajaran Islam dalam al-Qur ‟an dan Sunnah juga dilakukan
oleh Muhammad Syahrur, yang menggunakan analisa linguistik dan saintifik dalam memahami ayat-ayat al-
Qur‟an.
9
Muhammad Syahrur adalah pemikir Islam yang mempunyai solusi menarik untuk persolan poligami dan anak yatim. Syahrur dilahirkan di
Damaskus, Syiria, pada 11 Maret 1938. Ia adalah insinyur teknik sipil dengan spesialisasi mekanik dan bangunan tanah, namun ia juga mempunyai minat
8
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah Syihabuddin, Cet. Ke-1 Jakarta: Gema Insani Press, 1999, h. 650.
9
Rodli Makmun, dkk., Poligami dalam Tafsir Muhammad Syahrur,h. 2.
besar terhadap filsafat dan fiqh al-lighah filologi, ilmu bahasa. Bidang- bidang keilmuan tersebut kemudian banyak mendasari pemikiran-
pemikirannya. Ia telah menulis banyak buku pemikiran keagamaan, diantaranya: al-kitab wa al-
Qur‟an: Qira‟ah Mu‟ashirah 1990, al-Islam wa al-Iman: Manzumah al-Qiyam 1996, Dirasat Islamiyyah
Mu‟ashirah fi al- Dawalah wa al-
Mujtama‟ 1994, dan Nahw Usul Jadidah li al-Fiqh al-Islamiy 2000.
10
Menurut Syahrur, poligami harus dikaitkan dengan persoalan perlindungan anak yatim sebagaimana yang diamanatkan al-
Qur‟an. Poligami menurutnya sah-sah saja, asalkan anak yatim terpenuhi kebutuhannya untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraannya. Poligami tidak hanya diperbolehkan tapi dianjurkan oleh Islam.
Namun pula, poligami hanya boleh dilakukan dengan dua syarat yang harus terpenuhi, yaitu: isteri kedua, ketiga, dan keempat adalah para janda yang
memiliki anak; dan syarat kedua, berbuat adil kepada anak-anak yatim. Sudut pandang ini yang membedakan Syahrur dengan beberapa ahli
tafsir terdahulu yang menginterprestasikan al- Qur‟an dengan beberapa metode
penafsiran yang sudah mapan di dunia Islam. Syahrur menjadi tokoh
10
Pengantar Penerbit dalam Muhammad syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeunetika Al- Qur‟an
Kontemporer, Penerjemah Sahiron Syamsuddin. Yogyakarta, Elsaq, 2004, h. xi
controversial pada awal tahun 1990-an, ketika ia menerbitkan buku pertamanya al-kitab wa al-
Qur‟an: Qira‟ah Mu‟ashirah
.
11
Metode yang dilakukan secara radikal oleh Syahrur menghasilkan produk-produk hukum baru dalam bidang fiqih yang di anggap olehnya cukup
mapan untuk menyelesaikan masalah-masalah kontemporer, termasuk masalah poligami yang selalu menjadi perdebatan hangat. Dengan landasan
metode ijtihad barunya, ia berusaha menangkap kembali pesan AL- Qur‟an
sebagaimana yang telah dipraktikan oleh Rasul dan para sahabatnya. Berdasarkan latar belakang ini, penulis bermaksud menganalisa dan
menggali pendapat Muhammad Syahrur tentang poligami, dalam sebuah karya tulis yang berjudul
“Poligami Menurut Muhammad Syahrur Dalam Pandangan Hukum Islam
“