BAB IV
ANALISIS DIKSI DALAM TERJEMAHAN KITAB MUKHTASAR IHYA ULUMUDDIN
A. Analisis Peranti-peranti Diksi
1. Penggunaan Kata Bersinonim
و ﺬه
ﺔ ْﻄ ﻟا ه
ﺎﻌﻟا ﺔ ﻟ
ﺎﺑ ﷲ
ﺎﻌ ﻰﻟ
ﺔآرْﺪ ﻟا ﺎ ﻟ
ﻪْآرْﺪ ﱠ ﻟا
لﺎ و
ﻮﻟا ْه
ﻮهو ﺔﻘْﻘﺣ
نﺎ ْﻻا
1
…dan kelembutan inilah yang dapat mengetahui Allah SWT bahkan dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh daya ilusi dan
angan-angan, dan ini merupakan hakikat yang sebenarnya dari manusia.
2
Terjemahan kata bersinonim di atas terlihat tidak sesuai dengan kamus. Kata
لﺎ ﻟا
dalam kamus al-Ashri berarti ‘khayalan, imajinasi’. Sedangkan kata
هﻮﻟا
berarti ‘angan-angan’. Dalam arti kedua kata tersebut tidak ditemukan arti daya ilusi seperti yang diterjemahkan oleh penerjemah.
Menurut penulis kata
لﺎ ﻟا و
هﻮﻟا
lebih tepat diterjemahkan ‘khayalan’ saja, dalam kalimat seperti:
1
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, h. 130
2
Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Bandung: Sinar Baru algesindo 2009 cet. Pertama, hal. 251
“kelembutan ini salah satu cara mengenal Allah SWT. Ia mengetahui apa yang tidak dicapai oleh khayalan. Ia merupakan hakikat manusia.
ﻮه ﻌ
ﺾﻣﺎﻏ ﻻ
كرْﺪ نﺎ ْﻟﺎﺑ
ْ ﺑ ﱠﻮ
ﻰ ﻟا
هﺎ ﺪة
و ﻌﻟا
نﺎ
3
“...hubungan yang misteri dan tidak dapat digambarkan melainkan hanya bergantung pada kesaksian dan kenyataan”.
4
Menganalisis teks sumber, kata
ةﺪهﺎ ﻟا و نﺎ ﻌﻟا
dalam kamus al-Ashri dan al Munawwir berarti ‘ saksi mata’.
5
Dalam arti kedua kata tersebut tidak terdapat arti kenyataan seperti yang diterjemahkan oleh penerjemah. Dalam
KBBI, kenyataan Menurut penulis kata
ةﺪهﺎ ﻟا نﺎ ﻌﻟاو
lebih tepat diterjemahkan ‘kesaksian’ saja. Seperti di dalam kalimat:
“ hubungan yang tidak jelas, tidak dapat dijelaskan, melainkan bergantung dengan kesaksian”.
اذﺎﻓ ﺻ
ْ و
ﺠ ﱠ
ْ ﺮْآﺬﺑ
ﷲا ﻌ
ﻰﻟﺎ ﺤﻣ
ﺎﻬْ ﺮ ا
تاﻮﻬ ﻟا تﺎ ﻟاو
ﺔﻣْﻮﻣْﺬ ﻟا ﺳو
ﺲْ ﻟا ﺔ ْﻄ ﻟا
6
“apabila jiwa menjadi jernih dan cemerlang karena dzikrullah, maka dihapuskanlah darinya pengaruh-pengaruh nafsu syahwat
3
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, h. 130
4
Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Bandung: Sinar Baru algesindo 2009 cet. Pertama, hal. 252
5
Atabik Ali, h. 1726
6
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumudin, hal 131
dan sifat-sifat yang tercela, jiwa yang demikian itu disebut dengan nafsul Muthmainnah”
7
Dalam terjemahan di atas terdapat kesinoniman kata. Kata
ﺻ
dalam kamus al-Munawwir berarti ‘jernih; bersih’. Sedanngkan kata
ﺠ
dalam kamus al-Ashri berarti ‘menjadi jelas; terang’. Dalam dua kamus tersebut
tidak ditemukan kata ‘cemerlang’. Dalam KBBI cemerlang berarti ‘bersinar terang sekali; berkilauan’.
8
Menurut penulis, kata
ﺻ و ﺠ
lebih tepat di terjemahkan ‘jernih’ saja. Seperti dalam kalimat:
“ apabila jiwa itu menjadi jernih karena zikir kepada Allah SWT, maka ia mampu menghapus noda-noda syahwat dan sifat-sifat tercela Kemudian itu
dinamakan jiwa yang tenang”.
... و
ْ ﻟ ْﻦﻜ
ﺎﻣ ﺎﻬ ﻘ
و ﻓْﺪ
أﺪﱠ ﻟا ﺎﻬْ
ﺎهْﻮ ْﺠ و ﻦﱠﻜ
ﺎﻬْﻣ و
صﺎﻏ ﻰﻓ
ﺎﻬﻣْﺮ و
ْ ﻜ ه و
ْترﺎﺻ ﺚْﺤﺑ
ﻻ رﺪْﻘ
ﱢﻘ ﻟا ﻰ
ﺻ ْﻘ
ﻬﺎ و
ﻼ ﻬﺎ
..
9
“Maka tidak ada sarana untuk menjernihkannya kembali. Apalagi karat dan kotoran telah memenuhi permukaan cermin
7
Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Bandung: Sinar Baru algesindo 2009 cet. Pertama, hal. 253
8
KBBI, h. 184
9
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihyaa Ulumiddin, h. 133
hingga tidak mungkin lagi bahan penjernih dapat membuatnya jernih dan cemerlang”
10
Kata
ﺎﻬ ﻘﺻ
diartikan ‘jernih, dalam kamus al-Munawwir berarti ‘mengkilap’. Sedangkan kata
ﺎﻬ ﻼ
diartikan ‘cemerlang’, dalam kamus al- Ashri
berarti ‘memoles; mengkilapkan. Dalam KBBI, jernih berarti ‘bening; bersih; terang tidak berdebu’.
11
Sedangkan cemerlang berarti ‘bersinar terang sekali’.
12
Menurut penulis kata
ﺎﻬ ﻘﺻ و ﺎﻬ ﻼ
lebih tepat diterjemahkan ‘dikilapkan’ saja. Dalam kalimat seperti:
“sementara tidak ada yang dapat menghilangkan noda darinya dan mengkilapkannya, maka rusaklah cermin itu. Cermin itu tidak dapat lagi
dikilapkan”
2. Penggunaan Kata Umum dan Khusus
ﻮه ﻌ
ﺾﻣﺎﻏ ﻻ
كرْﺪ نﺎ ْﻟﺎﺑ
ْ ﺑ ﱠﻮ
ﻰ ةﺪهﺎ ﻟا
نﺎ ﻌﻟاو
13
“...hubungan yang misteri dan tidak dapat digambarkan melainkan hanya bergantung pada kesaksian dan kenyataan”.
14
10
Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Bandung: Sinar Baru algesindo 2009 cet. Pertama, hal. 256
11
KBBI, hal. 368
12
Ibid, hal. 184
13
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, h. 130
14
Bahrun Abu Bakar, Ringkasan Ihya ‘Ulumuddin Bandung: Sinar Baru algesindo 2009 cet. Pertama, hal. 252
Kata
ﺾﻣﺎﻏ
diterjemahkan ‘misteri’. Kata misteri mengandung kata umum. Dalam KBBI berarti ‘1. sesuatu yang masih bersifat rahasia; 2.
sesuatu yang masih belum dapat dibuktikan; 3 sesuatu yang menjadi teka- teki’. Menurut penulis kata
ﺾﻣﺎﻏ
lebih baik diterjemahkan ‘tidak jelas’, karena kata tidak jelas mengandung kata khusus.
Kata
نﺎ ﻟﺎﺑ
diterjemahkan ‘digambarkan’. Kata gambar mengandung kata umum. Dalam KBBI berarti ‘1. tiruan sesuatu yang dilukis di atas kertas atau
kanvas; 2. gambaran yang terlintas dalam pikiran; 3. membayang, membuat gambar, melukis; 4. terlukis terbayang’. Meurut penulis kata
نﺎ ﻟﺎﺑ
lebih diterjemahkan ‘dijelaskan’, karena kata dijelaskan mengandung makna
khusus yang menunjukkan kata kerja, sehingga ada keparalelan dalam kalimat. Dalam kalimat seperti:
“ hubungan yang tidak jelas, tidak dapat dijelaskan, melainkan bergantung dengan kesaksian”.
3. Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret
اذﺎﻓ ْ ﺻ
و ْ ﱠﺠ
ﺮْآﺬﺑ ﷲا
ﻰﻟﺎﻌ ﺤﻣ
ﻬْ ﺎ
ﺮ ا تاﻮﻬ ﻟا
تﺎ ﻟاو ﺔﻣْﻮﻣْﺬ ﻟا
ﺳو ﺲْ ﻟا
ﺔ ْﻄ ﻟا
15
“apabila jiwa menjadi jernih dan cemerlang karena dzikrullah, maka dihapuskanlah darinya pengaruh-pengaruh nafsu syahwat
15
Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya Ulumuddin, hal. 131
dan sifat-sifat yang tercela,jiwa yang demikian itu disebut dengan nafsul Muthmainnah”
16
Terjemahan ‘hapuskanlah darinya pengaruh-pengaruh nafsu syahwat dan sifat-sifat yang tercela’ bukan makna sebenarnya. Kata hapus biasanya
menggunakan alat atau objeknya bersifat konkret. Akan tetapi, dalam kalimat di atas, objek kata hapus, yaitu pengaruh bersifat abstrak. Menurut penulis,
kata hapuskanlah diterjemahkan hilang, karena kata hilang, objeknya bersifat abstrak. Seperti dalam kalimat:
“ apabila jiwa itu menjadi jernih karena zikir kepada Allah SWT, maka ia mampu menghilangkan noda-noda syahwat dan sifat-sifat tercela
Kemudian itu dinamakan jiwa yang tenang”.
B. Analisis Ketepatan Pilihan Kata