FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DIBURSA EFEK INDONESIA (BEI).

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar sampai tersusunnya laporan skripsi ini dengan judul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Praktik Income Smoothing Pada Perusahaan Food and Beverages Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Januari 2011 sampai Juni 2011, guna menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa serta menunjang teori yang didapat selama masih kuliah juga sebagai bahan refrensi di perpustakaan UPN ”Veteran” Jatim.

Semua ini tidak dapat terlaksana atau tercapai tanpa adanya bantuan dari semua pihak ataupun instansi yang berhubungan dengan laporan ini oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, Ir. Sutiyono, MT, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, Se, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec.H.RA. Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, Msi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(2)

5. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, Msi selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran, ketelatenan, dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk sampai terselesainya skripsi ini.

6. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih SE, Msi selaku dosen wali yang telah memberi nasihat selama ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya program studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama ini.

8. Ayah dan Ibu, dan keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun material.

9. Semua teman-teman mahasiswa UPN satu pararel dan seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua Amin .

Surabaya, 20 Juni 2011


(3)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 12

2.2 Landasan Teori ... 17

2.2.1 Laporan Keuangan ... 17

2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 17

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 18

2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 20


(4)

2.2.2 Kandungan Informasi Atas Laba ... 30

2.2.3 Pengertian Laba ... 30

2.2.4 Income Smoothing ...33

2.2.4.1 Pengertian Income Smoothing ...33

2.2.4.2 Tujuan Income Smoothing ……….... 35

2.2.4.3 Alasan Untuk Melakukan Income Smoothing …...36

2.2.4.4 Dimensi Income Smoothing ………... 38

2.2.5 Identifikasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing ... 39

2.2.5.1 Ukuran Perusahaan ………... 39

2.2.5.2 Profitabilitas Perusahaan ………... 41

2.2.5.3 Leverage Operasi Perusahaan ………... 41

2.2.5.4 Net Profit Margin ………... 43

2.2.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan, Leverage Operasi, Net Profit Margin Terhadap Income Smoothing ………... 44

2.2.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Income Smoothing ………... 44

2.2.6.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Income Smoothing ………45


(5)

2.2.6.4 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap

Income Smoothing ………..………... 47

2.3 Kerangka Pikir …….………...……... 49

2.4 Hipotesis ……… 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Defnisi Operasional dan Pengukuran Variabel …...…... 52

3.2 Teknik Penentuan Sampel ...…..……..……... 56

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...………... 58

3.3.1 Jenis Data....………... 58

3.3.2 Sumber Data………...…... 59

3.3.3 Pengumpulan Data ...59

3.4 Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis …….…………... 59

3.4.1 Uji Normalitas ... 59

3.4.2 Uji Independensi ... 60

3.4.3 Regresi Logistik ...61

3.4.3.1 Regresi Logistik Univariate ... 61


(6)

4.1.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia ... 64

4.1.2 Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)... 67

4.1.3 Sejarah Singkat Perusahaan Ditinjau dari Ruang Lingkup Kegiatan………... 68

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian………... 81

4.2.1. Income Smoothing (Y) ...………... 81

4.2.2. Ukuran Perusahaan (X1) ….………... 82

4.2.3. Profitabilitas Perusahaan (X2) ... 84

4.2.4. Leverage Operasi Perusahaan (X3) ... 85

4.2.5. Net Profit Margin (X4) ………... 86

4.3. Analisis Hasil Penelitian ………... 88

4.3.1. Uji Normalitas ...………... 88

4.3.2. Uji Independensi ... 89

4.3.3. Analisis Regresi Logistik Univariate ... 90

4.3.3.1 Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1) Terhadap Income Smoothing (Y………... 90

4.3.3.2 Pengaruh Variabel Profitabilitas (X2) Terhadap Income Smoothing (Y) ……….. 92 4.3.3.3 Pengaruh Variabel Leverage Operasi


(7)

4.3.4. Analisis Regresi Logistik Multivariate ………..96

4.3.4.1 Penentuan Regresi Logistik ……….. 97

4.3.4.2. Uji Serentak ... 99

4.3.4.3. Uji Kesesuaian Model ... 100

4.3.4.4. Koefisien Determinasi (R2)……….. 100

4.3.4.5. Keakuratan Model ...101

4.3.5. Uji Hipotesis ... 102

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 102

4.4.1.Pembahasan ………... 102

4.4.2.Implikasi Praktis ... 108

4.4.3. Perbedaan Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu ... 108

4.4.4. Keterbatasan Penelitian ……… 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………... 111

5.2. Saran………... 112 DAFTAR PUSTAKA


(8)

(9)

Tabel 1.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba

(Income Smoothing) ... 5

Tabel 1.2 Faktor – Faktor Yang Tidak Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing) ... 6

Tabel. 1.3 Rekapitulasi Data : “Tingkat Penjualan” Perusahaan Food and Beverages Periode 2006 – 2009 ... 7

Tabel 3.1 Kode dari Variabel Perataan Laba (Y) ... 55

Tabel 4.1 Data Income Smoothing Tahun 2006 - Tahun 2009 ... 82

Tabel 4.2 Data Ukuran Perusahaan Tahun 2006 - Tahun 2007... 83

Tabel 4.3 Data Profitabilitas Perusahaan Tahun 2006 - Tahun 2009 ... 84

Tabel 4.4 Data Rasio Leverage Tahun 2006 - Tahun 2009 ... 85

Tabel 4.5 Data Net Profit Margin Tahun 2006 - Tahun 2009 ... 87

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.7 Hasil Uji Pearson Chi-Square ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X1 Terhadap Y ... 90

Tabel 4.9 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X1 Terhadap Y Tanpa Konstanta ... 91


(10)

Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X3 Terhadap Y ... 94

Tabel 4.13 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X3 Terhadap Y Tanpa Konstanta ... 94

Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X4 Terhadap Y ... 95

Tabel 4.15 Hasil Uji Parsial Pengaruh Variabel X4 Terhadap Y Tanpa Konstant ... 96

Tabel 4.16 Model Regresi Logistik ... 97

Tabel 4.17 Hasil Uji Serentak... 99

Tabel 4.18 Hasil Uji Kesesuaian Model ... 100

Tabel 4.19 Nilai R2 ... 101

Tabel 4.20 Classification Tabel ………...…..……... 101

Tabel 4.21 Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang ... 109


(11)

Oleh :

MARTA SELLY MEGAWANGI

Abstrak

Seiring dengan berkembangnya dunia usaha dalam memasuki era pasar bebas, maka perusahaan di tuntut untuk menjaga aktifitas operasi perusahaan agar tetap stabil dan berkembang sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu para investor dan masyarakat. Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba (Budiasih, 2006). Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan pertaan laba oleh suatu perusahan. Praktik perataan laba telah dikenal sebagai praktik yang logis dan rasional dan merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan untuk meningkatkan kemampuan investor dalam meramalkan arus kas pada masa datang.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan food and Baverage per 31 Desember 2006 sampai per 31 Desember 2009, dan sumber data berasal dari PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal), Bursa Efek Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory dan data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Regresi Logitisk dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga ada pengaruh variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, net profit margin terhadap praktik perataan laba pada perusahaan Food and Baverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia, sehingga tidak teruji kebenarannya.

Keyword : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverages, Net Profit Margin, Income Smoothing.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya dunia usaha dalam memasuki era pasar bebas, maka perusahaan di tuntut untuk menjaga aktifitas operasi perusahaan agar tetap stabil dan berkembang sehingga diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu para investor dan masyarakat. Pada dasarnya pemakai tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pihak internal dan pihak eksternal, dari pihak – pihak tersebut, manajemen merupakan pihak yang berkewajiban menyusun laporan keuangan karena mereka berada di dalam perusahaan dan merupakan pengelola aktiva perusahaan secara langsung. Di lain pihak, pemegang saham, kreditor dan pemerintah sebagai pihak yang menanamkan modalnya pada perusahaan, memberikan pinjaman pada perusahaan serta memiliki kepentingan dalam kaitannya untuk memperoleh dana pembangunan dalam bentuk pajak, dan merupakan pihak – pihak yang sangat berkepentingan dengan informasi dari laporan keuangan yang disiapkan oleh manajemen tetapi tidak menyusun laporan keuangan.

Diantara pihak – pihak yang telah disebutkan diatas, terdapat pertentangan kepentingan antara kelompok internal dan eksternal yang dapat mendorong timbulnya konflik yang merugikan bagi pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Pertentangan tersebut antara lain :


(13)

2. Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberikan kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.

3. Manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah ingin memungut pajak yang setinggi mungkin. Jin dan Machfoed (1998) dalam Sundari dan Sari (2010).

Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan adalah laba (Budiasih, 2006). Laporan keuangan disusun oleh manajemen yang menunjukkan kinerja manajemen dan merupakan sumber untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Asumsi dasar dalam teori akuntansi positif adalah teori agensi dimana menejemen sebagai agen yang dipercayakan oleh pricipal untuk mengelola perusahaan merupakan individu yang rasional yang berusaha memaksimalkan kesejahteraan mereka (Husnaini dan Astuti, 2006:83).

Laporan keuangan merupakan produk dari akuntansi yang menyajikan data – data kuantitatif keuangan atas semua transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan oleh suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu, laporan keuangan dibuat untuk mempertanggung jawabkan atas aktivitas perusahaan terhadap pemilik dan juga membebankan informasi mengenai posisi perusahaan dan hasil yang telah dicapai perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (Yusuf dan Soraya, 2004:100)


(14)

pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas, atau laporan arus dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.

Salah satu parameter perusahaan yang paling sering dilakukan untuk mengukur peningkatan atau penurunan kinerja pada perusahaan adalah laba. Kirschenheiter dan Melumed (2002) dalam Juniarti dan Corolina (2005:148) menyatakan bahwa laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung didalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak ekstenal dan intenal perusahaan. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, menaksir resiko dalam berinvestasi atau meminjamkan dana.

Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui berbagai cara akan memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap tindak lanjut para pengguna informasi yang bersangkutan, tidak terkecuali penerapan pertaan laba oleh suatu perusahan. Pentingnya informasi laba telah disebutkan dalam Statment of Accounting Concepts (SFAC) No.1 bahwa informasi laba pada umunnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja dan pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earnings


(15)

Berdasarkan kenyataan yang ada seringkali perhatian pengguna laporan keuangan hanya diajukan kepada informasi laba, tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan disfunctional behavior (perilaku yang tidak semestinya) adapun perilaku yang tidak semestinya yang timbul yang berhubungan dengan laba adalah praktik perataan laba (Income Smoothing). Ashari et al (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005 : 137) menemukan bahwa terdapat indikasi tindakan perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan perataan laba.

Praktik perataan laba telah dikenal sebagai praktik yang logis dan rasional dan merupakan fenomena yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan untuk meningkatkan kemampuan investor dalam meramalkan arus kas pada masa datang. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laporan penghasilan dan manipulasi variabel – variabel akuntansi atau dengan melakukan transaksi – transaksi rill (Budiasi, 2009). Tindakan ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan laba yang menyesatkan.

Hepworth (1953) dalam Kumaladewi (2010) menyatakan bahwa manajemen memiliki beberapa alasan untuk melakukan praktik perataan laba yaitu pertama, rekayasa untuk mengurangi laba dan manaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi utang pajak. Kedua, tindakan perataan laba dapat meningkatkan kepercayaan investor karena mendukung kestabilan


(16)

mempercepat hubungan antara manajer dan karyawan karena dapat menghindari kenaikan upah oleh karyawan. Terakhir, tindakan perataan laba memiliki dampak psiokologis pada perekonomian sehingga kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan.

Banyak peneliti terdahulu yang berusaha mencari tahu mengenai praktik perataan laba, dan faktor – faktor yang terkait. Berikut ini akan disajikan tabel yang merupakan rangkuman dari beberapa penelitian terdahulu, baik oleh peneliti asing maupun oleh peneliti Indonesia mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi dan tidak mempengaruhi praktik perataan laba. Dan untuk tabel mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan perataan laba (Income Smoothing) dapat disajikan pada tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel 1.1 : Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing)

No Faktor Yang Berpengaruh Peneliti (tahun)

1 Profitabilitas Arschibald (1967); White (1970); Ashri (1994); Carlos dan

Chenchuramaiah (1997) 2 Kelompok Usaha Belkoui dan Picur (1984);

Albrecht dan Richardson (1990) 3 Status usaha, kategori investasi

(kebangsaan)

Ashari (1994)

4 Harga saham Ilmainir (1993)

5 Perbedaan laba actual dengan laba normal

Ilmainir (1993) 6 Kebijakan akuntansi mengenai

laba

Ilmainir (1993) 7 Ukuran perusahaan (total

aktiva)

Moses (1987); Albecht-Richardson (1990) 8 Leverage perusahaan Zuhroh (1986)

Sumber : Salno dan Baridwan (1998)


(17)

Sedangkan untuk tabel mengenai faktor – faktor yang tidak mempengaruhi tindakan perataan laba (Income Smoothing) dapat disajikan pada tabel 1.2, sebagai berikut :

Tabel 1.2 : Faktor – Faktor Yang Tidak Mempengaruhi Tindakan Perataan Laba (Income Smoothing)

No Faktor Yang Tidak Berpengaruh Peneliti (tahun)

1 Profitabilitas Zuhroh (1996)

2 Kelompok usaha Assih (1998)

3 Rencana bonus Ilmainir (1993)

4 Proporsi kepemilikan Assih (1998)

5 Harga saham Carlson dan Chenchuramaiah

(1997)

6 Ukuran perusahaan Ilmainir (1993); Ahhari (1994); Zuhroh (1996)

7 Penjualan Sadagaran dan Sepe (1996)

Sumber : Salno dan Baridwan (1998)

Dari tabel 1.2 memperlihatkan faktor – faktor yang tidak dapat mempengaruhi tindakan praktik perataan laba (income smoothing). Berkaitan dengan penelitian – penelitian tersebut diatas maka peneliti ingin membuktikan apakah hasil penelitian tersebut dapat terbukti dengan obyek penelitian yang berbeda dan waktu yang berbeda pula.

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Food and Baverages yang Go publik di Bursa Efek Indonesia, dan tahun yang akan diteliti adalah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, alasan dipilihnya perusahaan Foos and baverages sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan tersebut memiliki persaingan bisnis yang kuat, dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi serta selera masyarakat yang berubah – ubah, hal ini akan menimbulkan total tingkat penjualan perusahaan naik turun yang kemungkinan bisa memicu dysfunctional behavior yaitu


(18)

Berikut ini adalah daftar tingkat penjualan perusahaan Food and Beverages dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, dapat disajikan pada tabel 1.3, sebagai berikut

Tabel. 1.3 : Rekapitulasi Data : “Tingkat Penjualan” Perusahaan Food and Beverages

Periode 2006 – 2009

No Nama Perusahaan

Penjualan Periode Penelitian

2006 2007 2008 2009

1 PT. Cahaya Kalbar, Tbk 391.062 812.635 1.963.638 1.194.544 2 PT. Delta Djakarta, Tbk 396.733 439.823 673.770 740.681 3 PT. Fast Food Indonesia, Tbk 1.276.416 1.589.643 2.022.633 2.454.360 4 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 21.941.558 27.858.304 38.799.279 37.140.830 5 PT. Mayora Indah, Tbk 1.971.513 2.828.440 3.907.674 4.777.175 6 PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk 891.001 978.600 1.325.661 1.616.264

7 PT. Sekar Laut, Tbk 193.928 237.050 313.125 276.312

8 PT. Sierad Produce, Tbk 1.111.242 1.632.454 2.331.686 3.242.551

9 PT. Siantar Top, Tbk 555.208 600.330 624.401 627.115

10 PT. Sinar Mas Argo, Tbk 4.708.250 8.079.715 16.094.425 12.484.606 11 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk 333.455 499.870 489.172 533.194 12 PT. Ultra Jaya Milk Ind & TC, Tbk 835.230 1.126.800 1.362.607 1.613.928

Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penjualan terjadi fluktuasi dari tiap tahunnya. Misalnya PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang mengalami peningkatan penjualan cukup tinggi dari tahun 2006 sampai 2009. Yaitu pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp. 21.941.558, dan meningkat menjadi Rp. 27.858.304 pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 penjualan terus naik sebesar Rp. 38.799.279, peningkatan ini terus terjadi hingga tahun 2009 sebesar Rp. 37.140.830. Total penjualan perusahaan yang naik turun kemungkinan bisa memicu dysfunctional behavior yaitu Income Smoothing.

Penelitian ini dilakukan peneliti terhadap empat faktor yang dapat mempengaruhi praktik income smoothing yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, Leverage Operasi perusahaan, dan Net Profit


(19)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antar lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain – lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya tebagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005 : 138). Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan praktik income smoothing dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar menjadi pusat pemeriksaan (pengawasan yang lebih kuat dari pemerintah dan masyarakat umum / general public).

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan yang dapat dicapai perusahaan dihubungkan dengan penjulannya. Tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah, karena profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan dan keadaan ini sangat mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan Herawaty, 2005:38).

Leverage operasi merupakan tingkat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan atau total aktiva. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung melakukan


(20)

Menurut Suwito dan Herawaty (2005 : 139) Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak. Net Profit Margin diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi praktik Income Smoothing pada perusahaan Food and Baverages yang Go Public di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti adalah “Apakah Ukuran Perusahaan, Profitabilitas perusahaan, Leverages Operasi perusahaan, dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap praktik Income Smoothing pada perusahaan Food and Baverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas perusahaan, Leverages Operasi perusahaan, dan Net Profit Margin terhadap praktik Income Smoothing pada perusahaan Food and Baverages yang Go Publik di Bursa


(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ini adalah sebagai berikut:

1 Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan pengaruh perataan laba terhadap perusahaan yang Go public, serta sebgai Dharma Bakti terhadap UPN “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.

2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang berhubungan dengan Income Smoothing dan mendapatkann bukti secara empiris mengenai adanya tindakan Income Smoothing oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3 Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Informasi bahwa dengan melakukan Income Smoothing diharapkan dapat menghindari reaksi pasar yang terlalu besar pada saat pengumuman informasi laba karena dengan tingkar variabilitas yang kecil pada laba yang diumumkan, pelaku pasar dapat melakukan prediksi atas laba perusahaan yang akan lebih baik.

4 Bagi Manajer

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan informasi bahwa dengan melakukan Income Smoothing dapat membuat arus pengahasilan stabil dan mengurangi covarian return dengan pasar


(22)

5 Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan kemampuan untuk mempredikasi arus kas pada masa yang akan datang.

6 Bagi Pengguna Laporan Keuangan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan yang memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan penecegahan yang perlu pada saat menginterprestasikan data keuangan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

2.1.1 Juniari dan Corolina (2005)

Judul: “Analisis Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) Pada Perusahaan – Perusahaan Go Public”

Perumusan masalah :

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahan perata laba dan perusahaan bukan perata laba?

2. Apakah perata laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan?

Hipotesis:

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis null (Ho) yang diajukan pada peneliti ini adalah :

H01: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besaran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba.

H02: Besaran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan tidak berpengaruh terhada terjadinya peata laba.

Kesimpulan:

Variabel profitabilitas (PRFT) memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata


(24)

laba, sedangkan variabel total aktiva (TA) dan sector industri (DSI) tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

Faktor besaran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya perata laba. Hasil pengujian pada hipotesis kedua (H02) diperkuat dengan hasil pengujian multivariate kedua dan multivariate ketiga yang menunjukkan nilai signifikan diatas 5%, berarti variabel independent TA, PRFT, DSI konsisten dengan pengujian mulitivariate yang pertama yaitu tidak berpengaruh terhadap terjadinya perata laba.

2.1.2 Yusuf dan Soraya (2004)

Judul: “ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia”

Perumusan masalah :

Apakah perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia melakukan praktik perataan laba, dan apakah perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, serta status perusahaan (kategori investasi asing dan non asing) ?

Hipotesis :

H01= Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia

H02= Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan H03= Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan


(25)

H04= Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan H05= Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan

Ha1= Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia

Ha2= Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan Ha3= Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan Ha4= Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan Ha5= Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan

Kesimpulan :

Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik pertaan laba dibandingkan dengan perusahaan asing.

Praktik perataan laba tidak dipengaruhi oleh faktor ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, status perusahaan. Sedangkan leverage operasi perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba.

2.1.3 Suwito dan Herawaty (2005)

Judul : Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Perumusan masalah :

“Apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverages operasi perusahaan, dan Net


(26)

Profit Margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ ?”

Hipotesis :

HA1 : Terdapat pengaruh yang signifikas dari jenis usaha terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

HA2 : Terdapat pengaruh yang signifikas dari ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

HA3 : Terdapat pengaruh yang signifikas dari rasio profitabilitas perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

HA4 : Terdapat pengaruh yang signifikas dari rasio leverage operasi perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

HA5 : Terdapat pengaruh yang signifikas dari net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Kesimpulan :

Terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba oleh perusahan publik yang terdaftar di Bursa efek Jakarta. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis usaha, ukuran perusahaan, profitailitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba.


(27)

2.1.4 Salno Baridwan (2000)

Judul : “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia”.

Perumusan masalah :

1. Apakah ukuran perusahaan (harga saham), NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi winer / losses stock mempengaruhi perataan laba? 2. Adakah perbedaan return dan resiko antara perusahaan perata laba dan

perusahaan bukan perata laba? Hipotesis :

H01= Besaran perusahaan, NPM, kelompok usaha, dan klasifikasi winner / loss stock tidak mempengaruhi perataan penghasilan. H02= Tidak ada perbedaan return antara perusahaan perata penghasilan

dan bukan perusahaan perata penghasilan.

H03= Tidak ada perbedaan resiko antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba.

Kesimpulan :

Faktor – faktor ukuran perusahaan (harga saham), NPM (Net Profit Margin), kelompok usaha, dan winner / losses stock secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan laba, dan tidak ada perbedaan return dan risiko untuk perusahaan perata laba dan tidak perata laba.


(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Laporan Keuangan

2.2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Komite terminology AICPA (the commite in terminology of the American Institute of certified public accountants) mengidetifikasikan akuntansi sebagai berikut : Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dalam bentuk satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut (Belkoui, 2000:37).

Suwardjono (2005:10) dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau praktik, akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan oleh akuntansi) yang terjadi dari kejadian – kejadian, transaksi – transaksi, atau kegiatan operasi unit organisasi dengan cara yang tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

Menurut Baridwan (1997:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, transaksi – transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.

Menurut SAK (2009:1) yaitu, ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan”. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi kuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.


(29)

Menurut Myer dan Munawir (2002:05) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:

Dua faktor yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua faktor tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi/laba. Pada waktu akhir – akhir ini sudah menjadi kebiasaan perseroan – perseroan untuk menambahkan daftar ketiga surplus atau daftar srplus atau daftar laba yang tak dibagikan ( Laba ditahan ).

Pada dasarnya laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumberdaya pemilik dan dari laporan keuangan tersebut salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba.

2.2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Tujuan utama pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB dalam Suwardjono (2005:157) adalah sebagai berikut :

1. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam membuat keputusan – keputusan investasi,


(30)

kredit dan semacamnya yang rasional. Informasi yang harus terpahami bagi mereka yang mempunyai pengetahuan yang memadai tentang berbagai kegiatan bisnis dan ekonomi dan bersedia untuk mempelajari informasi dengan cukup tekun.

2. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dan menilai (assessing) jumlah, saat terjadi, dan ketidakpastian penerimaan kas mendatang (prospective cash receipts) dari deviden atau bunga atau pemerolehan kas ( proceeds ) mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman, dengan cara lain pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan kreditor dan pemakai laindalam menilai (assessing) jumlah,saat terjadi, ketidakpastian aliran kas bersih ke badan usaha bersangkutan.

3. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomik suatu badan usaha, klaim terhadap sumber – sumber tersebut (kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomik ke entitas lain dan pemilik), dan akibat – akibat dari transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya badah usaha dan klaim terhadap sumber daya tersebut.

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan ekonomis, hal ini terlihat pada tujuan laporan keuangan yang diungkapkan pada PSAK No.1 (2009) paragraf lima, yaitu : “tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah


(31)

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagaian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalm rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) menejemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.

2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:5) yang disusun Ikatan Akuntan Indonesia, adalah sebagai berikut :

1. Dapat dipahami

Kulitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahanya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. 2. Relevan

Agar bermafaat informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Informasi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi laporan


(32)

keuangan kinerja masa depan dan hal – hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai.

3. Materialitas

Informasi yang dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

4. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

5. Penyajian Jujur

Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainya yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapakan dapat disajikan.

6. Substansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaskudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.


(33)

7. Netralitas

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu.

8. Pertimbangan sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keandalan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat pabrik serta peralatan dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.

9. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materilitas dan biaya. Kesenjangan untuk tidak mengungkapan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.

10.Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.


(34)

2.2.1.4 Keterbatasan Laporan Keuangan

Meskipun laporan keuangan adalah merupakan sumber informasi akuntansi yang penting bagi para pemakainya, tetapi laporan keuangan juga memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh karakteristik yang dimiliknya. Munawir (2002:09) menyatakan keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifanya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu jumlah – jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likuiditas atau realisasi diamana dalam interm report ini terdapat / terkandung pendapat – pendapat pribadi (personal judgement) yang telah dilakukan oleh Akuntan atau manajemen yang bersangkutan.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang keliatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standart nilai yang mungkin berbeda atau berubah – ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai – nilai historis atau harga perolehannya atau pengurangan dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya, karena itu tercantum dalam laporan keuangannya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.


(35)

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, diamana daya beli (purchase power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan tahun – tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah itu belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat – tingkat harga.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor – faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikwantifisir), misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak – kontrak pembelian atau penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya.

Menurut PSAK dalam Harahap (1997:22) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah :

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu – satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.


(36)

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari pengguna taksiran dan berbagai pertimbangan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapa prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jikan hal itu tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam mengahadapi ketidakpastian; bila terdapat bebrapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai suatu pos, lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (Formalitas)

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah – istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber – sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuntifikasikan umumnya diabaikan.

10.Angka – angka akuntansi umumnya diasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai saat itu

11.Angka – angka disatu laporan berkaitan dengan angka – angka dilaporan lainnya.


(37)

12.Diakui bahwa laporan keuangan yang sekarang tidak menggambarkan likuiditas dan arus kas

13.Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, akan tetapi hal ini tidak tergambar dalam laporan keuangan.

2.2.1.5 Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2009) pada paragraph 7 (tujuh) menyatakan bahwa laporan keuangan terdiri dari komponen sebagai berikut ini:

1. Neraca

Hongren (1997:22) neraca adalah daftar seluruh aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Niswonger et.al (1999) menyatakan neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.

Baridwan (1992) neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu.

2. Laporan laba rugi

Niswonger (1999:18) menyatakan bahwa laporan laba rugi adalah melaporkan pendapat dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan. Praktik pertaan laba mengurangi fluktuasi pada laporan laba dan mengurangi resiko sehingga harga sekuritas yang tinggi menarik perhatian pasar.


(38)

Hongren (1997:22) laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran atau atau beban dari suatu entitas pada saat jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun. Laporan laba rugi yang disebut juga dengan laporan laba atau laporan operasi adalah suatu gambaran tentang operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi mengandung informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba bersih, yang merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban. Jika beban melebihi pendapatan, maka hasilnya adalah kerugian bersih untuk periode tertentu.

3. Laporan perubahan ekuitas

Hongren (1997:22) menyatakan bahwa laporan perubahan ekuitas menyajikan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam ekuitas pemilik pada suatu entitas untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun.

4. Laporan arus kas

Hongren (1997:23) menyakan bahwa lapran arus kas menggambarkan jumlah kas masuk penerimaan kas dan jumlah keluar pembayaran atau pengeluaran kas dalam suatu periode tertentu.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis, setiap pos neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.


(39)

2.2.1.6 Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (2009:2) Pihak – pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah :

1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 3. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi

keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman


(40)

kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dengan perjanjuan jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keungan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.


(41)

2.2.2 Kandungan Informasi Atas Laba

Penelitian ini yang dimaksud laba adalah mencakup laba (penghasilan positif) dan rugi (penghasilan negatif) sesuia dengan standart akuntansi yang berlaku dalam praktik, hal ini akan berbeda dengan definisi penghasilan yang terdapat dalam Standart Akuntansi Keuangan (SAK). Komponen laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, dan semuanya digunakan oleh pemakai laporan keungandalam pengambilan keputusannya, namun pada umumnya fokus utama pemakai laporan keuangan lebih kepada penghasilan yang diperoleh perusahaan dan komponen – komponennya. Informasi tentang penghasilan yang diperoleh perusahaan didasarkan pada accrual accounting yang secara umum menyediakan indikasi yang lebih baik tentang perusahaan untuk menghasilkan arus kas.

Kirschenheiter dan Melumad (2002) dalam Juniarti dan Corolina (2005) menyatakan bahwa informasi tentang laba bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang, dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana.

2.2.3 Pengertian Laba

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi


(42)

pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya – biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 2007:305).

Menurut Chairi dan Ghozali (2001:300) pengertian laba adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapat dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan aktiva sangat tergantung pada ketetapan pengukuran pendapatan dan biaya.

Konsep dasar dan Penyajian Laporan keuangan (IAI, 2009) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi distribusi modal.

Standart Akuntansi Keuangan dalam kerangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan bahwa laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, bila ada) dikurangkan pada penghasilan.

Laba bersih mencerminkan semua pos laba rugi selama satu peiode, kecuali untuk koreksi periode yang telah lalu, koreksi masa lalu disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba yang ditahan.

Fishcer dalam Harahap (2007:297) mendefinisi income ekonomi sebagai serangkaian kejadian yang berhubungan dengan kondisi yang berbeda. Konsep laba tersebut terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Phisical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan penemuan kebutuhan, laba jenis ini tidak diukur.


(43)

2. Real Income, adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik. Ukuran yang digunakan untuk real income ini adalah “biaya hidup”. Dengan perkataan lain, kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.

3. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudnkan untuk konsumsi dalam memnuhi kebutuhan hidup. Menutur Ficher, money income lebih dekat pada pengertian akuntansi tentang Income.

Ketiga konsep tersebut semuanya penting, meskipun pengukuran terhadap psychic income sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan psychic income adalah konsep psikologi yang tidak dapat diukur secara langsung, namun dapat ditaksir dengan menggunakan real Income. Keinginan manusia tersebut hanya dapat dipenuhi pada berbagai tingkatan, sebagaimana seseorang memperoleh real income. Dilain pihak, money icome meskipun mudah diukur, tetapi tidak mempertimbangkan perubahan nilai suatu unit moneter. Atas dasar alasan ini, para ekonom memusatkan perhatinya pada penentuan real income. Real income adalah konsep yang praktis bagi akuntan.

Disisi lain, akuntan medefinisikan laba dari sudut pandang perusahaan sebagai suatu kesatuan. Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara realisasi laba yang tumbuh dari transaksi – transaksi selama periode berlangsung dan biaya – biaya hitoris


(44)

yang berhubungan (Belkaoui 2007:229). Definisi menunjukkan adanya lima karakteristik yang terdapat dalam laba akuntansi:

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi actual terutama yang berasal dari penjualan barang dan jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periode dan mengacu pada kinerja keungan perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip laba dan membutuhkan definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba akuntansi meminta adanya pengukuran beban dari segi biaya historis terhadap perusahaan, yang menunjukkan ketaatan yang tinggi pada prinsip biaya.

5. Laba akuntansi meminta penghasilan yang terealisasi diperiode tersebut dihubungkan dengan biaya relevan yang terkait. Oleh karena itu laba akuntansi didasarkan pada prinsip pemadanan (matching).

2.2.4 Income Smoothing

2.2.4.1 Pengertian Income Smoothing

Menurut Koch (1981) dalam Suwito dan Herawaty (2005) perataan laba sebagai cara yang didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi.

Menurut Assih dkk (2000) dalam Budiasih (2009), perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi


(45)

varibilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Usaha untuk mengurangi variabilitas laba itu timbul karena terdapat perbedaan jumlah laba yang seharusnya dilaporkan dengan laba yang diharapkan (laba normal).

Usaha itu dapat berupa meningkatkan jumlah laba yang dilaporkan, jika laba yang seharusnya dilaporkan lebih kecil dari laba normal, atau menurunkan jumlah laba yang dilaporkan jika laba yang seharusnya dilaporkan lebih besar dari laba normal.

Menurut Bidleman (1973) dalam Masodah (2007) menyatakan perataan laba merupakan meratakan earnings yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi disekitar earnings tertentu yang dianggap normal bagi sebuah perusahaan. Dalam pengertian ini perataan mempresentasikan sebuah upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings sepanjang diinginkan oleh prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.

Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau “Bank” laba dan kemudian melaporkan laba ini saat periode buruk. Salah satu metode manajemen laba adalah dengan pemindahan laba, yaitu manajemen laba dengan memindahkan laba dari satu periode ke periode lainnya. Pemindahan laba dapat dilakukan dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban. Salah satu contoh pemindahan laba adalah


(46)

sebagai berikut; memindahkan beban pada periode berikut dengan mengadopsi metode akuntansi tertentu (Wild:123).

Dengan adanya praktik manajemen laba, reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal ini disebabkan karena di dalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikan/diturunkan), dan/atau melaporkan income yang tidak representationally faithfilness seperti yang seharusnya dilaporkan (Juniarti dan Corolina, 2005:150).

2.2.4.2 Tujuan Income Smoothing

Dari beberapa studi terdahulu telah ditemukan bukti adanya berbagai macam tujuan yang melatar belakangi perusahaan melakukan Income Smoothing.

Menurut Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005:138) menyatakan bahwa pertaan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal, dengan tujuan :

1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan menajemen laba.

2. Mengidentifikasi pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.

3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya manipulasi laba.

Di lain pihak tujuan Income Smoothing menurut Foster (1986) dalam Husnaini dan Dwi Astuti (2006:86) adalah sebagai berikut :


(47)

1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba dimasa yang akan datang.

3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

5. meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

2.2.4.3 Alasan Untuk Melakukan Income Smoothing

Hepwort (1953) dalam Kumaladewi (2010) menyatakan bahwa manajemen memiliki beberapa alasan untuk melakukan praktik perataan laba. Pertama, rekayasa untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat mengurangi utang pajak. Kedua, tindakan pertaan laba dapat meningkatkan keperayaan investor karena mendukung kestabilan laba sesuai dengan keinginan. Ketiga, tindakan pertaan laba dapat mempererat hubungan manajer dan karaywan karena dapat menghindari permintaan kenaikan upah oleh karyawan. Terakhir tindakan perataaan laba memiliki dampak psikologis pada perekonomian sehingga kemajuan dan kemunduran dapat dibandingkan.

Beidleman dalam Masodah (2007) mempertimbangkan dua alasan manajemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang yang


(48)

lebih variabel, yang memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian portofolio besar.

Heyworth dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa motivasi pertaan laba adalah untuk memperbaiki hubungan antara manajemen perusahaan dengan para kreditur, investor dan pekerja.

Wolk dan Tearney (1997) dalam Kumaladewi (2010:6) menyebutkan tiga cara untuk melakukan praktik perataan laba, yaitu sebagai berikut :

1. Praktik perataan laba melalui waktu terjadinya peristiwa atau transaksi. Manajemen dapat menetapkan waktu terjadinya teristiwa tertentu untuk mengurangi perbedaan laba yang dilaporkan.

2. Praktik perataan laba melalui pilihan metode atau prosedur alokasi. Manajemen dapat memilih metode atau prosedur alokasi yang dapat mengalokasikan pendapatan dan beban tertentu pada periode akuntansi yang berbeda.

3. Praktik perataan laba melalui klasifikasi antara laba operasi dan bukan operasi. Manajemen mempunyai kebijakan untuk mengklaisifikasi item laba tertentu ke dalam kategori yang berbeda.

Belkaoui (2001) dalam Masodah (2007) menyebutkan tiga batasan yang mungkin mempengaruhi para manajer untuk melakukan perataan :


(49)

1. Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang tersedia bagi manajemen

2. Skema kompensasi manajemen, yang terhubung langsung dengan kinerja perusahaan.

3. Ancaman pengganti manajemen.

2.2.4.4 Dimensi Income Smoothing

Dimensi Income Smoothing mempunyai kaitan erat dengan obyek perataan laba, apabila obyeknya adalah laba bersih, maka dimensi perataan yang dapat diterapkan adalah perataan melalui keterjadian atau pengakuan suatu peristiwa dan perataan melalui alokasi waktu. Sedangkan apabila obyek yang akan diratakan sepanjang waktu adalah ordinary income, manajemen akan akan menggunakan classifactory smoothing.

Barnet et.al dalam Belkaoui (2007:196) membedakan tiga dimensi perataan, sebagai berikut :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan / atau pengakuan

Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. Waktu terjadinya peristiwa yang direncanakan (misanya riset dan pengembangan) sebagian besar akan merupakan fungsi dari aturan akuntansi yang mengatur tentang pengakuan akuntansi terhadap peristiwa tersebut.


(50)

2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu

Berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3. Perataan melalui klasifikasi (sehingga disebut perataan klasifikator) Ketika statistik laporan income selain income bersih (nilai bersih semua pendapatan dan biaya) merupakan obyek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen – elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.

2.2.5 Identifikasi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing

Income Smoothing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan praktik income Smoothing. Secara rasional manajer melakukan income Smoothing dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan.

2.2.5.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain- lain. Ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada


(51)

total assets perusahaan Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005).

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja atau jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan yang berkaitan dengan operasinya. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memperoleh dana yang dibutuhkan. Ukuran besarnya suatu perusahaan menggambarkan kondisi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional, baik yang rutin maupun yang tidak rutin, sangat dipengaruhi oleh jumlah kekayaan yang dimilikinya.

Ukuran perusahaan merupakan faktor penjelas dalam menjelaskan kemungkinan perusahaan menjadi perata laba. Terdapat dua argumen yang mendasari yaitu :

1. Perusahaan besar memliki aturan yang luas untuk mengatur pengeluarannya (misal. R&D) dan pos yang jarang terjadi dan,

2. Perusahaan besar kemungkinan besar memiliki pendapatan dan laba yang disinkronisasikan (Husnaini dan Astuti, 2006:86 ).

Pada penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva) menurut (Yusuf dan Soraya, 2004:105). Dengan rumus :


(52)

Data – data yang digunakan adalah total aktiva pada akhir tahun. Penggunaan data tahunan dimaksudkan untuk mencapai konsistensi dengan data – data variabel lainnya.

2.2.5.2 Profitabilitas Perusahaan

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai suatu kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2008:196).

Profitabilitas merupakan indikator yang penting untuk menilai, suatu perusahaan, profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga dapat mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber – sumber yang dimilikinya. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan menurut Suwito dan Herawaty (2005:140) .

Laba setelah pajak

Profitabilitas = x 100%

Total Aktiva

2.2.5.3 Leverage Operasi Perusahaan

Rasio laverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjani dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan


(53)

dalam mengiperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahan mempunyai risiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot. Penggunaan dana hutang bagi perusahaan tersebut mempunyai tiga dimensi (1) pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan, (2) dengan menggunakan data hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat, dan (3) dengan penggunaan hutang, pemilik mendapatkan dana tanpa kehilangan pengendalian pada perusahaanya (Sutrisno 2003:249).

Didalam prakteknya rasio leverage dihitung dengan dua cara. Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca, mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis menggunakan keduanya. Rasio yang digunakan untuk mengukur leverage menurut Sutrisno (2003:249).

Total Hutang

Leverage = x 100%


(54)

2.2.5.4 Net Profit Margin

Net Profit Margin merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Menurut Suwito dan Herawaty (2005 : 139) Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga dan pajak.

Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit Margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi kedua hal tersebut atau secara umum bisa menunjukkan ketidakkonsistenan manajemen. Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur Net Profit Margin menurut Suwito dan Herawaty (2005:140).

Laba Setelah Pajak

Net Profit Margin = x 100% Total Penjualan


(55)

2.2.6 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Perusahaan, Leverage

Operasi, Net Profit Margin Terhadap Income Smoothing. 2.2.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Tehadap Income Smoothing

Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar menjai subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum). Untuk itu perusahaan besar kemungkinan melakukan praktik perataan laba untuk mengurangi fluktuasi yang besar. Hal ini dilakukan karena fluktuasi laba yang besar menunjukkan risiko yang besar dalam investasi sehingga mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perusahaan (Kumaladewi, 2010:9).

Hasil lainnya dikemukakan oleh Albert dan Richardson (1990) dalam Suwito dan Herawaty (2005:138) bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang lebih kritis oleh para investor.

Teori yang melandasai hubungan antara ukuran perusahaan dengan income smoothing adalah teori corporate finance (keuangan perusahaan) menurut Husnan (1996:15) teori ini menjelaskan bagaimana keputusan – keputusan keuangan yang diambil oleh “manajer keuangan” (yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden) dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan. Ini


(56)

ditunjukkan oleh meningkatnya nilai perusahaan atau harga saham (bagi perusahaan yang go public).

2.2.6.2 Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Income Smoothing

Hubungan antara profitabilitas dan Income smoothing menurut Juniarti dan Corolina (2005) menyatakan bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

Kenyataan kecenderungan lebih diperhatikan pada laba yang terdapat pada laporan laba rugi, situasi ini disadari oleh manajemen, terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya perilaku yang tidak semestinya (disfuctional behaviour).

Teori yang melandasi hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan income smothing adalah expentacy theory (teori pengharapan). Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung bertindak dengan cara tertentu berdasarkan pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu dan oleh daya tarik hasil tersebut bagi orang itu (Robbins, 2007:148).


(57)

2.2.6.3 Pengaruh Leverage Operasi Perusahaan Terhadap Income Smoothing

Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunyai resiko menderita kerugian yang lebih besar, akan tetapi jika mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh laba, meskipun terdapat kemungkinan memperoleh laba yang lebih besar, tetapi pada umumnya investor juga enggan menghadapi resiko. Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai Laverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada, dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan tindakan income smoothing, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.

Adanya varians dalam peningkatan laba perusahaan, sehingga terdapat keterkaitan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya kebangkrutan perusahaan dan penurunan nilai obligasi perusahaan. Trueman dan Titman (1997) dalam Husnaini dan Astuti (2006:86) menyatakan bahwa dalam meratakan laba, manajer dapat mengurangi estimasi berbagai tuntutan yang terkait dengan perubahan proses laba perusahaan, yaitu semakin rendah tuntutan dari kebangkrutan.

Carlson dan Bathala (1997) dalam Husnaini dan Asruti (2006:86) menunjukkan bahwa perusahaan dengan proporsi pendanaan hutang yang lebih besar kemungkinan besar masuk dalam kategori income smoothing.

Teori yang melandai hubungan leverage operasi dengan income smoothing adalah teori pertukaran leverage. Menurut teori pertukaran leverage (The Trade off theory of leverage), dimana perusahaan


(58)

menukarkan keuntungan – keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Eugene F Brigham, 2006:36).

2.2.6.4 Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Income Smoothing

Net Profit Margin merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Net Profit Margin selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber – sumber yang dimilikinya.

Net Profit Margin diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan (Suwito dan Herawaty, 2005:139).

Teori yang melandasi pengaruh net profit margin terhadap perataan laba adalah Pecking Order Theory (Myers, 1984) teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai serta pendanaan yang diambil oleh perusahaan. Teori ini menyatakan bahwa :

1. Perusahaan menyukai interval financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan, dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis.


(59)

3. Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi dana untuk kebutuhan investasi.

4. Apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu (Husnan, 1996:324)


(60)

2.3 Kerangka Pikir

Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada beberapa premis yang dikemukakan oleh beberapa peneliti yaitu :

Premis 1

Perusahaan perata laba memiliki ukuran yang lebih besar daripada perusahaan bukan perata laba. Moses (1987) dalam Husnaini dan Astuti (2006:85).

Premis 2

Teori corporate finance (keuangan perusahaan) menurut Husnan (1996:15) teori ini menjelaskan bagaimana keputusan – keputusan keuangan yang diambil oleh “manajer keuangan” (yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden) dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan.

Premis 3

Profitabilitas dan ukuran perusahaan merupakan faktor pendorong dilakukannya tindakan income smoothing. (Suwito dan Herawaty 2005:138). Premis 4

Expentacy theory (teori pengharapan). Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung bertindak dengan cara tertentu berdasarkan pengharapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu dan oleh daya tarik hasil tersebut bagi orang itu (Robbins, 2007:148).

Premis 5

Leverage merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya perataan laba. Ashari et al (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005 : 139).


(61)

Premis 6

Teori pertukaran leverage (The Trade off theory of leverage), dimana perusahaan menukarkan keuntungan – keuntungan pendanaan melalui hutang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham, 2006:36). Premis 7

Net Profit Margin diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait langsung dengan objek perataan penghasilan. (Suwito dan Herawaty 2005 : 139).

Premis 8

Pecking Order Theory (Myers, 1984) teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai serta pendanaan yang diambil oleh perusahaan.


(62)

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan dengan diagram sebagai berikut :

Uji Model Regresi Logistic

Gambar. 1 : Bagan Kerangaka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan penelitian ini hipotesis yang diteliti adalah diduga bahwa Ukuran Perusahaan, Profitabilitas perusahaan, Leverages Operasi perusahaan, dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap praktik Income Smoothing pada perusahaan Food and Baverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ukuran Perusahaan ( X1)

Profitabilitas ( X2)

Leverages Operasi (X3)

Net Profit Margin ( X4)

Income Smoothing ( Y )


(63)

52 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005:126).

Adapun definisi operasional masing – masing variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

A. Variabel Bebas ( X )

1. Ukuran perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan merupakan ukuran dari kondisi perusahaan dengan melihat besar kecilnya suatu perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini. Ukuran perusahaan dapat dihitung melalui total aktiva perusahaan yang bersangkutan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Size = Log Total aktiva

( Yusuf dan Soraya, 2004 : 105 ) Satuan pengukuran variabel ukuran perusahan adalah desimal dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.


(64)

2. Profitabilitas Perusahaan (X2)

Profitabilitas perusahaan merupakan pengukuran efektifitas manajemen dilihat dari laba yang dilaporkan. Profitabilitas perusahaan dapat dihitung melalui :

Laba setelah pajak

Profitabilitas = x 100%

Total Aktiva

( Suwito dan Herawaty, 2005 : 140 ) Satuan pengukuran variabel profitabilitas perusahaan adalah prosentase (%) dan skala yang digunakan adalah skala rasio.

3. Rasio Laverage (X3)

Rasio Laverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjani dengan hutang. Laverage operasi dapat dihitung melalui :

Total Hutang

Leverage = x 100%

Total Aktiva

( Sutrisno, 2003 : 249 ). Satuan pengukuran variabel leverage operasi adalah prosentase (%) dan skala yang digunakan adalah skala rasio.

4. Net Profit Margin (X4)

Net Profit Margin diukur dengan rata – rata rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penjualan. Dengan rumus :


(1)

Tabel 4.21

Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang No. Nama peneliti Objek

penelitian

Variabel

penelitian Kesimpulan 1 Juniari dan

Corolina (2005) Perusahaan – Perusahaan Go Public besaran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan, perataan laba

a. Variabel profitabilitas (PRFT) memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba, sedangkan variabel total aktiva (TA) dan sector industri (DSI) tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

b. Faktor besaran perusahaan, profitabilitas, sector industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya perata laba. 2 Yusuf dan Soraya

(2004)

Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan, status perusahaan, perataan laba

Praktik perataan laba tidak dipengaruhi oleh faktor ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, status perusahaan. Sedangkan leverage operasi perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba

3 Suwito dan Herawaty (2005)

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverages operasi perusahaan, Net Profit Margin

perusahaan dan tindakan perataan laba

Terdapat indikasi dilakukannya tindakan perataan laba oleh perusahan publik yang terdaftar di Bursa efek Jakarta. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis usaha, ukuran perusahaan,

profitailitas perusahaan, leverage

operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba 4 Salno Baridwan

(2000) Perusahaan Publik di Indonesia ukuran perusahaan (harga saham), NPM, kelompok usaha, klasifikasi winer / losses

Faktor – faktor ukuran perusahaan (harga saham), NPM (Net Profit Margin), kelompok usaha, dan winner / losses stock secara signifikan tidak berpengaruh terhadap perataan laba, dan tidak


(2)

110

4.4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan secara optimal, namun demikian dalam hasil penelitian ini masih adanya beberapa keterbatasan yaitu :

1. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas perusahaan Food And Beverage yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan income smoothing seharusnya lebih diperluas lingkupnya dan memperhatikan keadaan ekonomi serta kondisi geografisnya.

2. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian relatif singkat yaitu dari tahun 2006 – 2009.

3. Variabel income smoothing diukur dengan Indek Eckel yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.

4. Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan dan Net Profit Margin hanya berpengaruh terhadap variabel income smoothing sebesar 6,5% sedangkan sisanya 93,5% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model.

5. Laporan keuangan sebagai data mempunyai keterbatasan juga. Perusahaan mempunyai metode dan kebijakan yang berbeda yang sulit untuk diperbandingkan dalam laporan keuangan yang dihasilkan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Motivasi dalam melakukan income smoothing ini biasanya adalah untuk kepuasan dua kelompok yaitu pengguna eksternal (investor dan kreditor) dan pengguna internal informasi akuntansi. Income smoothing dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan dan Net Profit Margin.

Hasil penelitian ini adalah model regresi logistik layak digunakan, namun uji secara serentak dan parsial menyebutkan bahwa ukuran perusahaan (X1), profitabilitas perusahaan (X2), leverage operasi perusahaan

(X3) dan Net Profit Margin (X4) tidak berpengaruh terhadap income smoothing (Y), sehingga hipotesis penelitian “Ukuran Perusahaan, Profitabilitas perusahaan, Leverages Operasi perusahaan, dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap praktik Income Smoothing pada perusahaan Food and Baverages yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, tidak teruji kebenarannya.


(4)

112

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti yang akan datang, agar meningkatkan cara mengukur atau mendeteksi adanya praktik perataan laba serta mengamatinya untuk periode waktu yang berbeda dengan jangka waktu pengamatan yang lebih lama dari penelitian ini dan memperbanyak jumlah perusahaan yang dijadikan sampel sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan valid, sehingga dapat dijadikan suatu informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan.

b. Bagi universitas, hendaknya dapat menambah referensi-referensi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi bagi penelitian selanjutnya.

c. Bagi investor, agar lebih teliti dalam menilai laporan keuangan perusahaan khususnya yang berkaitan dengan informasi laba sehingga keputusan investasi yang diambil tidak akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari.

d. Bagi manajemen, sebaiknya pihak manajemen tidak melakukan praktik perataan laba karena hal ini dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai dan menyesatkan


(5)

Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 1, Januari, Hal 35 – 53.

Belkaoui, Ahmed, Riahi, 2006, Accounting Theory, Buku 2, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat.

Belkaoui, Ahmed, Riahi, 2007, Accounting Theory, Buku 2, Edisi 5, Penerbit Salemba Empat.

Budiasih, IGAN, 2009, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”, Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, Vol. 4 No. 1, Januari. Eguene, F Brigham, 2006, Dasar – Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10,

Buku 2, Penerbit Salemba Empat.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap, Sofyan, Syafri, 2007, Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit Raja Granfindo Persada.

Harahap, Sofyan, Syafri, 1997, Teori Akuntansi, Penerbit Bumi Aksara.

Hongren, et al, 1997, Akuntansi di Indonesia, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Husnan, Suad, 1996, “Manajemen Keuangan : Teori Dan Penerapan”, Edisi Keempat, Buku Satu, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Husnaini & Astuti, 2006, “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Income Smoothing”, Jurnal Riset Akuntansi Vol. 5 No. 2, Desember, Hal 83-102.


(6)

Kumaladewi, 2010, “Pengaruh Perubahan Return On Assets, Perubahan Perating Profit Margin, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kemungkinan Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, Vol. 5 No. 2, Juli.

Masodah, 2007, “Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan Dan Lembaga Keuangan Lainnya Dan Faktor Yang Mempengaruhinya”, ISSN, Vol. 2, Agustus, Hal 16 – 23.

Munawir, 2002, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia.

Niswonger, at al, 1999, Prinsip – Prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilan belas, Jilid 1, penerbit erlangga, Jakarta.

Salno & Baridwan, 2000, “Analisis Perataan Penghasilan (Income Smoothing): Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi dan Kaitannya Dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik Di Indonesia”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 1, Januari, Hal 17 – 33.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi

Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan : Toeri, Konsep, dan Aplikasi, Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.

Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Suwito & Herawaty, 2005, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar DI Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional VIII, September, Hal 136-146.

Umar, Husein, 2002, Metode Riset Akuntansi Terapan, Penerbit Ghalia Indonesia.

Wild, John J, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 8, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Yusuf & Soraya, 2004, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Asing Dan Non Asing Di Indonesia”, Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, Vol. 8 No. 1, Juni, Hal 99 – 125.

Zulkarnaen, 2007, “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Jenis Industri Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Do Publik di Indonesia”, Jurnal Ichsan Gorontalo Vol. 2 No. 1, Februari – April, Hal 506 – 523.


Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

0 32 90

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

1 3 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK PERATAAN LABA (INCOME SMOOTHING) PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Per

0 3 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008 – 2011.

0 0 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 99

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 122

KATA PENGANTAR - FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DIBURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 22

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DEVIDEN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 21

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012

0 0 24