Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

Menurut Rumke perasaan ketuhanan baru tumbuh pada usia puber, namun pendapat ini disinggah oleh Arnold Gessel yang berpendapat bahwa persaan ketuhanan beragama telah muncul sejak usia dini 0-2 31 . Pada dasarnya remaja telah membawa potensi beragama sejak dilahirkan dan itu merupakan fitrah yang harus dikembangkan, karena agama merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Perkembangan keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan intelektualnya, karena perkembangan intelektual remaja akan mempunyai pengaruh terhadap keyakinan kepada Tuhan serta dalam kelakuan beragamanya yang mungkin bisa kuat atau lemah, giat atau malas, bahkan mengalami keraguan yang ditandai oleh adanya konflik batin, dan hal ini digambarkan sebagai gerak peralihan cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang proposional. 32 Fungsi intelektual remaja akan memproses secara analitis terhadap apa yang dimiliki selama ini, dan apa yang akan diterima. Remaja sudah mengadakan kritik tentang masalah yang ditemui dalam kehidupan masyarakat, mereka mulai mengemukakan ide-ide keagamaan, walau hal tersebut tidak berasal dari sudut perangkat ilmu yang matang, hal ini sebagai akibat dari keadaan psikis remaja yang sedang bergejolak. 33 31 Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare, Dimensi-dimensi di Indonesia, Surabaya : Usssaha Nasional, Cet Ke-3.h.109 32 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang 1976, Cet ke-3. h.109. 33 RRobert Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, Yogyakarta : Kanisius, 1994, h.24 Jadi keyakinana remaja akan Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan situasi emosinya, dan ia akan mengalami suatu keyakinan yang maju. Terutama bagi remaja awal 23-16 tahun yang jiwanya masih mengalami kegoncangan dan masih sangat labil. Sedangkan pada remaja akhir 17-21 emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang serta sudah mulai melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Dan menurut para ahli psikologi agama menganggap bahwa kemantapan beragama biasanya tidak terjadi sebelum usia 24 tahun. 34 Kebutuhan akan Tuhan kadang kadang tidak terasa dan merasa jauh apabila jiwa dalam keadaan aman dan tentram. Sebaliknya Tuhan akan sangat dibutuhkan apabila keadaan perasaan remaja tersebut gelisah dan goncang, karena menghadapi bahaya yang mengancam, merasa ketakutan akan kegagalan, atau perasaan berdosa dalam dirinya. Dalam hal ini, remaja menganggap kegiatan- kegiatan keagamaan seperti shalat, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya dan mengurangi kegelisahannya serta dapat memberikan ketenangan batin. Dengan kata lain kuatnya gelombang rasa keagamaan merupakan usaha-usaha untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu akan timbul. 35 34 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000, h.205. 35 Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, Yogyakarta : PT. Tiara Wacana, 1999, h.121.

BAB III PROFIL RUMAH TAHANAN NEGARA RUTAN KELAS IIB

RANGKASBITUNG

A. Sejarah Berdirinya

Sebelum dikenal lembaga Pemasyarakatan LAPAS sebagai perwujudan dari diberlakukannya sistem Pemasyarakatan tanggal 27 April 1964, sistem pemidanaan di Indonesia dikenal dengan sebutan Sistem Kepenjaraan. Sistem kepenjaraan adalah suatu sistem pemidanaan yang diciptakan oleh kolonial Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu. Institusi yang dikenal dalam sistem kepenjaraan pada waktu itu ialah Rumah Penjara. Bangunan Rumah penjara Rangkasbitung dibangun sekitar tahun 1918 dan ketika di Indonesia diberlakukan sistem Pemasyarakatan termasuk lembaga pemasyarakatanj Rangkasbitung Dengan diundangkannya UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan pp No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan UU NO 8 tahun 1981, dikenal sebuah Institusi baru yakni Rumah Tahanan Negara. Beberapa Lembaga Pemasyarakatan berubah fungsi menjadi Rumah Tahanan Negara, dan lembaga pemasyarakatan