xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas angka kesakitan diare di
Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara. Diare juga masih merupakan
masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Angka kejadian
diare Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk. Setiap balita rata-rata
menderita diare satu sampai dua kali dalam satu tahun. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per
100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Widaya IW, 2007
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi buang air besar lebih dari biasanyalebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
menjadi cair dengan atau tanpa darah. Dan biasanya merupakan sebuah gejala dari infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh berbagai bakteri,
virus, maupun parasit. WHO, 2009 Kejadian diare sangat erat hubungannya dengan status gizi seseorang.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk
maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu,
setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit
infeksi. Supariasa IDN dkk, 2002 Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta
terjadinya atrofi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh
terutama penyakit diare. Sjahmiem M, 2003
1
xiv Penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan bahwa
kematian bayi akan menjadi lebih tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk meningkat. Demikian juga halnya dengan infeksi protozoa, pada anak-anak yang
tingkat gizinya buruk akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak yang gizinya baik. Sjahmiem M, 2003
Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi sistem imun di dalam tubuh. Penurunan produksi sistem imun tertentu akan
mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus. Dinding usus dapat mengalami gangguan produksi berbagai enzim untuk pencernaan
makanan sehingga makanan tidak dapat tercerna dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan. Sjahmiem M, 2003
Antara keadaan gizi buruk dan penyakit diare terdapat hubungan yang sangat erat, sungguh sulit untuk mengatakan apakah terjadi gizi buruk akibat
adanya diare ataukah kejadian diare adalah disebabkan keadaan gizi buruk. Diare merupakan suatu gejala penyakit yang dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti
salah makan, makanan yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian susu botol yang telah basi, disamping akibat infeksi. Memburuknya tingkat gizi
pada penderita diare seperti telah diuraikan pada bagian yang lain, selain disebabkan hilangnya cairan tubuh, juga karena menurunnya nafsu makan, serta
kebiasaan menghentikan pemberian makanan selama diare. Mengingat tingginya angka kematian dan kesakitan diare yang disebabkan oleh keadaan gizi buruk,
maka penanganan penderita harus dilakukan dengan cermat. Di samping pengembalian cairan yang hilang, pemberian makanan pun harus seksama
sehingga memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak. Sjahmiem M, 2003
Begitu luasnya masalah diare di lapisan masyarakat terutama yang pada balita. Dan berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan frekuensi kejadian diare pada balita di wilayah kerja posyandu kelurahan Pisangan kecamatan
Ciputat Timur. 2
xv
1.2. Rumusan Masalah