44
perkara itu, harus dicantumkan juga dalam amar penetapan atau putusan pengadilan.
Mengingat pasal 39 ayat 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan dalil-dalil hukum syara’ serta peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dalam perkara ini. Pasal 39 ayat 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1974 Tentang Perkawinan:
1 Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2 Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara
suami-isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami-isteri. 3
Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.
C. Analisis Putusan Majelis Hakim dalam Perkara No. 608Pdt.G2007PA.JP
Dalam bidang hukum acara di pengadilan agama, hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum acara yang bersumberkan dari syariat
islam. Hal ini disamping untuk mengisi kekosongan-kekosongan dalam hukum acara juga agar putusan yang dihasilkan telah mendekati kebenaran dan keadilan
yang diridhoi Allah swt, karena diproses dengan acara yang diridhoi pula.
18
Sesuai dengan ketentuan PP no.9 Tahun 1975 pasal 31: 1
Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua belah pihak.
18
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, h. 14.
45
2 Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat
dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.
Pasal 82 ayat 1 dan 4 undang-undang no.7 Tahun 1989 sebagimana telah diubah oleh undang-undang nomor 3 Tahun 2006 yang menjelaskan pada ayat 1
yaitu: “Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, hakim berusaha
mendamaikan kedua pihak”. Pada ayat 4 dijelaskan bahwa:
“selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan”.
19
Berdasarkan fakta yang ada dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Nomor: 608Pdt.G2007PA.JP, hakim telah berusaha mendamaikan
Penggugat dengan Tergugat namun upaya ini tidak berhasil, melainkan Penggugat tetap bertekad akan bercerai dengan tergugat sehingga proses hukum selanjutnya
terus berjalan. Setelah melalui proses dan prosedur. Akhirnya Majelis Hakim Pengadilan
Agama Jakarta Pusat memberikan keputusan yang pada pokoknya mengadili: 1.
Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian; 2.
Menjatuhkan talak satu bain shugro Tergugat kepada Penggugat;
19
Amandemen Undang-undang Peradilan Agama Undang-undang RI No.3 Tahun 2006, Jakarta: Sinar Grafika, h.62.
46
3. Menetapkan dua orang anak yang bernama Lovenda lahir tanggal 23
Desember 1997 dan Adinda Dwi Satriawati lahir tanggal 15 juni 2003, berada dalam asuhan dan pemeliharaan Penggugat;
4. Menyatakan gugatan Penggugat selebihnya dicabut;
5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara ini.
Majelis hakim mengabulkan gugatan penggugat sebagian, karena di dalam proses persidangan salah satu gugatan dicabut oleh Penggugat yaitu gugatan
nafkah anak. Selanjutnya, Majelis Hakim mengabulkan gugatan cerai dengan
menjatuhkan thalak satu bain shugro tergugat terhadap penggugat, dengan mempertimbangkan pasal 19 huruf f PP No.9 Tahun 1975 dalam poin f
dinyatakan antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. jo pasal 116 Kompilasi
Hukum Islam huruf f . Tergugat hanya hadir di sidang pertama tetapi pada sidang-sidang
selanjutnya tidak pernah hadir lagi bahkan sampai sidang pengucapan keputusan juga tidak hadir. Dengan demikian putusan tersebut dinamakan putusan
contradictoir.
20
20
Roihan A. Rasyid. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta:CV. Rajawali, 1991, cet.1, h. 103
47
Putusan kontradiktoir ialah putusan akhir yang pada saat dijatuhkan atau diucapkan dalam sidang tidak dihadiri salah satu pihak atau para pihak. Dalam
pemeriksaan atau putusan kontradiktoir disyaratkan bahwa baik penggugat maupun tergugat pernah hadir dalam sidang. Terhadap putusan kontradiktoir
dapat dimintakan banding.
21
Menurut pasal 212 Rv, jika seseorang yang semula hadir pada sidang yang lalu, tetapi kemudian pada sidang berikutnya tidak hadir, hal itu tidak dapat
dijadikan alasan menjatuhkan putusan verstek, tetapi putusan itu dianggap sebagai putusan kontradiktoir,
22
jika ternyata pada saat putusan diucapkan, tergugat tersebut tetap tidak hadir, putusan yang dijatuhkan adalah kontradiktoir bukan
putusan verstek.
23
Jika ditinjau dari aspek keadilan hukum, putusan yang dijatuhkan Hakim telah memenuhi sisi keadilan hukum bagi Penggugat dengan Tergugat. Karena
Tergugat tidak lagi menghadiri persidangan meskipun telah diperintahkan dan dipanggil secara patut untuk menghadap di persidangan. Dengan demikian,
Tergugat dalam hal ini tidak mengajukan keberatannya karena tidak lagi menghadiri persidangan.
Selanjutnya Majelis Hakim menetapkan dua orang anak yang bernama Lovenda lahir tanggal 23 Desember 1997 dan Adinda Dwi Satriawati lahir
21
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama , h.251
22
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan
, h. 394.
23
Ibid, h. 395.
48
tanggal 15 juni 2003, berada dalam asuhan dan pemeliharaan Penggugat. Menurut penulis, jika di tinjau dari aspek kegunaan hukum, keputusan hakim tersebut telah
memenuhi aspek tersebut karena tergugat dalam hal ini tidak mengajukan keberatannya karena tidak lagi menghadiri persidangan dan berdasarkan bukti P-2
dan P-3 terbukti bahwa anak tersebut belum memayyiz, berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat serta Tergugat tidak pernah menengok anaknya;
keputusan hakim tersebut berguna bagi pemeliharaan dan pendidikan anak. Putusan Majelis Hakim yang berikutnya yaitu menyatakan gugatan
Penggugat selebihnya dicabut. Gugatan yang dicabut adalah mengenai tuntutan biaya nafkah anak.
Jika di tinjau dari aspek kepastian hukum, berdasarkan fakta yang terdapat dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat No. 608Pdt.G2007PA.JP
mengenai pencabutan gugatan Penggugat mengenai tuntutan biaya nafkah pasca perceraian menurut penulis telah memenuhi aspek kepastian hukum karena
Penggugat mempunyai hak untuk mencabut kembali gugatan. Dalam putusan terakhir Majelis Hakim membebankan kepada Penggugat
untuk membayar biaya perkara ini. Biaya perkara dalam hal ini dibebankan kepada Penggugat. Hal ini berbeda dengan hukum acara perdata pada umumnya,
yang menetapkan bahwa biaya perkara dibebankan kepada pihak yang kalah. Oleh karena dalam sengketa perkawinan dan perceraian tidak ada pihak yang
kalah maupun yang menang, maka biaya perkara dibebankan kepada Penggugat selaku pencari keadilan.
49
Mengenai putusan Majelis Hakim yang membebankan biaya perkara kepada Penggugat adalah hal yang sudah tepat karena dalam lingkup Peradilan
Umum untuk berperkara pada asasnya dikenakan biaya pasal 4 ayat 2, 5 ayat 2 UU 141970, 121 atay 4, 182, 183 HIR, 145 ayat 4, 192-194 R.Bg ; biaya
perkara ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai.
Sedangkan dalam lingkup Peradilan Agama sesuai dengan pasal 54 yang berbunyi :
“Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dan lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalan
lingkungan Pengadilan Umum kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini”.
Pasal 89 1
biaya perkara dalam sidang perkawinan dibebankan kepada penggugat atau pemohon.
2 Biaya perkara penetapan atau putusan Pengadilan yang bukan
merupakan penetapan atau putusan akhir akan diperhitungkan dalam penetapan atau putusan akhir.
Berdasarkan analisis yang sudah penulis uraikan di atas, penulis berkesimpulan bahwa keputusan majilis hakim telah sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
D. Analisis Terhadap Pencabutan Gugatan Oleh Ibu Terhadap Ayah Dari