78
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Investasi di Bursa Efek Indonesia BEI selalu lebih menarik, begitu kata pemodal yang sudah lama membenamkan dananya di pasar modal Indonesia.
Pernyataan pemodal tersebut memang tidak salah, mengingat data dan angka yang ada selama ini selalu membuktikan hal itu. Dari sisi keuntungan misalnya,
dari tahun ke tahun pengembangan modal growth yang diperoleh pemodal selalu naik puluhan persen. Sementara dari sisi produk yang ada di BEI juga kian variatif
dengan seluruh produk yang ditawarkan selalu marketable, alias mudah diperoleh dan mudah dijual. Aspek marketable, dan tingkat keuntungan yang maksimal ini
merupakan dua faktor utama yang selalu menjadi perhatian seorang investor sebelum memulai investasi.
1. Sejarah Pasar Modal di Indonesia Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di
mulai pada abad ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh verreniging voor
den effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880, pada tanggal 14 Desember 1912, amserdamse
effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat asia bersa
efek tersebut merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang di identikkan sebagai aktivitas pasar modal sudah
79 di mulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh
orang-orang Belanda, di Batavia yang di kenal sebagai Jakarta sekarang. Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah di kerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut
terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka
pemerintah kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912 yang bernama Vereniging Voor De Effectenhandel
bursa efek dan langsung memulai perdagangan.Efek yang di perdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi
perusahaan milik perusahaan Belanda serta pemerintah Hindia Belanda. Bursa Batavia dihentikan pada perang dunia yang pertama dan di buka kembali pada
tahun 1925 dan menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Dan aktivitas ini terhenti pada perang dunia
kedua.Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah.
Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September
1951, yang kelak ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa, pemerintah RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni
1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada
80 Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek PPUE yang terdiri dari 3 Bank
Negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara
mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun
badan hukum.Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam, institusi baru dibawah Departemen
Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak perseroan sebesar 10 - 20 selama 5 tahun sejak perusahaan yang
bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital again, pajak
atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai saham bukti penyertaan modal. Pada tahun 1988, pemerintah melakukan deregulasi di sektor
keuangan dan perbankan termasuk pasar modal, yang mempengaruhi perkembangan pasar modal yaitu antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakdes 20
tahun 1988.Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham di swastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Dalam sejarah pasar modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi di mulai pada abad
ke 19. Menurut buku effectengids yang dikeluarkan oleh verreniging voor den effectenhandel
pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880, pada tanggal 14 Desember 1912, amserdamse effectenbueurs mendirikan cabang bursa
81 efek di Batavia. Di tingkat asia bersa efek tersebut merupakan yang tertua ke-
empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Setahun setelah pemerintah belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada
tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan
terbitnya Undang-Undang Darurat No.13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan sebagai Undang-Undang No.15 tahun 1952 tentang bursa, pemerintah
RI membuka kembali bursa efek di Jakarta pada tanggal 31 Juni 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggaranya diserahkan pada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek PPUE yang terdiri dari 3 Bank Negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955 dan 1956. Para pembeli
obligasi banyak warga Negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di
bursa. Hal ini disebabkan oleh politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua Negara dan
mengakibatkan banyak warga Negara belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan RI
dengan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya. Dan memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia.sesuai dengan Undang-
undang Nasional No 86 Tahun 1958. Kemudian disusul oleh Badan Nasional
82 Perusahaan Belanda BANAS pada tahun 1960 yaitu mengeluarkan larangan bagi
bursa efek untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam, institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Untuk merangsang emisi, pemerintah memberikan
keringanan atas pajak perseroan sebesar 10 - 20 selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang
membeli saham melalui pasar modal tidak dikenakan pajak pendapatan atas capital again
, pajak atas bunga, dividen, royalty, dan pajak rekayasa atas nilai saham bukti penyertaan modal.
2. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Di era globalisasi, pasar modal atau bursa merupakan pendanaan yang cukup
penting. Pasar modal dapat diibaratkan dengan mall atau pusat perbelanjaan, hanya saja yang membedakannya adalah barang-barang yang diperjualbelikan.
Jika pusat perbelanjaan umum menyediakan berbagai macam barang kebutuhan hidup, maka pasar modal hanya menjajakan produk-produk pasar modal, seperti
obligasi dan efek. Jadi pasar modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar ini berfungsi untuk
menghubungkan investor, perusahaan dan institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para investor. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi di beberapa perusahaan
83 melalui pembelian efek-efek baru yang ditawarkan atau yang diperdagangkan di
pasar modal. Sementara itu, perusahaan dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan menawarkan instrumen keuangan jangka panjang. Adanya pasar modal
memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik, karena tidak hanya dimiliki oleh sejumlah orang tertentu.
Penyebaran kepemilikan yang luas akan mendorong perkembangan perusahaan yang transparan. Ini tentu saja akan mendorong menuju terciptanya good
corporate governance .
Aktivitas pasar modal yang merupakan salah satu potensi perekonomian nasional, memiliki peranan yang penting dalam menumbuhkembangkan
perekonomian nasional. Dukungan sector swasta menjadi kekuatan nasional sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Pun demikian, di Indonesia,
ternyata pasar modal masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal.
Pasar modal Indonesia masih dianalogikan dengan arena judi, bukan sebagai sarana investasi. Akibatnya, hal ini menyebabkan peningkatan fluktuasi dan
merugikan investor minoritas. Indonesia memiliki 2 bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta BEJ dan Bursa Efek Surabaya BES, yang masing-masing dijalankan
oleh perseroan terbatas. Pada September 2007, Bursa Efek Jakarta dan Surabaya digabungkan merger menjadi Bursa Efek Indonesia BEI. Melalui merger ini
diharapkan dapat makin memberikan peluang bagi perusahaan ke pasar modal. Melalui penggabungan ini, biaya pencatatan menjadi lebih murah, karena hanya
mencatatkan saham secara single listing, sudah terakreditasi pada BEI. Sementara
84 itu, bagi anggota bursa, dengan menjadi anggota bursa atau pemegang saham BEI,
akan langsung menembus pasar. Bagi investor penggabungan ini menjadikan makin banyaknya pilihan investasi, karena tidak ada lagi pembedaan pasar BES
dan BEJ, karena produk investasi ditawarkan dalam satu atap, BEI. Berikut ini adalah objek penelitian yang akan diteliti oleh penulis :
a. PT Fast Food Indonesia, Tbk PT Fastfood Indonesia Tbk. adalah pemilik tunggal waralaba KFC di
Indonesia, didirikan oleh Gelael Group pada tahun 1978 sebagai pihak pertama yang memperoleh waralaba KFC untuk Indonesia. Perseroan mengawali operasi
restoran pertamanya pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta, dan sukses outlet ini kemudian diikuti dengan pembukaan outlet-outlet selanjutnya di
Jakarta dan perluasan area cakupan hingga ke kota-kota besar lain di Indonesia antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado.
Keberhasilan yang terus diraih dalam pengembangan merek menjadikan KFC sebagai bisnis waralaba cepat saji yang dikenal luas dan dominan di Indonesia.
Bergabungnya Salim Group sebagai pemegang saham utama telah meningkatkan pengembangan Perseroan pada tahun 1990, dan pada tahun 1993 terdaftar sebagai
emiten di Bursa Efek Jakarta sebagai langkah untuk semakin mendorong pertumbuhannya. Kepemilikan saham mayoritas pada saat ini adalah 79,6
dengan pendistribusian 43,8 kepada PT Gelael Pratama dari Gelael Group, dan 35,8 kepada PT Megah Eraraharja dari Salim Group; sementara saham
minoritas 20,4 didistribusikan kepada Publik dan Koperasi.
85 b. PT Aqua Golden Mississippi Tbk
PT Aqua Golden Mississippi Tbk “Perusahaan” didirikan berdasarkan akta notaris Tan Thong Kie, SH No. 24 tanggal 23 Pebruari 1973. Akta pendirian ini
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.521322 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara No. 84
tanggal 19 Oktober 1973. Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta notaris Lindasari Bachroem, SH No.
25 tanggal 12 Mei 1997 dalam rangka penyesuaian dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang – Undang Pasar Modal No. 8
tahun 1995. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.C2-4579.HT.01.04.TH.97 tanggal 3 Juni 1997 serta diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara No. 84 tanggal 21 Oktober 1997. Perusahaan bergerak dalam industri pengolahan dan pembotolan air minum dalam kemasan.
Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974 Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berkantor pusat di Jalan Pulo Lentut No. 3, Kawasan
Industri Pulogadung, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Bekasi, Citeureup dan Mekarsari, Jawa Barat. Induk Perusahaan adalah PT Tirta Investama dan
induk utama Perusahaan adalah Groupe Danone, sebuah Perusahaan yang berdiri dan berkedudukan di Perancis.
c. PT Delta Djakarta Tbk Pendirian dan Informasi Umum Pabrik “Anker Bir” didirikan pada tahun 1932
dengan nama Archipel Brouwerij. Dalam perkembangannya, kepemilikan dari
86 pabrik ini telah mengalami beberapa kali perubahan sehingga berbentuk PT Delta
Djakarta pada tahun 1970. PT Delta Djakarta Tbk “Perusahaan” didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah
diubah dengan Undang-Undang No. 11 tahun 1970 berdasarkan akta No. 35 tanggal 15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5759 tanggal 26 April 1971. Anggaran dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 4 tanggal 4 Mei 2006 dari P. Sutrisno A. Tampubolon, SH., M.Kn., notaris publik di Jakarta,
mengenai perubahan susunan dan anggota dewan komisaris dan direksi Perusahaan. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di Jalan Inspeksi Tarum Barat,
Bekasi Timur – Jawa Barat. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan yaitu terutama untuk memproduksi dan
menjual bir pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”, “Kuda Putih” dan “San Mig Light”. Perusahaan juga memproduksi dan
menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku” dan “Soda Ice”. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan diluar negeri. Perusahaan
mulai beroperasi sejak tahun 1933. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Maret 2008 dan 2007 masing-masing 499 orang dan
497 orang.
87 d. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk “Perusahaan” didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma
berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No. C2-2915.HT.01.01.Th’91 tanggal 12 Juli 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 Tambahan No. 611 tanggal 11 Februari 1992.
Anggaran dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir sehubungan dengan perubahan salah satu anggota Dewan Direksi yang
diaktakan dalam akta notaris No. 06 tanggal 2 Juni 2006 dari notaris yang sama. Perubahan tersebut telah didaftarkan dan diterima oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia sebelumnya Menteri Kehakiman berdasarkan suratnya No. C- UM.02.01.10592 tanggal 26 Juni 2006. Berdasarkan Pasal 3 anggaran dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie, penggilingan tepung terigu, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan
pengembangan. Saat ini, Perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Gedung
Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl. H.R. Rasuna Said X-2, Kav. 5, Jakarta, Indonesia, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1990.
88 e. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1973. Perusahaan ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische
Bierbrouwerijen. Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan perusahaan Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang
dihasilkan adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang menguasai lebih dari 60 bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama
dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994, perusahaan
memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan berkantor pusat di Tangerang dan
sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki pabrik di Ngagel, Surabaya dan Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan
kapasitas produksi dari 300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi 60 Juta liter per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp.
150.000.000.000 pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara.
f. PT Mayora Indah Tbk PT Mayora Indah Tbk Perusahaan didirikan dengan Akta No. 204 tanggal 17
Februari 1977 dari Poppy Savitri Parmanto, S.H., pengganti dari Ridwan Suselo,
89 S.H., notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5514 tanggal 3 Januari 1978 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 39 tanggal
15 Mei 1990, Tambahan No. 1716. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 30 Juni 2008
dari Saifudin Arief, S.H., notaris di Tangerang, mengenai perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah menjalankan usaha dalam
bidang industri, perdagangan serta agenperwakilan. Saat ini Perusahaan menjalankan bidang usaha industri makanan, kembang gula dan biskuit.
Perusahaan menjual produknya di pasar lokal dan luar negeri. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat
Perusahaan terletak di Gedung Mayora, Jl.Tomang Raya No. 21-23, Jakarta, sedangkan pabrik Perusahaan terletak di Tangerang dan Bekasi.
g. PT Prasidha Aneka Niaga Tbk PT Prasidha Aneka Niaga Tbk Perusahaan didirikan dengan nama PT Aneka
Bumi Asih berdasarkan akta Notaris Paul Tamara No. 7 tanggal 16 April 1974. Akta pendirian Perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.535823 tanggal 3 Oktober 1974 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2488 dari Berita Negara No. 37 tanggal 10 Mei
1994. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan.
90 Akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 38 dan akta Perubahan No.
39 tanggal 29 Desember 1993 mengenai peningkatan modal dasar Perusahaan, perubahan pemegang saham dan penggantian nama Perusahaan menjadi PT
Prasidha Aneka Niaga telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3792.HT.01.04.TH.94 tanggal 1 Maret
1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 2678 dan Berita Negara No. 40 tanggal 20 Mei 1994. Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. No. 127
tanggal 10 Mei 1994 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penawaran umum saham telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10.238.HT.01.04.TH.94 tanggal 5 Juli 1994 dan diumumkan dalam Tambahan No. 6079 dari Berita
Negara No. 58 tanggal 21 Juli 1995, dan yang terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H. No. 7 tanggal 10 April 1997 mengenai perubahan
Anggaran Dasar Perusahaan dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No. 1 tahun 1995 dan Undang-undang Pasar Modal No. 8
Tahun 1995 berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya serta perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham, yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3797.HT.01.04.TH.97 tanggal 15 Mei 1997 dan diumumkan dalam
Tambahan No. 2135 dari Berita Negara No. 43 tanggal 30 Mei 1997. Perubahan terakhir dengan akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No.10 tanggal
20 Oktober 2008 mengenai perubahan seluruh Anggaran Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
91 Terbatas dan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.AHU-97905.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 18 Desember 2008 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara
No.9 tanggal 30 Januari 2009. Perusahaan berdomisili di Jalan Jenderal Sudirman No. 47 Jakarta Selatan dan pabriknya berlokasi di Jalan Ki Kemas Rindho,
Kertapati, Palembang. Perusahaan saat ini bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi.Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada
tahun 1974.
h. PT Sekar Laut Tbk PT Sekar Laut Tbk adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di
Indonesis. yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 4 Juli 1990. Pada tahun 2000, perusahaan ini
menerima kredit modal kerja dari Bank Bira dan Bank Universal. dengan jumlah pokok Rp 3,582 milyar dan bunga tertunggak serta denda Rp 2,331 milyar.
i. PT SMART Tbk PT SMART Tbk didirikan tahun 1962 dan sejak itu terus berkembang menjadi
salah satu produsen minyak sawit terbesar didunia. Dengan lebih dari 300 ribu hektar perkebunan sawit yang tersebar di Indonesia dan operasional yang
terintegrasi menjadikan PT SMART Tbk sebagai pemain utama di bisnis minyak sawit. Cakupan bisnis meliputi perkebunan sawit sampai ke pengolahan produk-
92 produk turunan sawit seperti minyak goreng, margarin dan shortening serta
specialty fats. PT SMART Tbk telah mengimplementasikan sistem informasi terintegrasi lewat SAP dan mendapatkan sertifikasi manajemen mutu ISO
9001:2000 serta sertifikasi keamanan pangan HACCP untuk fasilitas produksi refinery di Surabaya dan Belawan.
j. PT. Tunas Baru Lampung Tbk PT. Tunas Baru Lampung Tbk “Perusahaan” didirikan berdasarkan akta No.
23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di Teluk Betung. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. Y.A.523325 tanggal 10 Juli 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 44 tanggal 1 Juni 1999,
Tambahan No. 3194. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No 05 Tanggal 09
Januari 2009 dari Ny. Kartuti Suntana Sastraprawira, S.H., notaries di Jakarta, mengenai perubahan Anggaran Dasar yang disesuaikan dengan Undang-undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar ini telah disetujui kepada Menteri Hukum dan Hak asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat No. AHU – 12894.A.H.01.02 Tahun 2009 Tanggal 15 April 2009. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan terutama meliputi bidang perkebunan, pertanian dan perindustrian, termasuk bertindak sebagai pedagang eksportir dan importir. Saat ini, Perusahaan
terutama bergerak dalam bidang produksi minyak goreng sawit, minyak goreng
93 kelapa, minyak kelapa, minyak sawit Crude Palm Oil atau CPO dan sabun, serta
bidang perkebunan kelapa sawit dan hibrida. Perusahaan mulai menjalankan kegiatan produksi CPO pada bulan September 1995 dan minyak goreng pada
bulan Oktober 1996. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan ke luar negeri. k. PT Siantar Top Tbk
PT Siantar Top Tbk Perusahaan didirikan berdasarkan akta No. 45 tanggal 12 Mei 1987 dari Ny. Endang Widjajanti, S.H., notaris di Sidoarjo dan akta
perubahannya No. 64 tanggal 24 Maret 1988 dari notaris yang sama. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. C2-5873.HT.01.01.Th.88 tanggal 11 Juli 1988 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 104 tanggal 28 Desember 1993, Tambahan No. 6226. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No.
31 tanggal 6 Agustus 2001 dari Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., notaris di Surabaya, mengenai perubahan nilai nominal saham dari Rp 500 per saham
menjadi Rp 100 per saham, sehingga jumlah seluruh saham yang beredar Perusahaan adalah 1.310.000.000 lembar saham dan modal dasar
3.000.000.000 lembar saham. Akta perubahan ini telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat
Keputusannya No. C-09574.HT.01.04.Th.2001 tanggal 1 Oktober 2001. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
terutama bergerak dalam bidang industri makanan ringan, yaitu mie snack noodle
, kerupuk crackers dan kembang gula candy. Perusahaan berdomisili di
94 Sidoarjo, Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo Jawa Timur, Medan
Sumatera Utara, dan Bekasi Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo.
l. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan multinasional yang
memproduksi makanan yang bermarkas di Jakarta. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1985. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan
makanan Pada tahun 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang nantinya berkembang menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. TPS-
Food. Sebuah Bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Sampai hari ini,
kultur manajemen yang erat seperti sebuah keluarga adalah salah satu nilai yang terus dipertahankan oleh generasi ketiga dari sang pendiri. Untuk memenuhi
permintaan pasar akan produk-produk makanan yang terus tumbuh, PT. Tiga Pilar Sejahtera didirikan pada tahun 1992 dan menjadi perusahaan publik pada 2003.
m. PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk., selanjutnya disebut
Induk Perusahaan, didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 Nopember 1971 jo Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan Komar
Andasasmita, S.H., Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat
95 persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No.
Y.A.53421 tanggal 20 Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34 tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313, dan mulai
beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Anggaran Dasar Induk Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, termasuk perubahan
terakhir yang dilakukan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini dilakukan dengan Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Ultrajaya Milk Industry Trading Company Tbk. No. 43 tanggal 18 Juli 2008 dibuat oleh
Fathiah Helmi, SH., Notaris di Jakarta, yang disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. AHU-56037.AH.01.02.
Tahun 2008 tanggal 27 Agustus 2008.Induk Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten
Bandung Barat 40552. n. PT Unilever Indonesia, Tbk
PT Unilever Indonesia, Tbk Perseroan” didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No. 23 Mr. A.H. van
Ophuijsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van Nederlandsch-Indie dengan No.14 tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di
Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Tambahan No. 3 pada Javasche Courant tanggal 9 Januari
1934. Nama Perseroan diubah menjadi “ PT Unilever ” dengan akta notaris Ny. Kartini Muljadi SH No. 171 tanggal 22 Juli 1980. Selanjutnya perubahan nama
96 Perseroan menjadi “ PT Unilever Indonesia, Tbk”, dilakukan dengan akta Tn.
Mudofir Hadi SH No. 92 tanggal 30 Juni 1997. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No. C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23
Pebruari 1998 dan diumumkan dalam Tambahan No. 39 Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998. Pada tanggal 16 Nopember 1981 Perseroan mendapat izin
Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal Bapepam No.SI-009PME1981 untuk menawarkan 15 sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham menyetujui untuk melakukan pemecahan saham
stock split dengan merubah nilai nominal saham dari Rp 100 menjadi Rp 10 per lembar saham. Perubahan ini diaktakan dengan akta notaris Singgih Susilo SH
No. 46 tanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C-17533 HT.01.04-
TH.2003. Kegiatan usaha Perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen, margarin, minyak nabati dan makanan berinti susu, es krim, minuman dengan
bahan pokok teh dan produk-produk kosmetik.
B. Analisis Variabel